Lokop Serbejadi, Fenomena Belantara Berjuang di Tengah Keterisoliran

oleh
Kondisi jalan Pining Lokop Serbejadi sebelum lokasi jembatan putus Aih Putih. (LGco_Khalis)

Catatan : Ismail Baihaqi

Ismail Baihaqi. (Doc. Pribadi)
Ismail Baihaqi. (Doc. Pribadi)

Mendengar nama wilayah Lokop Serbejadi, pasti hampir semua masyarakat Gayo mengenalnya. Sebuah kawasan terisolir di Kawasan Aceh Timur, Lokop merupakan sebuah kecamatan yang terdiri dari 13 kampung dan empat kemukiman.

Di Lokop Serbejadi hampir semua masyarakatnya adalah suku Gayo. Bahasa Gayo cukup kental didaerah ini, meski dialek sedikit berbeda dengan Serinen-nya di bahasa Gayo yang ada di Gayo Kalul, Gayo Lut, Linge dan Gayo Lues.

Dulunya, Lokop merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Tengah, sampai pada tahun 1970-an. Namun, akibat jauhnya jarak dan rentang kendali, Pemerintahan Kabupaten Aceh Tengah menyerahkan wilayah Gayo-Lokop Serbejadi kepada Aceh Timur, dengan alasan memudahkan masyarakat Lokop mengurus administrasinya.

Meski dikecam beberapa tokoh adat, budaya dan ulama Gayo. Mereka menilai tidak selayaknya wilayah ini diserahkan kepada Kabupaten lain, jika memang alasannya rentang kendali begitu jauh, para tokoh berpendapat Bupati Aceh Tengah masa itu seharusnya membentuk pembantu Bupati wilayah Lokop Serbejadi.

Nasi telah menjadi bubur. Yah…kata-kata itulah yang pantas diucapkan dari penyerahan kawasan Lokop Serbejadi ke Aceh Timur. Meski begitu, penduduk Gayo disana tak pernah menyerah walau sedikit mengeluh ditengah keterisoliran wilayahnya. Pembangunan dirasakan tidak adil, sarana pendukung dan jalur transportasi yang sulit membuat masyarakat Gayo-Lokop terus berjuang menyuarakan hak mereka, ditengah minoritas suku Gayo di Aceh Timur.

Untuk menempuh perjalanan ke pusat Kecamatan Lokop Serbejadi dari Pusat Kabupaten Aceh Timur diperlukan waktu selama empat jam dengan jarak tempuh sekitar 100 KM.

Akses menuju Lokop dari Pining. (Doc : LintasGayo.co)
Akses menuju Lokop dari Pining. (Doc : LintasGayo.co)

Namun, perjalanan itu akan semakin sulit dengan diperparahnya akses jalan. Hal ini menjadi momok menakutkan bagi orang yang hendak berkunjung ke wilayah ini terutama bagi orang yang baru pertama mengunjunginya.

Jalan yang rusak, berkubang dan terjal ditengah pedalaman hutan belantara, membuat semakin parahnya penderitaan “serinen te” di Lokop Serbejadi. Diperparah lagi dengan tidak tersedianya jaringan komunikasi wilayah itu. Kawasan Lokop Serbejadi juga sering terjadi bencana banjir bandang. Hal itu dikarenakan pembalakan liar yang tak terkendali, sehingga masyarakat Lokop yang menjadi korban.

Lokop Serbejadi berbatasan langsung dengan serinen-nya di Aceh Tengah (sekarang Bener Meriah) dan Kecamatan Pining Kabupaten Gayo Lues. Sebenarnya akses jalan menuju Kecamatan Pining-Gayo Lues adalah akses terdekat dari Lokop Serebjadi, namun kondisi jalan yang parah dan jembatan pengubung kedua wilayah Gayo ini putus sejak tahun 1990 dan hingga kini belum dibenahi, perjalanan akan semakin seram dilewati. Jalur yang paling dekat adalah melintasi Samar Kilang-Bener Meriah, namun tidak tersedia akses jalan ke wilayah ini.

Masyarakat Lokop Serbejadi, menggantungkan hidup dari sumber perekonomian dari lahan persawahan, kebun dan hasil hutan yang banyak tersedia di wilayah ini. Letak wilayah ini sebenarnya sangat strategis dan bisa menjadi jalur penghubung dengan kabupaten-kabupaten Gayo lainnya.

Kawasan ini juga dikenal dengan pemandangan alam yang indah nan eksotis, sehingga menggugah mata saat memandanginya. Banyak objek wisata yang tersedia di Lokop Serbejadi, namun jangan ditanya tata kelolanya. Objek-objek tersebut dibiarkan arsi tanpa sedikitpun tersentuh oleh tangan manusia. Ada air terjun dan sumber air panas di daerah ini, untuk menuju kesana biasanya para pengunjung akan sedikit kecewa. Karena, akses jalan yang sulit dan harus ditempuh dengan berjalan kaki.

Camat Lokop Serbejadi, Kamaruddin (dua dari kiri) di jembatan putus Aih Putih. (LGco_Khalis)
Camat Lokop Serbejadi, Kamaruddin (dua dari kiri) di jembatan putus Aih Putih. (LGco_Khalis)

Inilah sekilas tulisan yang bisa saya hantarkan kepada serinen-serinen ku di seluruh wilayah Gayo. Selama ini kami kurang informasi, sehingga tak bisa berinteraksi dengan kalian semua. Melalui media ini, membuka mata saya sebagai salah satu mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di Kota Langsa. Beberapa waktu lalu saya berkenalan dengan pimpinan redaksi media ini kakanda Khalisuddin ini di Gayo Lues, beliau menyarankan saya untuk menulis apa yang saya tau tentang tanah kelahiran saya di Lokop Serbejadi.

Sebagai urang Gayo, saya memiliki beban moral terhadap tanah kelahiran saya. Mohon maaf apabila saya tidak menyertakan foto-foto wilayah Serbejadi, keterbatasan peralatan  membuat saya tak bisa mendokumentasikannya. Namun kedepan saya akan berusaha menyertakannya.

Melalui media ini juga, saya berharap keterisoliran Lokop Serbejadi akan terbuka, dan menjadi pemersatu semua urang Gayo dari berbagai wilayah dapat bersatu, sehingga terjalin ukhuwah yang erat, semata-mata mempertahankan ke-eksistensi-an adat dan budaya Gayo. Salam “Serinen” orom “Dengan” bebewene. [DM]

* Mahasiswa asal Lokop Serbejadi dan Wartawan LintasGayo.co

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.