
Jakarta-LintasGayo.co : Penyair nasional asal Gayo, L.K. Ara kembali menerbitkan buku. “Ini merupakan buku kumpulan puisi-puisi saya. Alhamdulillah sudah selesai semua. Pengantar juga sudah, tinggal dicetak,” kata L.K. Ara di Jakarta, Jum’at (11/9/2015).
Buku ini, sambung penyair kelahiran Takengon, Aceh, 12 November 1937 ini, akan diterbitkan Mahara Publishing. “Tahap awal, insyaAllah akan dicetak 1000 eksemplar. Mudah-mudahan, minggu ini sudah bisa dicetak,” harapnya.
Sementara itu, Naruddin, yang merupakan kritikus sastra, sastrawan, dan penerjemah, dalam kata pengantar-nya, menyatakan, L.K. Ara telah mengunyah puisi selama puluhan tahun. Karena telah begitu banyak mengunyah puisi, jelasnya, ia diduga telah banyak “mencicipi” aneka (proses kreatif dalam menggubah) puisi. Kata kerja (verba) “mencicipi” perlu diteliti secara saksama dan “penuh curiga” perihal puisi-puisi terbaiknya yang terhimpun dalam buku Kau Pergi (2015) ini.
Perjalanan yang panjang itu, terangnya, tentu telah melewati ruang-ruang geografis (kasatmata, seen) dan ruang-ruang psikis (cenderung tak kasatmata, unseen). Tendensi yang “unseen” inilah yang barangkali luput dikupas kulitnya begitu rupa hingga daging dan bijinya pun turut terkelupas—tentu setelah sebelumnya dagingnya itu disantap secara rohaniah. Agak tak mudah menguraikan puisi-puisi L.K. Ara yang (berkehendak) sufistik, yang (berkemauan) spiritual, dan yang (bergairah) Ilahiah. Perbedaan istilah “sufistik, spiritual, dan Ilahiah” pun mestilah didekati secara saksama dan dalam tempo yang damai.
Dilanjutkannya, dalam beberapa puisi, kecondongan terhadap rekreasi batin yang terealisasikan itu dapat diduga sebagai bentuk perjalanan “dari dunia luar ke dunia dalam”—yang lahir ke yang batin. Betapa ia gandrung menyebut “Laut Marmara”, “Istambul”, “Pulau Simeulue”, dan “Darul Isky” yang terikat secara historio-spiritual atau setidak-tidaknya secara historio-personal dirinya sebagai umumnya kondisi jiwani sang penyair? Perkara itu tampaknya hanyalah struktur permukaan (surface structure) habitat logos, yang sebenarnyalah mengundang kita menyelami alam pemikiran struktur dalamnya (deep structure).
Kiranya, kata Narudin, kita dapat menelusuri apakah perjalanan yang lama itu “meletihkan” atau sekadar “tubuh renta yang diembus angin lalu” yang boleh jadi tubuh itu turut bergoyang seperti pucuk pohon pinus, lenggak-lenggok secara mesra, atau pun bisa jadi seperti tiang listrik, yang kokoh, bergeming dalam sunyi yang nyaring? Setidaknya, beberapa puisi di bawah ini dapat mewakili perilaku puitik L.K. Ara, yang tentu saja, tidak secara gegabah, dilihat secara sinkronik, melainkan secara diakronik agar L.K. Ara tak jatuh ke dalam kubangan anakronisme—yakni menyangkut elemen-elemen konsolasi final dan residu divinitas.
Buku-buku L.K. Ara
Sejauh ini, L.K. Ara sudah menerbitkan puluhan buku, diantaranya Angin Laut Tawar (Balai Pustaka, 1969), Manuk Sali Gobal (ed. 1971), Junjani (puisi bahasa Gayo, Jakarta. 197l), Loyang Sekam (puisi bahasa Gayo, Jakarta, 1971), Buntul Kubu (puisi bahasa Gayo, Jakarta, 1971), Namaku Bunga (Balai Pustaka, 1980), Kur Lak Lak (Balai Pustaka, 1982), Senandung Burung Burung (Remaja Karya, Bandung, 1982), Pohon Pohon Sahabat Kita (Balai Pustaka, 1983), Antologi Puisi Penyair Aceh (ed, Karya Prima, Jakarta, 1986), Catatan Pada Daun (BP, 1986), Dalam Mawar (BP, 1988), Perjalanan Arafah (1994), Si Karmin Jadi Ulama, Cerita Rakyat dari Aceh I, (Grasindo, 1995), Cerita Rakyat Aceh II, (Grasindo, 1995), Belajar Berpuisi (Syaamil Bandung), Berkenalan Dengan Sastrawan Indonesia dari Aceh (1997), Langit Senja Negeri Timah (YN 2004), Seulawah: Antologi Sastra Aceh Sekilas Pintas (ed. YN, 1995), Aceh Dalam Puisi (ed. Syaamil, 2003), Pangkal Pinang Berpantun (ed. DKKP, YN, 2004), Pantun Melayu Bangka Selatan (ed. YN, 2004), Pucuk Pauh (ed YN 2004), Syair Tsunami (ed. Balai Pustaka 2006), Puisi Didong Gayo (Balai Pustaka 2006), Tanoh Gayo dalam Puisi (ed. YMA, 2006), Kemilau Bener Meriah (ed.YMA, 2006), Ekspressi Puitis Aceh Menghadapi Musibah (BRR 2006), Sastra Aceh (Pena, 2008), Antologi Syair Gayo (Pena, 2008), Ensiklopedi Aceh I (ed. YMAJ, 2008), Malim Dewa danCerita Lainnya (ed. YMAJ, 2009), Ensiklopedi Aceh II (YMAJ, 2009), Ensiklopedi Aceh II cet-ke 2 (Pena, 2012), Angin Perjalanan (Pena, 2012), dan Zikir Aceh (kumpulan tulisan) (Badan Arpus Aceh, 2014).
(AF)