Lepat Gayo, Penganan Hari Megang dan Menu Penambah Energi Saat Puasa

oleh
Prosesi Nos Lepat Gayo. Foto. Salaman Yoga S
Prosesi Nos Lepat Gayo. Foto. Salaman Yoga S

SELAIN tradisi meugang yaitu menyediakan menu masakan daging menjelang ramadhan, warga beberapa daerah di Aceh juga memiliki tradisi menyiapkan penganan berbuka, bernama lepat gayo. Warga yang konsisten menyiapkan lepat gayo untuk menu penutup makan sahur, serta menu pembuka diwaktu berbuka puasa adalah warga di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah.

Lepat gayo adalah sejenis kue basah, adonannya mirip dengan lepat bugis. Bedanya, lepat gayo tidak berbentuk piramida seperti halnya lepat bugis, tetapi berbentuk bulat panjang yang digulung dalam daun pisang. Kedua jenis lepat ini memiliki kesamaan, dibuat dari tepung beras ketan, berisi kelapa manis didalamnya, serta sama-sama dikukus.

Namun, antara lepat gayo dan lepat bugis juga memiliki perbedaan yang esensial, terutama bahan baku, serta daya tahannya. Lepat gayo memiliki daya tahan sampai beberapa bulan, bahkan ada yang sampai setahun. Lepat gayo yang usianya sudah setahun, kondisinya sudah mengeras hampir seperti batu. Untuk memakannya, lepat gayo itu harus terlebih dahulu dipanggang di atas bara api. Saat para penjual tajil di daerah ini belum ramai (sekitar tahun 1970-an), lepat gayo menjadi satu-satunya menu buka puasa yang sangat populer.

Lepat gayo dibuat secara gotong royong oleh seluruh kaum kerabat. Jumlah yang dibuat biasanya cukup banyak, diperkirakan cukup sampai berakhirnya bulan ramadhan. Supaya awet, lepat gayo digantung pada para-para diatas tungku masak, sehingga saban waktu terasapi.

Kalau kita diundang berbuka puasa ke rumah tetangga, pasti mereka tidak lupa menyediakan lepat gayo panggang sebagai menu berbuka puasa. Menu lepat gayo untuk berbuka puasa merupakan wujud penghormatan kepada tamu. Banyak tamu yang menyukai lepat gayo, karena aroma gula aren dari lepat gayo yang sudah dipanggang itu sangat menusuk hidung, harum dan merangsang selera makan.

Oleh warga Dataran Tinggi Gayo, mengkonsumsi sepotong lepat gayo dipercaya dapat memperlambat rasa lapar. Hal ini disebabkan oleh komposisi yang terkandung dalam lepat gayo rata-rata memiliki kadar kalori yang cukup tinggi, sehingga layak disebut menu penambah energi. Hal ini tidak terlepas dari komposisi kandungan kalori dalam lepat gayo yang meliputi tepung beras ketan, gula aren atau gula jawa (gula tebu), kelapa yang sudah dimasak dengan gula, dan garam.

Lepat. (ist)
Lepat. (ist)

Menjelang ramadhan tahun ini, Inen Shafa seorang ibu rumah tangga, warga Paya Serngi Aceh Tengah bersama anak dan keluarganya terlihat sedang menyiapkan adonan lepat gayo di balai-balai rumahnya. Di atas baki berwarna putih telah ditaruhnya tiga kilogram tepung beras ketan. Kemudian, dia menaburkan garam, disusul dengan menuangkan cairan gula yang sebelumnya telah dipanaskan. Lalu, perempuan paruh baya itu mengolah adonan itu sampai menjadi gumpalan tepung yang menyatu.

Disudut yang lain, terlihat putrinya yang masih duduk dibangku madrasah tsanawiyah sedang memanggang daun pisang di atas kompor minyak. Kata mereka, daun pisang harus dipanggang supaya lembut sehingga mudah membalut adonan lepat gayo. Di kompor minyak yang satu lagi, Inen Shafa sedang memasak kelapa yang dibalur gula dalam sebuah belanga besi. Kelapa gula itu akan dibubuh dalam adonan lepat gayo.

Setelah semua bahan dasarnya tersedia, Inen Shafa mulai beranjak ke proses pembuatan lepat gayo. Langkah pertama, adonan tepung beras katan yang sudah diaduk dengan gula, dibulatkan sebesar bakso lapangan tembak. Bulatan tepung itu dibubuhi sedikit minyak goreng, kemudian tepung itu dipipihkan menggunakan jari tangan diatas daun pisang. Setelah pipih, diatasnya dibubuhkan kelapa gula sebagai inti dari lepat gayo, lalu digulung bersama daun pisang sebagai kulitnya. Sekitar empat jam, selesailah pekerjaan Inen Shafa membalut adonan lepat gayo dalam daun pisang.

Pekerjaan berikutnya, lepat gayo yang sudah dibalut dengan daun pisang itu dimasukkan kedalam kukusan. Kurang dari satu jam dikukus, lepat gayo yang lezat itu sudah siap untuk dinikmati. Supaya cepat dingin, lepat gayo itu didederkan dalam baki warna putih sekitar setengah jam.

Setelah terasa dingin, Win Ruhdi, suami dari Inen Shafa mulai mengikat ujung dari lepat gayo dan menggantungnya pada para-para diatas dapur. Menurutnya, campuran gula itu sesungguhnya merupakan bahan pengawet lepat gayo. Kalau diasapkan diatas dapur pasti akan lebih awet lagi, tidak basi sampai berakhirnya bulan puasa. “Nggak lengkap makan sahur dan buka puasa tanpa dilengkapi dengan lepat gayo dan secangkir kopi. Lepat gayo bikin kita tidak merasa lapar sampai sore,” kata Win Ruhdi sambil mengikat lepat gayo dengan tali plastik warna hitam. (Muhammad Syukri | kompasiana)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.