Indonesia Raja, Program Fim Pendek Terbesar di Indonesia yang Melibatkan Gayo

oleh
Fransisca Prihadi saat konferensi pers

Oleh : Win Wan Nur

Fransisca Prihadi saat konferensi pers
Fransisca Prihadi saat konferensi pers

Kamis 2 Juli 2015, LintasGayo.co diundang oleh Minikino, sebuah organisasi yang berfokus pada film pendek untuk menghadiri press conference yang mereka adakan di Mangsi Coffee, Denpasar.

Setelah sebelumnya sukses dengan S-Express, sebuah ajang pertukaran film antar negara Asean plus Cina. Kali ini Minikino meluncurkan program baru yang mereka selenggarakan mulai tahun ini.

Program itu bernama Indonesia Raja. Sebuah kolaborasi pertukaran film pendek antara para sineas yang ada di berbagai kota di Indonesia. Terinspirasi dari semangat kebangsaan yang terkandung dalam lagu kebangsaan Indonesia yang dalam ejaan lamanya tertulis INDONESIA RAJA.

Menurut Fransiska Prihadi, programmer acara ini yang akrab dipanggil Cika. Film pendek adalah satu genre dari sekian genre film yang ada. Film pendek adalah film yang berdurasi pendek. Tapi bukan berarti film panjang yang dipendekkan. Ibarat cerita, perbedaan antara film pendek dan film panjang adalah seperti perbedaan antara cerpen dan Novel.

Kategori film yang disebut pendek ini sendiri bermacam-macam. Minikino menetapkan standar maksimal durasi 35 menit. Tapi khusus untuk Indonesia Raja, maksimal durasi adalah 20 menit.

Melalui acara pertukaran film ini, para sineas dari berbagai kota di Indonesia bisa saling berbagi karya. Karya orang Medan bisa ditonton di Jakarta, Bali, Yogyakarta sampai Kupang. Dengan pertukaran film seperti ini, para penonton yang disuguhi hasil karya dari para sineas di berbagai daerah di Indonesia ini jadi mengetahui bagaimana kehidupan, dan harapan apa serta apa yang menjadi impian para penduduk Indonesia di wilayah lain yang selama ini mungkin kurang banyak terekspose. Karena acara televisi dan juga film-film mainstream, lebih banyak bercerita tentang Jawa dan secara khusus Jakarta.

Dari trailer yang ditampilkan, terlihat jelas bagaimana film-film yang terpilih masuk ke dalam program ini menampilkan tema-tema yang begitu kental dengan nuansa lokal. Film dari Jawa misalnya banyak menampilkan dialog dalam bahasa Jawa yang diberi sub title, demikian pula yang dari Bali.

Made Birus Suarbawa, Kurator film Indonesia Raja untuk wilayah Denpasar mengakui kalau pertimbangan utamanya untuk menentukan film-film yang lolos seleksi adalah nuansa lokalitas Bali yang ada di film.

Untuk tahun ini ada 7 kota yang terlibat dalam pertukaran film ini. Kota-kota tersebut adalah Medan, Jakarta, Purbalingga, Semarang, Yogyakarta, Semarang dan Denpasar. Tapi selain di ketujuh kota tersebut, film-film ini juga akan diputar di Kupang.

Terlihat dari kota-kotanya, mayoritas hanya ada di Jawa. Hanya ada satu kota di Sumatera, yaitu Medan.

Tapi kabar baiknya, dari perbincangan dengan Edo Wulia, salah seorang Volunteer di Minikino. Tahun ini ada satu tempat lagi di Sumatra yang akan menjadi tempat pemutaran program Indonesia Raja sepanjang tahun ini, mulai dari Juli sampai Desember. Dan tempat itu adalah GAYO.

Kalau tahun ini, Gayo hanya menjadi tempat pemutaran. Tahun depan diharapkan Gayo bisa berpartisipasi dalam pertukaran film ini bersama 7 kota yang sudah berpartisipasi tahun ini.

Dengan begitu, nanti karya-karya sineas Gayo akan dikenal secara nasional. Kalau kesempatan ini bisa dimanfaatkan dengan baik, tidak lama lagi Gayo akan mendapatkan satu posisi penting dalam dunia film pendek Indonesia dan juga internasional. Dan dengan demikian, budaya,alam dan bahasa Gayo sendiri akan lebih dikenal secara nasional dan internasional. []

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.