[Features]
Salman Yoga S

Namanya sangat puitis, perpaduan dua kata antara “matahari malam” dengan akronim nama kampung tempat leluhurnya berasal. Bulan Nosarios, itulah namanya.
Lahir di Takengon dari keluarga yang berasal dari Kampung Nosar. Ia adalah anak ke-4 dari 6 bersaudara, sejak kecil tinggal di Kampung Baru Takengon. Bahkan Anan-Awan (Kakek-nenek)nyapun sudah sejak lama tinggal disana. Dari kampung yang berbatasan langsung dengan sungai Pesangan dan Kampung Asir-Asir inilah Bulan Nosarios menempuh pendidikan dasar hingga lulus Sekolah Menengah Atas.
Ia senang menulis petikan kisah hidup, pengalaman dan karya fiksi sejak remaja. Keinginan dan bakatnya untuk bercerita melalui tulisan datang dari keluarga besarnya yang sering berkumpul dan bertukar cerita. Neneknya adalah pendongeng ulung yang ia favoritkan. Sejak kecil ia juga sudah diberikan banyak bacaan oleh ayahandanya yang bernama Abbas Nosarios.
Dari kedua hal inilah kebiasaannya menulis dan membaca, yang membuatnya ingin terus menulis dan menulis. Meski sebagai penulis nama Bulan Nosarios masih sangat asing bagi pecandu buku dan penikmat karya sastra di Gayo dan Aceh, tetapi karyanya sudah menembus ranah kepenulisan nasional. Inilah ironisnya seniman yang rendah hati, atau bahkan inilah bentuk kelembutan serta bersahajanya perempuan manis yang bernama Bulan Nosarios dan sudah berkeluarga ini.
Novelnya yang berjudul “By Your Side” menghiasi dunia literatur Indonesia yang di terbitan Gramedia Pustaka Utama Jakarta, sebuah perusahaan penerbitan dan “pabrik” buku Indonesia yang termashur.
Cita-citanya yang belum terlaksana adalah membuat dan menulis novel etnografi dengan berlatar Takengon. Menurutnya hal tersebut didasarkan atas rasa berhutangnya pada kearifan budaya Gayo. Tidak tangung-tanggung, perempuan ini merasa berhutang banyak, meski novel pertamanya justru berlatar romance karena naskah tersebut lebih dulu selesai dan menjadi pemenang berbakat lomba menulis yang diadakan Gramedia Pustaka Utama.
Sementara novel etnografinya masih membutuhkan banyak perenungan, kata Bulan Nosarios yang sempat berkomunikasi dengan penulis.

Bulan Nosarios menyelesaikan program sarjananya di Jurusan Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, saat ini ia menulis tentang hal yang bersingungan dengan sosial dan budaya untuk koran lokal Gorontalo, juga tentang isu serta tema pendidikan anak di majalah Parenting Indonesia. Bulan Nosarios kini tinggal di Gorontalo mendampingi suaminya yang mengajar di Sekolah Negeri berasrama di Gorontalo- Sulawesi Utara.
Dalam sebuah diskusi singkat yang dihubungkan satelit dengan Bulan Nosarios saya sempat mengingatkannya tentang beningnya Lut Tawar, tempat bercerminya langit juga pinus dan pungung-punggung gunung di sekitarnya. Jadilah yang sebenarnya “Bulan” bagi keredupan dunia kepenulisan di Gayo. Jadilah “Bulan” bagi jutaan tema dan isu Gayo yang belum terdokumentasikan, karena di Gayo yang mau menulis dan berkorban untuk menuliskan Gayo adalah seniman. Meski kita hidup di antara masyarakat yang minat bacanya masih kurang apalagi berapresiasi dan mensuport, tetaplah menulis. Karena tulisan adalah salah satu cara untuk mengabadikan, beramal dan mewariskan sesuatu yang akan hilang.[]