Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Sembelih Hewan Versi Praktisi Peternakan

oleh

*Darmawan Masri

Sukarman PediwiHemat jimet tengah ara, inget-inget sebelem kona, begitulah sebuah peri mestike Gayo yang diutarakan kembali oleh salah seorang warga Pediwi, Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah, Sukarman.

Peri mestike tersebut diutarakan setelah membaca berita yang dimuat di media ini tentang, adanya seorang nenek berusia sekira 80 tahun yang menjadi korban terinjaknya kerbau yang terlepas saat hendak disembelih sebagai hewan Qurban, Kamis 24 September 2015.

Sukarman adalah seorang peternak yang sudah lama lalang melintang di dunia peternakan di Takengon, Aceh Tengah. Dia juga merupakan seorang praktisi peternakan handal dari bumi Gayo.

Menanggapi insiden tersebut, Sukarman mengatakan bahwa dalam proses penyembelihan hewan tidak boleh menganggap sepele. Menurutnya, setiap hewan memiliki sifat alamiah dengan keganasannya, manusia yang membuat mereka (hewan) menjadi jinak.

“Sewaktu-waktu sifat alamiah itu muncul tanpa kita sadari, hemat jimet tengah ara, inget-inget sebelem kona,” tegas Sukarman.

Menurutnya, dalam proses penyembelihan hewan juga harus serius, memiliki keahlian, cekatan dan terampil. Hal itu dikarenakan bahwa hewan yang hendak disembelih memiliki beban psykologis hingga menjadi stress.

Dia mengatakan, bahwa hewan yang hendak disembelih rata-rata di Gayo merupakan hewan liar yang sudah lama terlepas di peruweren (sebutam nama tempat pengembala hewan ternak di Gayo), kebanyakan hewannya adalah kerbau dan sedikit sapi.

“Sebagian dari mereka (hewan) itu tidak pernah terkena tali pengikat, tidak pernah naik mobil dan jarang berhadapan dengan orang banyak. Tentu secara psikologis mereka akan terganggu, saat hendak di sembelih,” ujarnya.

Secara psikologis hewan-hewan tersebut akan menjadi bingung, kenapa mereka ditangkap, diikat dengan tali dibawa dengan mobil dan dikerumuni orang banyak saat hendak disembelih, dengan demikian setidaknya ada rasa ingin memberontak dalam diri para hewan itu, maka munculah sifat alamiah keganasannya.

“Mereka tak bisa mengatakan itu kepada kita, kita yang harus memahami psykologis mereka. Oleh karenanya, saat hendak menyembelih hewan tidak boleh main-main, pastikan tali pengikatnya kuat, dan saat menarik tali harus fokus, jangan sebagian menarik sebagian lagi hanya memegang dan ketawa-ketawa, alat yang digunakan sebagai pemotong juga harus tajam,” kata Sukarman.

Kebanyakan orang menganggap sepele saat hendak menyembelih hewan, sebagian saja yang serius. Hal itu bisa berdampak fatal dengan terlepasnya hewan tersebut. “Intinya harus kita pahami psykologis dan sifat alamiah hewan itu, hemat jimet tengah ara, inget-inget sebelem kona,” kata Sukarman mengulang peri mestike Gayo yang berarti, wapada sebelum terjadi.

Dia menyarankan, agar setiap hewan yang hendak disembelih harusnya berada di kamar potong hewan yang sudah disiapkan oleh pemerintah. Disana katanya lagi, tempat penyembelihan sudah di design sedemikian rupa, sehingga kecil kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

“Kamar potong sudah ada fasilitasnya, lantai yang di design juga licin, dan tak perlu banyak orang melakukannya, hanya 2 sampai 5 orang saja. Psykologis hewan juga tidak terlalu stress, saya menyarankan agar dilakukan penyembelihan disana,” tandas Sukarman. []

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.