*Oleh : Sabela Gayo, Ph.D
Disela-sela acara Indonesia International Furniture Expo 2015 yang diselenggarakan pada 12-15 Maret 2015 di Pekan Raya Jakarta Kemayoran, Sabela Gayo, Konsultan Senior Pengembangan Bisnis Koperasi Ara Mupakat menemui dan berbincang-bincang dengan Prof Andi Tanra Tellu, Ketua Pusat Inovasi Rotan Nasional (PIRNas).
PIRNas merupakan lembaga riset dan pengembangan inovasi rotan nasional yang baru baru diresmikan oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia pada Desember 2014 yang lalu di Kota Palu, Sulawesi Tengah. PIRNas berkedudukan di Kota Palu karena Sulawesi Tengah merupakan salah satu pemasok rotan alam bagi industri-industri mebel dan kerajinan di pulau Jawa seperti Cirebon dan Surabaya. Ada 3 (tiga) daerah penghasil rotan berkualitas tinggi di Indonesia yaitu Katingan, Kalimantan Tengah, Palu, Sulawesi Tengah dan Aceh.
Tapi produk rotan alam Aceh selama ini masih kurang dieksploitasi karena masyarakat tidak memiliki akses untuk menjual rotan alam tersebut. Bahkan Prof. Tanra menyampaikan dari ketiga daerah penghasil rotan tadi, Rotan alam Aceh merupakan rotan yang memiliki kualitas terbaik dari 2 (dua) daerah lainnya.
PIRNas merupakan lembaga independen yang berkoodinasi dengan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dalam mengembangkan inovasi rotan baik inovasi dalam hal budidaya rotan, pemotongan rotan alam yang tumbuh di hutan maupun inovasi dalam hal desain produk mebel dan kerajinan rotan terkini yang banyak diminati oleh pasar.
Dalam pertemuan tersebut, Koperasi Ara Mupakat mengundang Ketua PIRNas untuk datang ke Kuala Simpang, Aceh Tamiang menghadiri kegiatan Peresmian Pusat Kerajinan Rotan Aceh “Renggali Jaya”.
Beliau menyatakan akan datang ke Aceh Tamiang pada 26 Maret 2015 dan sekaligus akan memberikan materi mengenai budidaya dan konservasi rotan bagi Komunitas Petani Rotan Alam (KOPRAL) Aceh. Beliau juga menyampaikan bahwa rotan merupakan produk non-kayu (non-wood product) jadi tidak memerlukan izin khusus dari negara untuk mengeskploitasinya dari dalam hutan konservasi Leuser.
Masyarakat bebas mengambil rotan alam yang terdapat di dalam Ekosistem Leuser maupun Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Leuser tanpa harus takut ditangkap oleh Polisi Hutan, Polisi maupun aparat keamanan lainnya.
Yang penting koordinasi dalam bentuk pemberitahuan harus terus dilakukan dengan Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas Kehutanan Kabupaten setempat dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
KOPRAL Aceh merupakan komunitas petani rotan alam yang berdomisili di sekitar kawasan ekosistem Leuser yang berada di 2 (dua) kabupaten yaitu Aceh Tamiang dan Aceh Timur. Kebanyakan para petani tersebut tinggal di kecamatan Tamiang Hulu, Kecamatan Bandar Pusaka, Kecamatan Simpang Jernih, Kecamatan Serbejadi dan kecamatan Lokop yang langsung berbatasan dengan kawasan ekosistem Leuser.
Sinergi positif dan konstruktif antara KOPRAL Aceh dan Pusat Kerajinan Rotan Aceh “Renggali Jaya” diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat petani yang ada di sekitar kawasan ekosistem Leuser. Bahkan dalam jangka panjang dapat menekan laju perusakan ekosistem Leuser karena hutan merupakan tempat tumbuhnya rotan yang menjadi sumber pendapatan alternatif bagi mereka.
Hubungan baik antara mereka dan hutan perlu dijaga dan dipertahankan sehingga pasokan rotan alam yang memberikan kehidupan dapat terus berlangsung secara berkelanjutan.
Pada 26 maret 2015 nanti, Koperasi Ara Mupakat dan PIRNas akan menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) mengenai peningkatan kapasitas para petani rotan, membentuk perkebunan contoh bagi budidaya rotan alam di Aceh Tamiang, penelitian mengenai jumlah potensi rotan alam Aceh, sertifikasi produk rotan ramah lingkungan dan pelaksanaan seminar/workshop mengenai pengembangan industri mebel dan kerajinan rotan di Aceh.
Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat memperkuat jaringan Koperasi Ara Mupakat sebagai pemain tunggal industri kreatif di bidang produk mebel, furnitur dan kerajinan rotan di Aceh. Dan dalam jangka panjang, diharapkan antara proses konservasi rotan alam dan eksploitasi rotan alam dapat menumbuh-kembangkan munculnya produk-produk mebel, furnitur dan kerajinan berbahan baku rotan ramah lingkungan.[SY]
*Sabela Gayo, Ph.D adalah Senior Business Development Consultant serta Ketua Jaringan dan Program Lembaga The Gayo Institute (TGI) Takengon. Saat ini Sabela Gayo berdomisili di Jakarta