Menjadi Guru Anak-Anak Istimewa [Bag.2-Tamat]

oleh

Oleh Ruhana Abd. Karim*

Suara tangisan bayi anak ibu kost kenapa lenyap hari ini sesuai dengan impianku selama ini. Aku bergegas keluar dari kamar mandi dan berdiri tegak di depan jam dinding yang cukup besar yang terpajang di atas kaca riasku. Pukul 05.00.

Waw, sambil menggaruk kepala yang tidak gatal, aku terheran sendiri, seakan tak percaya, kenapa aku bangun begitu awal, biasanya aku bangun pukul 06.00, itu juga paling awal. Aku balut tubuhku yang berotot ini dengan baju. Ada seruan di telingaku yang membisikkan aku berwudhu, bisikan itu tidak kutolak sedikitpun, aku turuti dan melaksanakan shalat subuh.

Hatiku terasa tenang, nyaman, anak-anak itu kembali hadir dalam ingatanku. Memberi aku kesan yang secara tidak langsung membuat mereka ikut bekerja bersama pembuluh mengantarkan darah keseluruh tubuh ini. Rasa apa ini? Aneh tapi nyata terjadi.

Senin happy

“‘Pagi bu”, sapaku berlaku sopan pada bu Lisa.

“Pagi pak Tio, apa kabar pagi ni?”.

“Baik bu. Anak-anak belum pada datang ya bu?”

Bu Lisa tidak menjawab pertanyaanku, malah membalasnya dengan senyuman sambil mengambil buku laporan harian.

“Apa yang sudah pak Tio rasakan selama disini? Apa pak Tio tidak merasa bosan menghadapi anak-anak seperti mereka? Walaupun kuliah di bidang ini, apa tidak ada niat pak Tio untuk pindah jurusan lain?”, pertanyaan yang tidak kuharapkan.

Apa yang harus aku jawab, kalau saya bilang senang pada mereka dan merasa nyaman dengan keadaan ini, apa bu Lisa akan percaya, aku takut bu Lisa aku hanya berakting untuk mengambil hatinya agar aku mendapat nilai yang bagus. Apa aku milih untuk diam, atau aku tunjukan pada bu Lisa lewat sikap ku hari ini sampai akhir bulan ini.

“Assalamualaikum”

“Walaikumsalam, Nada sudah datang, kedatangan Nada membuat aku tenang dan mengalihkan pertanyaan bu Lisa.

“Pak Tio, nanti saya tagih jawabannya”.

Huuuuh, ternyata bu Lisa tidak segampang itu diabaikan, jawaban ini pasti menyangkut nilaiku .

Satu persatu ketujuh murid ini berkumpul juga. Seperti biasa, setiap pagi sebelum belajar, kami baca do’a. Ada hal yang ingin aku pecahkan tentang kasus yang mereka alami. Kata pak Rudi dosen yang member mata kuliah tentang Tuna Rungu.

Anak-anak Tuna Rungu punya kelebihan tersendiri, salah satunya punya perasa yang kuat, penciuman yang tajam, dan pendengaran yang luar biasa, serta ingatan yang bagus. Ketika aku ingin membuktikan itu semua, tiba-tiba bu Lisa memanggilku untuk mengisi laporan tugasku bulan ini. Aku terpaksa mengurungkan niatku. Dalam bulan ini aku harus melakukan itu.

Pagi ini aku sedikit terlambat ke sekolah, aku ingin mengobati rasa penasaranku. Tidak ada ucapan salam yang ku lontarkan, hanya berjalan seperti gaya berjalanku selama ini, yang berlagak sibuk dan sedikit terburu-buru, agar terlahat rajin dan perduli waktu. Sontak aku terhenti.

“Assalamualaikum pak Tio”, aku terdiam sejenak, ku lihat bu Lisa yang selalu tersenyum melihat tingkahku. Dengan terbata-bata aku menjawab.

“Wa, walaikumsalam anak-anak”, kesan yang mengejutkan. Ternyata mereka bisa mengenali suara hentakan kaki kita saat berjalan, ingatan yang luar biasa, subhanallah.

Hari berikutnya, aku lepas alas kakiku masuk ke kelas, tidak ada respon yang mengejutkan aku kali ini. Perlahan aku mendekat kesalah satu muridku, namanya Lili, ketika dia sedang asyik meraba tulisan brile yang ada di depannya, jarinya sejenak berhenti dan terdiam, seperti ada aura baru yang dia rasakan.

“Pagi pak Tio”

“Ya pagi Lili. Lili apa kabar? “

“Hem, baik pak, kenapa tidak pakai alas kaki pak?”

“Pakai, tapi bapak lepas tadi, takut menganggu konsentrasi kalian saat belajar”. Ternyata benar mereka bisa mengenal kita dari bau badan kita, itu bisa berupa parfum, bau badan alami.

