Istiqamah dan Iman Sampai Akhir Hayat

oleh

Oleh: Lukmal Hakim Yahya, S. Ag

KUA NisamDalam sebuah Hadits yang di Riwayatkan oleh Imam Muslim juga termaktub juga Sunan at-Turmuzi dan Ibnu Majah, Dari Abi ‘Amr (Abi Amrah) RA, ia berkata : Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, Katakanlah kepadaku tentang Islam sebuah perkataan yang tidak akan aku tanyakan kepada seorgpun selain engkau”. Rasulullah SAW bersabda ; “Katakanlah! Saya beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah engkau!”

Kemudian kita juga bisa melihat Firman Allah SWT dalam Surat Fushhilat ayat 30 s/d 32 yang artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami adalah Allah.” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Jangan kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh pula di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan bagimu dari Yang Maha Pengampun dan lagi Maha penyayang.” (QS. Fushilat : 30-32).

Dari Ayat dan Hadits tersebut dapat diketahui betapa pentingnya Istiqamah, keberadaannya dilahirkan dari susah payah sehingga Istiqamah ini menjadi sebuah pekerjaan yang sangat berat akan tetapi lezat bagi mereka yang menikmati dan berusaha untuk tetap Istiqamah. Adapun makna dari Istiqamah yaitu seperti di sampaikan oleh Sahabat Rasulullah Abu Bakar As Shiddiq ra, Istiqamah adalah tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun. Jadi, Apapun bentuk ketaatan yang kita lakukan janganlah bercampur dengan kesyirikan, menyamakan atau melebihkan nilai ketaatan itu karena selain Allah SWT. Walaupun dengan kesyirikan yang senyap tanpa terasa telah mengotori nilai ikhlas dalam hati kita, yaitu Ria (Ibadah yang ingin diketahui oleh orang lain).

Untuk itu Jangan ada kekuatan lain yang mencegah kita untuk menunaikan kewajiban kepada Allah SWT, sehingga menjatuhkan martabat kita sebagai manusia makhluk yang mulia. Kemudian Sayyidina Umar Ibn Khaththab ra juga berkata bahwa Istiqamah mentaati Allah SWT, jangan bolak balik seperti musang.

Istiqamah adalah komitmen keteguhan untuk tetap berada dalam jalan kebenaran yang menuju langsung kepada capaian keridhaan Allah SWT. Jangan sampai perjalanan itu diganggu oleh hal-hal yang dapat merusak hati dan tertipu oleh godaan iman yang memutuskan jalan menuju Ridha-Nya. Untuk itu Hati dan Amal harus tetap teguh dalam ketaatan.

Tauhid itu akan terwujud dengan keimanan kepada Allah, Ketaatan terwujud dengan istiqamah yaitu dengan merealisasikan semua perintah Allah dan menjauhi segala laranganan meliputi pekerjaan hati dan anggota badan.

Tahapan Istiqamah

Ada dua tahapan atau bentuk Istiqamah yang bisa kita coba agar senantiasa Istiqamah lahir pada diri kita, Pertama Hati, Jika hati telah istiqamah pada Ma’rifatullah, hanya takut kepada Allah SWT, mengagungkan dan mencintai Allah, hanya berdoa kepada Allah, semata bertawakkal kepada Allah sepenuhnya, maka seluruh badan akan taat kepada Allah. Kuatkan tekat mulai dari Hati, Hati adalah raja, anggota tubuh adalaha prajurit. Jika raja berlaku benar, maka prajuritpun akan berlaku benar. Seperti dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukahri dan Imam Muslim: ”…… Ingatlah! Didalam tubuh ada segumpal daging, jika baik daging itu maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila rusak daging itu maka rusaklah seluruh tubuh, Ingatlah daging itu adalah hati”.

Seperti digambarkan dalam pepatah Aceh bahwa buruknya perangai karena jahatnya hati: “Brok pruet brok hate” (buruk perangai karena buruknya hati)

Kedua Lisan, Lisan adalah cermin hati. Sesunguhnya menempuh jalan ketaatan ada ujian dan rintangan serta hambatan yang sangat deras. Disinilah kita diuji membuktikan diri benar sebagai hamba yang mengakui diri bertuhan kepada Allah SWT Sang Pencipta.

Kita diuji sebagai pribadi yang taat dalam kesendirian kita, Sebagai anak yang taat pada hak orang tua kita, Sebagai suami yang baik pada hak isteri kita, Sebagai Ayah yang benar pada hak anak-anak kita, Sebagai tetangga yang shalih terhadap jiran kita, Sebagai Penerima amanah atas tugas yang telah diembankan kepada kita, baik pada hak manusia atau pun hak makhluk lainnya. Dan perihal lainnya yang menjadi tugas khalifah dibumi Allah yang maha luas ini.

Bahwa kita harus tetap (Istiqamah) pada jalan ketaatan menuju Ridha Allah SWT sembali selalu memohon keampunan atas segala dosa dan kekurangan kita sebagai hamba.

Sungguh sangat besar balasan yang Allah janjikan kepada hamba yang Istiqamah pada jalan Nya. Baik dunia maupun akhirat nanti. Jaminan kedamaian hati/jiwa dan raga, yang dijaga oleh para maialikat Nya. Jaminan Syurga dengan nikmat yang tak terkira atas upaya hamba yang tetap menjaga ketaqwaan-Nya.

Sungguh sangat banyak keteladan yang telah ditinggalkan Para Sahabat radliyallah hu ‘anhum. Sungguh sangat besar pelajaran hidup yang telah mereka ajarkan untuk menjaga Agama dalam hidup mereka. Keteladanan yang diikuti generasi orang-orang Shalih setelah mereka sampai akhir masa sehingga berjayalah Ummat yang meneladani Uswah (Tauladan) mereka. Istiqamah dalam kebaikan dan kebenaran, Istiqamah dan Iman selalu sampai Akhir Hayat kita. Wallahu ‘alam Bissawab.

*Kepala KUA Kec. Nisam Aceh Utara

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.