Aceh Besar-LintasGayo.co: Biarkan kami menarikan tarian kami//tarian bumi yang menimang rasa//yang lahir dari rahim kehidupan//dan ketenangan jiwa pencinta cita. Demikianlah petikan puisi filosofis sastrawan nasional asal tanah Gayo Salman Yoga S dari atas panggung utama Kemah Seniman Aceh Ke-4 di Kota Janto Aceh Besar Sabtu, 12 September 2015 lalu.
Penampilan baca puisi Salman Yoga S kali berbeda dari sejumlah pementasan Salman Yoga S sebelumnya, selain tema puisi yang menyentuh dengan muatan sindiran yang estetik tentang politik, isu kemanusiaan, alam dan lingkungan pementasannya kali ini ditampilkan dengan kemasan sajian peformen yang dikolaborasikan dengan iringan musik tradisi serta tari Guel.
Ketua demisioner Dewan Kesenian Takengon, Purnama K Ruslan mengatakan ini penampilan yang dahsyat. Perpaduan antara puisi, musik tradisi serta tari Guel menyuguhkan karya seni kolaboratif yang sebenarnya. Demikian kata Purnama K Ruslan yang turut tampil dengan alat musik gegedem sesaat turun dari panggung besar dengan lighting berkekuatan 20 Megawatt itu.
Sementara itu salah seorang pengiring lainnya Ana Chobat mengatakan ini satu pementasan baca puisi yang sangat menarik, selain perpaduan yang solid yang bersifat improfisasi yang benar-benar prof juga berisi pesan puisi yang humanis-kritis. Tidak heran jika para pengunjung yang memenuhi lapangan panggung utama terkesima, kata alumnus Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini santun didampingi oleh Onot Kemara yang berperan sebagai penari Guel, Darwin Sopacua dan Julpian Karim sebagai vokalis, Ujang sebagai pemusik serta Jurnalisa sebagai penepok.
Kami telah mengalirkan dari hulu//khasiat akar-akaran belantara
Hijau hutan dan bening air kehidupan//jernih mata bayi yang menghimpun cahaya
Yang kami tarikan dari dan di pucuk-pucuk pinus dan perdu-perdu kopi//udara yang menghirup keteguhan
Kami telah alirkan dari hulu// sebagai mata air dan mata hati//
Mengapa keruh di hilir//keruh dihilir//keruh di hilir
Kejernihan kami alirkan dari hulu…
Penyair memang bukan peramal, tetapi sehari setelah puisi “Kami Alirkan Kejernihan Dari Hulu Mengapa Keruh di Hilir” dibacakan Salman Yoga S di Jantho Aceh Besar, keesokan harinya banjir bandar menimpa tanah Gayo.
(Saiful A Hamzah | DM)