Semangat mereka begitu besar, terlihat jelas, saat mereka berusaha mengenali tiap hurup, angka, bahkan mereka meraba tiap lembar uang, untuk membedakan nominal tiap lembarnya, mereka lakukan itu dengan penuh teliti. Aku tahu ini semua mereka lakukan agar mereka tidak gampang dibohongi dan mereka juga tahu, kehidupan dan ekonomi akan mereka rasakan juga kelak mereka dewasa, bukan hanya orang-orang seperti kita saja yang menjalani hidup dengan meteri.

Rasa penasaranku belum sepenuhnya terobati, apa benar mereka bisa mengenali seseorang dari desahan nafas. Hari ini aku ganti farpumku dengan aroma yang lain. Aku dekati lagi muritku, kali ini fajri. Alas kaki masih saja aku lepas, sambil menyodorkan peralatan belajar yang aku berikan pertama kali Fajri. Tidak ada respon apa pun dari Fajri. Ternyata kali ini apa yang pak Rudi bilang salah, Fajri tidak ada respon.

Aku berjalan menuju mejaku, ketika aku mau duduk bagus.

“Pak Tio”, aku langsung menuju pada suara itu, aku kenal suara yang memanggil namaku, itu suara Fajri.

“Ya Fajri, ada apa?”

“Maaf pak, papan braile yang saya pegang tidak lengkap, ada hurup yang copot”. Aku berjalan menyamperi Fajri dan memperhatikan papan yang ada di tangannya. Ternyata benar, hurupnya sudah tidak lengkap. Kenapa aku tidak perhatikan terlebih dulu, mungkin karena perasaan penasaran yang ingin kupecahkan.

Saat jam pelajaran sudah usai, aku tidak igin cepat-cepat pulang, kali ini aku ingin melihat bu Lisa mengajarkan nada membaca Alquran, saat nada membacakan basmallah, bulu kudukku berdiri. Ada getaran yang lembut di hariku tapi sangat terasa. Aku dengarkan tiap ayat yang dibacakan, dan tiba-tiba aku lihat Hp yang ada di tanganku, ku buka menunya dan tanganku sibuk mengotak atik menu ke atas kebawah, entah apa yang ku cari.

Mataku terpaut pada satu menu video, y video. Tidak menunggu lama, aku arahkan kamera ke arah nada yang begitu merdu melantunkan ayat-ayatmu ya Rabbi. Sesekali ku jawab lantunan nada Allah. Mereka juga ingin mengenal agama tanpa ada rasa marah pada sang pencipta yang memberi mereka keterbatasan melihat.

Aku yang diberi mata yang bagus saja, tidak pernah membuka Alquran, mata ini sibuk bengan melihat pesan yang masuk di Hp dan sibuk menebar pandangan pada gadis-gadis cantik di kampusku. Nilai magang mulai kulupakan, yang ingin kurasakan bukan kepuasan nilai bagus tapi kepuasan saat aku bisa belajar banyak dari mereka.

Inilah hari terakhirku disini, entah niali apa yang aku dapatkan. Saat-saat yang memilukan berpisah dengan mereka, tidak bisa lagi ku petik pelajaran yang berharga tiap harinya. Walaupun di kampus masih berlanjut pelajaran tentang kasus seperti ini, tapi tidak bisa aku berinteraksi langsung. Tidak sia-sia juga ambisiku selama ini, bu Lisa memang baik, nilaiku sangat memuaskan. Aku diberi nilai A. Andai saja bu Lisa tidak lebih tua dari aku, pasti baliau akan kujemput saat meraih gelar sarjana.

Biasanya saat magang telah usai, jadwal kuliah semakin padat, aku harus mengejar judul, agar bisa tamat lebih awal. Tapi rasa itu mati, mungkin ambisi meraih sarjana terlalu besar tanpa ada sentuhan yang alami yang membuatku mengambil jurusan ini. Aku mulai sibuk mengikuti pengajian di kampus. Aku ingin memperbaiki kehidupan yang telah aku sia-siakan. Jadwal kuliah tidak kukejar lagi, ingin sekali mengejar syurga dengan kemampuan yang sedang kuasah.

Kali ini yang mengisi kajian pak musa, salah satu dosen dikampus ini, beliau punya ilmu yang cukup bagus di bidang keagamaan, jadi beliau sering di undang saat pengajian di kampus digelar.

“ kali ini bapak akan sedikit membahas tentang ilmu yang kita pelajari, banyak hal yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh kita, karena kita sibuk mengejar nilai, dan tidak mau merenungkan apa yang sedang kita hadapi.

Andai saja kalian tahu, betapa besar dan mulianya niat kita menimba ilmu untuk membantu pendidikan saudara-saudara kita yang benar-benar membutuhkan, dan yang kita hadapi bukanlah anak-anak seperti umunya, melaikan anak-anak yang berkebutuhan kusus.

