
BEBERAPA minggu terakhir Kabupaten Gayo Lues kembali disorot, terkait akan digelarnya Kejuaraan Daerah (Kejurda) Arung Jeram pada 9-12 Oktober 2015 ini.
Bagi masyarakat Gayo Lues sendiri ini menjadi sejarah penting lantaran Gayo Lues adalah Kabupaten pertama yang menggelar olahraga ekstrim tersebut di Provinsi Aceh.
Sungai Gayo-Alas yang berada di Kecamatan Putri Betung dipilih menjadi tempat perlombaan. Jika diamati, Gayo Lues memiliki banyak sungai yang cocok untuk dijadikan track arung jeram, namun selain potensi sungai, sejumlah faktor lain seperti fasilitas komunikasi dan transportasi menjadi pertimbangan pihak terkait memilih sungai tersebut.
Beberapa hal yang menarik pasca akan digelarnya Kejurda tersebut adalah akhir-akhir ini mulai muncul julukan baru untuk Gayo Lues. Jika sebelumnya Kabupaten Gayo Lues dijuluki dengan Negeri Seribu Bukit, kini Kabupaten hasil pemekaran dari Aceh Tenggara ini dijuluki dengan Negeri Menara Air.
Hal itu disebabkan karena Gayo Lues adalah Kabupaten yang memiliki Cukup banyak Daerah Aliran Sungai (DAS). Diantaranya, DAS Alas, Kuala Tripa, Jambo Aye, Tamiang, dan Perlak. Selain itu, sungai Alas yang juga berasal dari DAS Alas yang hulunya dari Gayo Lues adalah sungai terpanjang di Provinsi Aceh.
Sumber sungai Alas yang berada di daerah Blang Bike berdekatan dengan puncak Leuser atau daerah Kedah Gayo Lues menelusur hingga ke Aceh Tenggara, Kab. Dairi di Provinsi Sumut, lalu melewati beberapa Kabupaten di bagian Barat Selatan Aceh seperti Subulussalam dan Singkil hingga akhirnya bermuara di Lautan Samudra Hindia.
Belum cukup sampai disitu, ternyata hampir setengah sungai di sejumlah Kabupaten di Provinsi Aceh berasal dari DAS Gayo Lues. Ini menjadi alasan kuat mengapa Gayo Lues dijuluki dengan Negeri Menara Air.
Khususnya Sungai Gayo Alas, kini menjadi topik hangat, baik bagi masyarakat Gayo Lues juga bagi para pecinta olah raga arung jeram. Sebanyak 15 Kabupaten/Kota mengaku akan ikut bersaing untuk menaklukkan sungai Gayo Alas ini.
Berdasarkan keterangan salah sau panitia Sahrifin pada Selasa (6/10) sore, perlombaan ini akan dimulai dari Bunge Lede (nama lokasi sungai di Desa Ramung) dan akan berakhir di Lumpe (Jembatan Gantung, Gayo Red) Gumpang Lempuh di Putri Betung. Sementara untuk panjang trak, akan menempuh waktu sekitar 20-25 menit dari titik start hingga finish.
Menurut Sahrifin, dari hasil observasi beberapa hari terakhir, Kejurda ini akan berlangsung sengit. Selain pengaruh debit air akibat curah hujan di Gayo Lues yang tinggi, aliran sungai yang deras karena banyaknya batu, kondisi yang curam serta alur sungai yang berliku-liku akan menjadi tantangan berat bagi para peserta.
Karena ini termasuk olah raga ekstrim, panitia juga melibatkan seluruh masyarakat setempat, khususnya para pemuda termasuk Pawang Aih (Pawang Air, Gayo Red) untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, lanjut Sahrifin, beberapa Tim baik dari Kepolisian, TNI, Dinas Kesehatan, PMI, Media dan beberapa tim lainnya akan mengawasi secara ketat proses berlangsungnya acara.
“Meski masyarakat baru mengenal olah raga ini, namun sikap antusias mereka tampak sangat tinggi. Selain berperan membantu proses pelaksanaan acara, hampir semua Pemuda Desa di Kecamatan Putri Betung ikut bertanding di Kejurda ini,” kata Sahrifin menambahkan.
Terkait julukan yang dilontarkan untuk Gayo Lues, Sahrifin mengaku itu menjadi hal yang wajar, lantaran DAS yang terdapat di Gayo Lues.
“Ini jadi momen yang baik, kita harus mendukung dan memanfatkan sebaik mungkin. Sehingga kegiatan ini juga akan membawa pengaruh positif untuk peningkatan ekonomi khususnya bagi masyarakat di Putri Betung,” pungkas Sahrifin.
(Supri Ariu)