Banda Aceh-LintasGayo.co: Indonesia kaya dengan berbagai budaya suku bangsa, maka idealnya tidak ada yang terdiskriminasi. Terutama terkait dengan janji politik sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hasil karsa kebijakan dalam lingkup kebudayaan yang sebenarnya.
Hal tersebut disampaikan Adam Mukhlis Arifin,SH Wakil Ketua Komisi V DPR Aceh saat memberi Orasi Kebudayaan dalam serangkaian acara Laounching dan bedah buku “Perempuan Berjangkat Utem” terbitan The Gayo Institute (TGI) di Aneuk Kupi (Restoran Lamnyong), Senin (18/5/2015).
Adam juga menyebutkan, mendukung Aceh yang melaju dengan akselerasi dengan responsive maksimal dalam bingkai RI. “Tetapi kita juga risau jika anak cucu kita kelak menyalahkan generasi saat ini yang tidak berbuat maksimal dan tidak punya karya. Terlebih pemerintah Aceh dengan kewenangan yang luas justru tidak dapat berbuat lebih, sampai membuat kajian apa yang telah didapat (untung) Aceh sepuluh tahun dalam NKRI. Perlambatan implementasi MoU Helsinki adalah menghambat proses reintegrasi bangsa, ini ancaman terbesar perdamaian berkelanjutan di bumi Aceh,” jelas mantan Jubir GAM wilayah Linge itu berapi-api.
Selanjutnya terkait dunia pendidikan Adam mengatakan; “UUD 1945 mengamanatkan anggaran pendidikan sebesar 20%, urusan ini menempati posisi nomor satu. Akan tetapi ditempatkan oleh pemerintah kita pada posisi nomor tiga setelah Pekerjaan Umum dan Kesehatan. Sehingga jangan heran jika peringkat Aceh dalam pendidikan nasional selalu berada pada posisi 3 atau 4 dari bawah”.
Menyangkut kebudayaan dan kesenian Anggota DPRA dari fraksi Partai Aceh ini juga berbicara panjang lebar bagaimana sebuah karya akan menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dari kebesaran sebuah bangsa.
“Tidak ada nasionalisme sebuah bangsa betapapun maju dan besaarnya, tanpa menghargai keberagaman. Tidak ada nasionalisme sebuah negeri, seberkembang dan sejayanya tanpa ada kemerdekaan ekspresi seni di dalamnya. Tidak ada nasionalisme sebuah kedaulatan sebuah negara tanpa memberi dan menghargai hasil karya warganya”.
Menyinggung atas terbitnya buku dua bahasa (Indonesia –Gayo) yang ditulis oleh Salman Yoga S dkk, Adam sangat mengapresiasinya dengan sambutan khusus.
“Kita sangat mengapresiasi kerja serta hasil karya para penulis muda Aceh hari ini. Mereka bersedia secara swadana menerbitkan salah satu produk pendidikan dan budaya berupa buku. Tidak dipasilitasipun mereka mampu berbuat bagi budaya dan bangsanya, saya menaruh keyakinan besar karya mereka akan jauh lebih baik jika pemerintah tidak menutup mata.”
Untuk itu, kata Adam, mari kita beri aplaus yang ikhlas dan tulus atas terbitnya buku “Perempuan Berjangkat Utem” ini, yang mengangkat kearifan dan kekayaan budaya bangsanya. [Saiful A Hamzah-AR]





