Sekilas Sejarah Bus PT. Aceh Tengah

oleh
H. Irsyaduddin
H. Irsyaduddin

Kha A Zaghlul

PERSEROAN Terbatas (PT) Aceh Tengah berdiri seiring Indonesia merdeka di tahun 1945, dan sangat mungkin beroperasi kembali seperti belasan tahun silam. Tidak rumit jika ada kemauan dan niat baik para generasi muda saat ini.

Menurut salah seorang pemilik saham sekaligus mantan Direktur PT. Aceh Tengah, H. Irsyaduddin, PT. Aceh Tengah didirikan oleh Urang Gayo atas semangat kebersamaan dan semangat kemerdekaan di tahun 1945, dan jika ada kemauan dan niat baik pasti bisa berjaya kembali seperti belasan tahun silam,” kata salah seorang pemilik saham dan juga sebagai mantan direktur PT. Aceh Tengah.

Bus PT. Aceh Tengah saat pemberangkatan jama'ah haji dari Takengon. (Doc. Zumara Kutarga)
Bus PT. Aceh Tengah saat pemberangkatan jama’ah haji dari Takengon. (Doc. Zumara Kutarga)

Dia menyambut baik mulai beroperasinya bus bernama PT. New Aceh Tengah baru-baru ini, namun dia juga berharap agar PT. Aceh Tengah juga dihidupkan kembali. Alasannya, karena bersejarah dan pemilik sahamnya Urang Gayo serta masih memiliki aset penting berupa kantor berupa rumah toko di kawasan terminal lama Takengon dan aset bangunan di Kelaping, dekat Totor Bale Takengon.

“Generasi muda harus meneruskan operasional PT. Aceh Tengah, kuncinya mesti berani dan harus bersatu, saya siap mendukung sebisanya. Data pemilik saham masih ada, dulu saya tinggalkan di kantor PT. Aceh Tengah di terminal, boleh ditanyakan kepada sejumlah orang, salahsatunya Kudus,” kata Irsyaduddin.

Kondisi transportasi Jalan TakBir (Takengon-Bireuen) Km 21 (dekat Krueng Simpur) tahun 1958. (Doc. AS Kobat)
Kondisi transportasi Jalan TakBir (Takengon-Bireuen) Km 21 (dekat Krueng Simpur) tahun 1958. (Doc. AS Kobat)

Para pendiri PT. Aceh Tengah saat itu, diungkapkan H. Irsyaduddin diantaranya H. Mahmud, Guru Jali, Aman Darul Aman, Kali Kebet, Guru Muhammad, Abu Bakar Kebet dan lain-lain.

Dan saat bersamaan, juga muncul usaha dagang lain bernama Kongsi Gayo yang digagas oleh Ngah Pirak, ayah dari Jaksa Syahmuddin orang tua dari dr. Maulida istri Muryid, Kepala Satpol PP dan WH Aceh Tengah saat ini.

“Ngah Pirak turut berperan mendirikan PT. Aceh Tengah dan sepengetahuan saya dialah orang yang pertama menjadi eksportir ke luar negeri, dia berdagang ke Penang Malaysia,” kata Irsyaduddin.

Aset bangunan di Kelaping dekat jembatan Bale Takengon.
Aset bangunan di Kelaping dekat jembatan Bale Takengon.

Sayangnya, Kongsi Gayo tidak berlanjut, timpalnya, dan PT. Aceh Tengah lah yang eksis dengan usaha pertama berdagang kain. H. Aman Kuba juga terlibat saat itu. Dan setelah itu muncul gagasan usaha jasa transportasi dengan trayek Simpang Tige Redelong, Kabupaten Bener Meriah saat ini.

Usaha jasa transportasi ini kemudian berkembang pesat seiring kebutuhan masyarakat, tidak hanya melayani trayek Simpang Tige Redelong-Pondok Baru, namun juga ke Bireuen, Banda Aceh dan Medan Sumatera Utara.

Bus Aceh Tengah di halaman Gedung Bina Graha Jakarta. (ist)
Bus Aceh Tengah di halaman Gedung Bina Graha Jakarta. (ist)
Bus Aceh Tengah Baru di tikungan Enang-Enang, lintasan Bireuen-Takengon. (foto: Safar 'Rambideun', twitter.com/AcehBusLovers)
Bus Aceh Tengah Baru di tikungan Enang-Enang, lintasan Bireuen-Takengon. (foto: Safar ‘Rambideun’, twitter.com/AcehBusLovers)

Kian banyaknya Urang Gayo yang merantau menempuh pendidikan ke Medan dan Banda Aceh, peran PT. Aceh Tengah bukan saja melayani penumpang, namun juga jasa pengiriman barang dan uang.

Saat H. Irsyaduddin menjadi direktur, sering menggelar rapat perusahaan dan biasanya digelar di gedung Gentala Takengon yang pernah menjadi bioskop dan kini menjadi pusat latihan beberapa olahraga bela diri di Aceh Tengah.

Saat manajemen dipimpinnya, bus PT. Aceh Tengah juga pernah mengantar rombongan siswa hingga ke istana negara beberapa tahun silam, saat itu Mukhlis Gayo masih bertugas sebagai PNS di Sekretariat Negara.

Bus New Aceh Tengah. (Foto fb Alzuara Mtaruna)
Bus New Aceh Tengah. (Foto fb Alzuara Mtaruna)

H. Irsyad juga berharap aset-aset sisa kejayaan PT. Aceh Tengah diselamatkan, saat ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu dengan keuntungan yang tidak jelas untuk siapa.

“Aset di Kelaping disewakan kepada beberapa orang dan telah ada usaha dagang dibangunan tersebut, saya tidak tau dikemanakan uang sewanya, juga dengan ruko di terminal, nilainya milyaran Rupiah,” tandas H. Irsyaduddin yang sempat menempuh pendidikan dan latihan tentang transportasi di Netherlands Belanda tahun 1987 silam.

Dengan munculnya usaha jasa transportasi PT. New Aceh Tengah, artinya sudah ada 3 usaha sejenis yang menyematkan nama Aceh Tengah, pertama PT. Aceh Tengah (1945), PT. Aceh Tengah Baru (2014) dan PT. New Aceh Tengah (2015). []

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.