*Ismail Baihaqi
Tidak tersedianya area persawahan di kawasan pedalaman Aceh Timur kemukiman masyarakat Gayo Lokop di dua kecamatan (Lokop dan Penaron) mengharuskan masyarakatnya menggarap padi ladang (Gayo : Rom Deret atau Rom Tajuk) dalam mencukupi kebutuhan besar sehari-hari. Tidak seperti Resam Berume (kebiasaan dalam menggarap sawah) di daerah-daerah Gayo lainnya, penggarapan Rom Deret di dua kecamatan itu juga memiliki tradisi yang disebut ‘Bejamu Nukel’.
Bejamu Nukel adalah tradisi gotong royong yang dilakukan masyarakat Gayo di Lokop dan Penaron dalam menggarap sawah. Uniknya gotong-royong yang dilakukan tidak terbatas kepada kelompok-kelompok tertentu saja. Melainkan, sikap gotong royong dalam Bejamu Nukel dilakukan oleh masyarakat satu kampung kemudian berpindah ke kampung lainnya.
Menurut keterangan salah seorang warga setempat, Amir beberapa waktu lalu kepada LintasGayo.co, Bejamu Nukel dilakukan oleh warga Gayo di dua Kecamatan tersebut dengan cara bergiliran. “Bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan, sebagian juga turut membantu. Bejamu Nukel dilakukan untuk mempercepat proses penanaman Rom Deret,” kata Amir.
Dia melanjutkan, dalam setahun proses bercocok tanam hanya dilakukan sekali dan serentak di dua kecamatan tersebut. “Biasanya di awal bulan Mei atau bulan Juni proses penanaman dilakukan. Mengingat di bulan itu, serangan hama akan berkurang,” ucapnya.
Dalam menanam Rom Deret, Amir mengatakan sering mendapat gangguan hama, seperti burung, babi dan gajah. “Dua Kecamatan ini berada di pedalaman hutan, jadi hama gajah pun mau mengganggu tanaman kita,” ujar Amir.
Dikatakan lagi, Rom Deret merupakan sumber penghasil besar masyarakat di Kemukiman Lokop Serbejadi. Dan kebiasaan-kebiasaan Bejamu Nukel sudah dilakoni warga setempat secara turun-temurun. (DM)