Takengon-LintasGayo.co : Salah satu sasaran Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Aceh dalam riset pemetaan seni budaya Aceh di Gayo adalah Rumah Adat Gayo (umah pitu ruang). Observasi tersebut dilaksanakan di rumah (Gayo : umah) adat Gayo Kerajaan Baluntara di Toweren Aceh Tengah.
Riset ini langsung dipimpin Rektor ISBI Aceh Dr. Ahmad Akmal didampingi Teuku Afifuddin dan Dedi Kalee (Dosen ISBI), Purnama (Mantan ketua Dekate), Salman Yoga (Sastrawan/Akademisi/Direktur The Gayo Institut) beserta juru kunci keturan Reje Baluntara Toweren. Berdasarkan informasi yang diproleh dari juru kunci penjaga Rumah Adat, bangunan ini sudah berdiri sejak 1901. Sehingga kondisi rumah adat ini sangat mengkhawatirkan apabila tidak ada perawatannya.
Dr. Ahmad Akmal mengatakan, bentuk rumah adat Gayo itu sangat estetik, memiliki nilai keindahan yang luar biasa. Meskipun bentuk ukiran sangat sederhana, namun desain dan idenya sangat kreatif, belum tentu masyarakat sekarang mampu untuk membuatnya. Oleh karena itu situs sejaraha seperti ini harus mendapat perhatian khusus baik dari pemerintah maupun masyarakat setempat.
“Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat, rumah adat ini tinggal satu-satunya yang masih asli dan utuh. Apabila tidak ada perhatian khusus terhadap produk budaya ini, maka masyarakat Gayo akan kehilangan warisan budaya yang berharga ini. Rumah Adat Gayo ini akan menjadi salah satu konsep arsitektur pembangunan ISBI Aceh di kota Jhanto. Tahun ini ISBI Aceh telah berjalan satu tahun kegiatan proses belajarnya, dalam beberapa tahun kedepan kita akan mendirikan bangunan baik gedung perkuliahan maupun gedung pertunjukan serta galeri seni rupa,” ungkap Rektor ISBI.
Sementara itu Salman Yoga berharap kepada pemerintah daerha untuk memberikan perhatian khusus terhadap situs sejarah ini. “Ini salah satu kekayaan masyarakat Gayo mulai dari alamnya yang indah, tanhanya subur, hasil produk budayanya sangat luar biasa. Motif-motif ukiran ini masih asli klasik dan ini satu-satunya di Gayo. Walaupun di tempat lain rumah adat Gayo masih, namun tidak ada seperti ini. Oleh karena itu mari kita jaga secara bersama masyarakat dan pemerintah,” jelasnya.
(Ansar Salihin | DM)