Jakarta-LintasGayo.co: Politisi PDI-Perjuangan yang juga Anggota Komisi II DPR-RI asal Gayo Ir Tagore Abubakar menyatakan tak masalah apabila pelaksanaan kongres Peradaban Aceh digelar di Takengon.
“Saya kira tak ada persoalan. Asalkan panitianya benar-benar siap,” kata Tagore Abubakar, anggota Komisi II DPR RI, saat dihubungi panitia kongres Fikar W Eda di Jakarta, Minggu 29 Juni 2015.
Sementara peneliti bahasa Gayo Yusradi Usman al-Gayoni, menyebutkan kesempatan tersebut bisa dimanfaatkan bagi seluruh peserta kongres mendalami sejarah dan kebudayaan Gayo. Temuan arkeologi di Loyang Mendale oleh Tim Balai Arkeologi Medan, memperlihatkan bahwa nenek moyang Gayo sudah berada di kawasan itu sejak 7500 tahun silam.
“Ini menarik, karena bisa diteliti lebih jauh mengenai kebahasaan mereka,” kata Yusradi yang menjadi salah seorang nara sumber pada diskusi terarah (focus discution group-FGD) Kongres Peradaban Aceh 2015.
Yusradi juga mengusulkan kepada panitia Kongres Peradaban Aceh untuk mengundang kepala peneliti situs Loyang Mendale Ketut Wiradnyana, Domenyk Eades dari Australia yang pernah meneliti dan menulis buku tentang “gramer bahasa Gayo, ” dan John Bowen dari Amerika, antropolog yang sangat paham bahasa Gayo dan telah menulis buku tentang Gayo.
Selain itu turut pula dihadirkan Akademisi bahasa dari Gayo lainnya ada Dr. Rajab Bahry (khusus Gayo Lues, penyusun kamus Gayo), Dra. Dardanila, M.Hum (spesialis linguis historis komparatif), Joni MN (spesialis pragmatik), dan Abdussalam (spesialis sosiolinguistik), dan Yusradi penulis “Tutur Gayo” dan “Ekolinguistik.”
Kongres Peradaban Aceh 2015 telah mengawali rangkaian kegiatannya dengan menggelar diskusi terbatas di Jakarta pada Jumat (26/6/2015). Membahas intensif berbagai langkah memperkuat bahasa-bahasa lokal di Aceh. Diskusi tersebut menghadirkan para pembicara mewakili penutur bahasa lokal, akademisi, pengamat, dan anggota parlemen. Diskusi dibuka Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar. (tarina)