Banda Aceh-LintasGayo.co: Tokoh budaya dan ulama Gayo, Tengku Mahmud Ibrahim sampaikan ceramah pada acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar oleh Keluarga Negeri Antara (KNA) Banda Aceh, Minggu (22/02/2015). Acara tersebut dilaksanakan di Anjungan Rumah Adat Aceh Tengah Taman Ratu Shafiatuddin Banda Aceh. Kegiatan ini dihadiri oleh masyarakat Gayo Banda Aceh dan Aceh Besar.
Mahmud Ibrahim dalam tausyaihnya menyampaikan tentang peristiwa kelahiran Nabi Muhammad, kemudian cerminan Nabi Muhammad terhadap kehidupan sehari-hari umatnya mulai dari keluarga, nama, kehidupan, sifat, tingah laku, dan kemuliaan Rasullulah. Semua perumpamaan dan perbandingan terhadap umat sekarang Mahmud Ibrahim langsung menghubungkan dengan kehidupan masyarakat Gayo sekarang ini. Ceramah ini juga disampaikan dengan menggunakan bahasa Gayo dan bahasa Indonesia.
“Nabi Muhammad SAW adalah hamba Allah yang paling mulia di permukaan bumi ini, ia berasal dari keturunan orang-orang bangsawan dan terhormat, di lahirkan dari orang tua mulia, disusui oleh wanita mulia, dan diasuh oleh paman dan kakeknya juga orang terhormat dan mulia. Begitu juga dengan nama Muhammad rahmat seluruh alam, sifat dan tingkah lakunya menjadi suri teladan seluruh umat. Bagaimana dengan masyarkat Gayo sekarang ini, apakah kita lahir dari keturnan terhormat, kelurga mulia dan shaleh, serta memiliki nama yang shaleh,” jelas Dosen Universitas Gajah Putih ini.
Selain menjelaskan tentang peristiwa kelahiran Nabi Muhammad, Mahmud Ibrahim juga memaparkan tentang budaya Gayo, kedudukan adat dan Agama di Gayo. Kemudian dalam penjelasan akhir sebelum menutup tausyiah, ia menceritakan sejarah singkat berdirinya kerajaan Linge oleh Adi Genali, kemudian anak Adi Genali mendirikan kerajaan Aceh Darusslam sampai cerita Bener Merie, Sengeda dan kaitannya dengan perkembangan Islam di Gayo dan Aceh.
“Orang Gayo ikut perang untuk mendirikan kerajaan Aceh Darussalam yang berpusat di Kuta Raja (Banda Aceh sekarang). Kerajaan Linge dan Kerajaan Perlak mengirim pasukan perang ke Kuta raja, saat kerajaan kecil Hindu dan Budha (Indra Patra, Indra Puri, Indra Purba, dan Indra Purwa) diserang oleh Kerajaan Benua Cina dipimpin oleh Putri Laksamana Liang Khie. Pasukan perang dipimpin oleh Merah Johan (Anak Adi Genali) sampai akhirnya Kerajaan Benua Cina kalah dan menyerah. Maka diangkatlah Merah Johan (Alaidin Johansyah) menjadi raja pertama Kerajaan Aceh Darussalam. Kemudian barsatulah kerajaan-kerajaan kecil di Pidie, Daya, Lidie, dan priode selanjutnya kerajaan Linge, Pasai dan Perlak juga bergabung ke Aceh Darussalam,” papar Mahmud Ibrahim.
(Ansar Salihin | DM)