Tiga bulan sudah kalian habiskan waktu bersama mereka, dan tiap kalian diberi kebebasan memilih kasus apa yang kalian mau. Pastinya banyak hal yang kalian dapatkan. Bahkan memiliki kesan yang berbeda-beda. Kesan indah yang kalian rasa, tidak terlihat di awal pertemuan saja, bisa saja tejadi di tengah perjalanan atau di akhir”.

Tetika pak musa banyak bercerita tentang pentingnya peran kami dalam dunia pendidikan yang anak-anak berkebutuhan kusus. Ada sesi pertanyaan ,yang jarang terjadi dalam kajian kami, mungkin karena kami baru saja menyelesaikan magang jadi, pak musa ingin mendengar keluhan kami dan pengalaman baru yang kami rasakan saat magang.

“ kira-kira, di antara kalian ada yang mau bertanya, tentang cara memikat hati guru pamong yang cantik nan jelita?, agar mereka tetap mengingat kalian dan menunggu kedatangan kalian kembali kesekolah mereka lagi.?”. kami semua tertawa kecil, sepertinya beliau bisa membaca pikiran kami , atau saja beliau juga punya pengalaman yang sama dulu.

Tapi kali ini bukan itu yang ingin aku tanyakan.

assalamualaikum, nama saya tio

“walaikumsalam”

Pak, saya baru saja selesai magang, saya mengambil kasus tuna netra pak.saat magang saya punya ambisi, agar mendapatkan nilai yang bagus, dan bersifat munafik di depan guru kelas dan pamongku pak.

Setelah tiga bulan ada disana, banyak pelajaran yang aku temukan, salah satunya kerja keras mereka untuk pintar dan mengenal agama pak. Dan membuat saya mulai kembali mendekatkan diri pada agama, yang sebelumnya aku abaikan.

Semanagt saya kuliah mulai berkurang dan lebih focus pada agama pak, itu terjadi karena anak-anak itu pak. Menurut bapak bagaimana?.

“baik tio, bapak akan coba memecahaka masalah yang sedang anda hadapi, mengenal agama sanagt lah baik, bahkan kekal dan abadi, sedangkan ilmu yang sedang anda tekuni, hanyalah ilmu dunia dan tidak kekal, apalgi ilmu di dunia pendidikan.sangat jauh berbeda dengan ilmu agama.

Ilmu agama sangat penting, tapi janganlah anda abaikan juga ilmu pendidkan ini. Semakin anda tahu ilmu agama, anda akan menjadi pribadi yang cinta akan sesame dan sosial yang tinggi saat melihat kekurangan saudara-saudara kita.

Dengan adanya ilmu pendidikan ,anda akan bisa lebih gampang mendapatkan uang untuk membantu mereka yang membutuhkan, bahkan anda bisa saja membangun sekolah sendiri untuk anak-anak yang berkebutuhan kusus .seandainya anda punya ilmu agama yang bagus, tapi anda tidak punya pekerjaan, tidak punya modal untuk membantu, itu sama saja dengan anda menonton mereka, bukan membantu.

Jadi saudra tio, jalankanlah keduanya, gali lagi ilmu agama yang ingin anda tahu, lanjutkan kuliah anda dengan prestasi yang bagus, insyaallah, dengan niat yang tulus, Allah akan mengijabah niat mulia anda dan memudahkan jalan anda.”

Mendengar jawaban pak musa, memang ada benarnya juga. Kini saatnya aku mulai hidup dengan pikiran yang lebih cerah menatap masa depan mereka yang membutuhkan perkembangan yang begitu menuntut, dan keputusan yang bijak yang dijalankan dengan serius bukan main-main.

Satu tahun kemudian

Gelar sarjana sudah ku raih, meski aku tidak termasuk mahasiswa komlot, tapi aku puas dengan nilaiku, mengenakan baju toga, berdiri gagah dan tampang yang ganteng, di depan papan bungan ucapan selamat, yang di damping orang tuaku yang meng selama ini mendukungku.

Belum ada gadis cantik yang bisa aku kenalkan pad aorang tuaku, maafka aku ibu,kali ini bukan gadis cantik impianku utuk ku jadikan istri.tapi aku akan mengenalkan mimpik kepada ayah dan ibuku, Itulah impianku. [SY]. Tamat.

RuhanaRuhana bersal dari Pintu Rime, Kec.Ketol. Alumnus MTsN 1 Takengon, MAN 2 Takengon dan UNIMED , saat ini tinggal di Pondok Cabe, Ciputat. Tang-Sel bekerja sebagai Terapis di sebuah klinik di Pondok Cabe, Jakarta Selatan.

Baca Bagian 1 : https://lintasgayo.co/2015/08/19/menjadi-guru-anak-anak-istimewa-bag-1

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.