Catatan Win Wan Nur*
FILOSOFI Kopi adalah film Indonesia yang diadaptasi dari novel karya Dewi Lestari yang bercerita tentang dua orang sahabat bernama Ben (Chico Jericho) dan Jody (Rio Dewanto).
Bersama sahabatnya Jody, Ben yang merupakan seorang barista handal mendirikan kedai kopi yang dinamakan Filosofi Kopi bersama.
Suatu ketika hutang bernilai ratusan juta mengancam keberadaan kedai Filosofi Kopi yang mereka bangun. Ditengah perjuangan mengatasi hutang dan masalah diantara mereka. Tiba-tiba muncul seorang pengusaha yang menantang Ben untuk menyediakan Kopi “House Blend” untuk disuguhkan pada seorang pengusaha pencinta kopi yang akan memberinya proyek bernilai besar. Kalau Ben berhasil membuat sang pengusaha terkesan, Ben akan diberi uang sebesar 100 juta yang cukup untuk membayar cicilan utang selama 4 bulan.
Tapi Ben menyanggupi dengan tantangan gila, dia minta Kopinya dibayar 1 miliar kalau bisa membuat sang pengusaha yang akan member proyek terkesan. Dengan balasan, Ben akan membayar 1 miliar seandainya gagal.
Ben mengurung diri selama dua minggu untuk membuat ramuan Kopi terbaik, dengan membeli biji-biji kopu terbaik yang dia ‘roast’ sendiri dan racik sendiri dengan segala ilmu yang dia punyai. Dan terciptalah racikan bernama ‘Perfecto’ menjadi Kopi terenak yang dengan percaya diri diproklamirkan Ben sebagai kopi terenak di Indonesia.
Lalu muncul El (Julie Estelle), seorang kritikus Kopi asal Perancis tapi berdarah Indonesia yang sedang merampungkan buku tentang Kopi yang sedang dia tulis.
Ketika El, seorang Q Grader yang sudah berkeliling Asia untuk menjelajahi pusat produksi Kopi karena kecintaannya terhadap minuman ini mencicipi ‘Perfecto’, El hanya mengatakan kopi tersebut “lumayan enak”, kalah jauh dibandingkan kopi yang pernah dicicipinya di Ijen.
Lalu Ben yang tidak terima dikatakan kopinya ‘hanya’ “Lumayan enak”, bersama Jody dan El berangkat ke Ijen untuk mencicipi ‘Kopi Tiwus’ yang menurut El adalah Kopi terenak yang pernah dia cicipi. Dan di sana mereka bertemu dengan Pak Seno ( Slamet Rahardjo) dan Bu Seno ( Jajang C. Noer) yang merupakan petani sekaligus yang meracik Kopinya.
Ben dengan egonya sebagai Barista hebat tidak terima Kopinya kalah enak dengan kopi buatan Pak Seno, memaksa Pak Seno untuk menunjukkan kebunnya. Dan setelah Pak Seno dan Bu Seno menunjukkan kebunnya, akhirnya Ben mengerti mengapa Kopi Pak Seno menjadi sangat enak.
Cerita dan alur film ini sebenarnya sangat sederhana dan begitu mudah diikuti. Tapi riset selama lima tahun yang dilakukan tim yang memproduksi film ini jelas bukan main-main. Sepanjang sejarah perfilman Indonesia, mungkin Filosofi Kopi adalah film Indonesia yang paling serius dalam menggarap detail.
Semua hasil riset tim kreatif film ini terpampang nyata di layar. Film ini begitu detail dalam menggambarkan Kopi mulai dari penanaman, pemangkasan, roasting sampai brewing. Dan hebatnya semua penggambaran itu tepat.
Yang lebih mengagumkan, bahkan ketika menggambarkan Kopi yang enak sejak ditanam. Tanaman kopi yang ditampilkan adalah Kopi Typica yang memang merupakan varietas kopi yang menghasilkan rasa kopi terbaik, bukan Catimor yang merupakan mayoritas kopi ‘arabica’ yang ada di Indonesia saat ini. Kopi favorit petani yang meskipun hasil panennya menakjubkan, tapi rasanya banyak dikeluhkan pecinta Kopi sejati karena masih ada sensasi Robusta-nya.
Dan bagi kita para petani dan stakeholder Kopi di bagian paling utara Bukit Barisan yang paling istimewa dalam Filosofi Kopi adalah; bagaimana film ini menghadirkan Gayo dalam posisi sedemikian terhormat dan Agung. Dalam film ini Gayo digambarkan laksana surga lapis ketujuh-nya Kopi.
Ada dua kali nama Gayo disebutkan dalam film ini
Pertama ketika Jody yang digambarkan begitu perhitungan dengan uang, berkorban dengan membelikan Kopi “Gayo Arabica Organic Natural Processing” yang ditatap dengan nada tidak percaya oleh Ben yang seolah baru mendapatkan harta yang paling berharga yang pernah ada di dunia.
Kedua, ketika Ben menanyakan apa rahasia kopi Tiwus milik Pak Seno hasil kebunnya sendiri di Ijen, Kopi yang rasanya mengalahkan ‘Perfecto’ Kopi terenak di Indonesia yang diciptakan oleh Ben dengan segenap ilmunya yang diracik dari paduan biji kopi terbaik dari seluruh Indonesia. Pak Seno menjawab, itu karena bu Seno istrinya adalah seorang Perempuan Gayo, yang seluruh hidup keluarganya turun-temurun mengusahakan kebun Kopi, sehingga sangat memahami kopi seperti memahami nafasnya sendiri.
Dengan penggambaran Gayo yang sedemikian agung di film ini. Tidak mengherankan ketika kemudian LG.co yang merupakan satu-satunya penonton asal Gayo di antara 370 penonton yang hadir, tiba-tiba menjadi ‘Selebritis Dadakan’. Di samping Rio Dewanto, sang Sutradara Angga Dwimas Sasongko dan kedua Produser. LG.co juga banyak diajak berfoto bersama oleh para penonton dan dikerubuti banyak orang untuk sekedar mengobrol.
Bahkan tidak sedikit kemudian penonton menanyakan bagaimana cara dan berapa ongkos serta biaya untuk berkunjung ke Gayo.
Dan ketika pada sesi diskusi, LG.co menyampaikan pujian atas detail dalam film ini. Justru sang Sutradara Angga Dwimas Sasongko yang merasa tersanjung. Dalam sesi diskusi ini pula sang Sutradara kembali menunjukkan penghargaannya yang sedemikian tinggi pada Kopi Gayo, saat menggambarkan jenis-jenis kopi yang dikonsumsi masyarakat, Angga mengatakan “Nggak mungkin lah, Kopi Gayo dijual dengan harga tiga ribu yang bisa dinikmati semua orang”
Efek nyata dari film ini terhadap Kopi Gayo langsung dirasakan oleh Kopi Kultur sebagai penyelenggara acara ini. Dua kilogram biji Kopi Gayo yang baru mereka beli dua hari yang lalu, langsung tandas menjadi minuman dan langsung habis malam itu juga karena dipesan oleh para penonton film ini.
Tidak mengherankan pula ketika LG.co menawarkan untuk melakukan acara yang sama di Gayo, seluruh crew dan pemain Filosofi Kopi menyambut dengan penuh antusias.
Sekarang, tinggal pemerintah dan para pengusaha Kopi Gayo. Mau atau tidak memanfaatkan kesempatan yang sudah terbuka lebar ini untuk membuat Kopi Gayo semakin melambung.[]
Klik disini : [highlight]Official Trailer Filosofi Kopi[/highlight]
*Wartawan LintasGayo.co di Bali