
Banda Aceh-LintasGayo.co : Persoalan konflik Gajah dan manusia di kawasan perbatasan Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, Bireuen, dan Pidie Jaya Provinsi Aceh tidak akan pernah berakhir, namun bisa diminimalisir karena wilayah tersebut merupakan jalur lintasan gajah. Demikian kata Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Genman Hasibuan.
“Keadaan ini sulit diakhiri. Namun, bisa bisa diminimalkan kerugian yang ditimbulkannya. Daerah itu merupakan lintasan Gajah sejak lama,” kata Genman kepada LintasGayo.co menanggapi adanya laporan amukan gajah jantan yang memakai GPS Collar, Selasa 11 Agustus 2015.
Genman kembali mengingatkan jika tidak ingin isi kebun diganggu gajah maka budidayakanlah tanaman yang tidak menjadi makanan gajah seperti kopi, pala dan lain-lain. Jangan justru sawit, pinang atau tebu.
“Kita tidak mungkin membunuh gajah dan juga tidak mungkin mengorbankan manusia, penanganannya mesti bersama-sama antara pihak terkait,” ujar Genman.
Ditanya, kenapa gajah jantan yang berkalung GPS-Collar terpisah dari kawanan, Genman menegaskan gajah tersebut tidak terpisah, namun memang demikian lumrahnya karena gajah jantan tersebut adalah gajah penguasa kelompok.
“Disaat-saat tertentu gajah penguasa akan bergabung kembali dengan kawananannya,” tandas Kepala BKSDA, Genman seraya menegaskan jika Pemkab Bener Meriah sudah sangat serius menangani gajah tersebut dengan mengalokasikan lahan seluas 10 hektar untuk pembangunan Conservatian Rescue Unit (CRU). (Kh)