Oleh Susi Susanti
GUMPANG, salah satu dari beberapa kampung di Kecamatan Putri Betung Kabupaten Gayo Lues. Di Gumpang yang berjarak sekitar 42 kilometer dari Kota Blangkejeren merupakan tempat dimakamkannya Datuk Kerkun selaku orang yang dianggap keramat oleh penduduk setempat.
Datuk Kerkun adalah ayah dari seorang puteri yang bernama Putri Betung, nama yang menjadi cikal bakal Kecamatan Putri Betung.
Ceritanya, Datuk Kerkun dikenal sebagai orang yang taat beragama, dia juga seorang tabib yang diberi kemampuan mengobati berbagai macam penyakit.
Datuk Kerkun sangat menyayangi puterinya, Putri Betung yang berparas cantik. Karena kecantikannya, sampai suatu saat salah seorang Raja kesultanan Aceh datang ke Gumpang untuk mempersunting Puteri Betung. Datuk Kerkun tidak menyetujuinya. Namun untuk mengormati raja tersebut, Datuk mengajak raja Aceh itu bermain catur dengan ketentuan jika raja dapat mengalahkan Datuk Kerkun maka diizinkan sang raja tersebut mempersunting anaknya.
Raja dan Datuk lalu bermain catur, tapi saat laga strategi di batu catur, Puteri Betung di culik oleh pasukan raja Aceh tersebut. Putri di bawa ke Aceh pesisir, sementara sang raja dan Datuk Kerkun masih bermain catur.
Datuk ternyata memenangi permainan catur tersebut, namun tanpa beliau ketahui anaknya telah di bawa oleh pasukan raja. Beliau lalu pulang ke rumah dan merasa heran Putrinya tak ada, beliau pun sadar bahwa beliau telah di tipu. Lalu dia berlari ke tempat beliau bermain catur dan menghancurkan batu catur tersebut. Batu catur tersebut saat ini dikenal dengan nama Atu Pecaturen dan masih ada sampai sekarang.

Menurut cerita tetua, istri Datuk Kerkun adalah seorang putri yang dikutuk menjadi gajah betina. Ia menjelma menjadi gajah karena melanggar petuah orang tuanya, gajah itu masuk ke hutan dan menurut kisah turun temurun gajah jelmaan istri Datuk Kerkun mempunyai seorang anak laki-laki hasil perkawinan dengan suami lain selain Datuk Kerkun. Anak ini juga menjelma menjadi seekor gajah berwarna putih.
Gajah putih ini turut serta dibawa ke Kutaraja Aceh bersama Putri Betung yang diculik tentara kerajaan Aceh saat sang Raja bermain catur dengan Datuk Kerkun.
Kisah Gajah Putih ini juga diceritakan dalam sebuah syair yang ditulis Abdul Majid pada tahun 1994.
/Menurut cerite i terusen langkah, arih-arih sawah atasni buntul/
/Isien timul kejadien bersejarah, gading ni gajah murip pecigul/
/Besilo ini oya Buntul Gading, geral tenaring ari Gajah Putih/
/i yingeti jeroh ini lesi penting kati enti taring sejarah si bersih/
/Gajah putih besilo kin lambang, tonne i kerlang tene berami/
/Gere ari Serule asale abang, jelas ari Gumpang dalihmi sangsi/
Setelah Putri Betung meninggal, dia dimakamkan di komplek makam Syiah Kuala Banda Aceh.
Hingga saat ini makam Datuk Kerkun masih sering diziarahi, selain itu juga kerap dijadikan sebagai tempat sakral prosesi adat di Gumpang berupa Kenduri Ulu Naih, Kenduri Longom dan kenduri Tawar Kampung.
Sayangnya, perhatian terhadap komplek Makam Datuk Kerkun ini kurang mendapat perhatian pihak terkait, khususnya kondisi jalan sejauh 2 kilometer yang masih belum diaspal.
Sekilas Kampung Gumpang
Kampung Gumpang yang berada di kecamatan penghubung antara Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Tenggara mayoritas warganya berprofesi sebagai petani. Wilayahnya digunakan untuk lahan persawahan dan perkebunan
Sejak lama masyarakat di daerah ini menanam Kemiri sebagai tumpuan hidup. Namun beberapa tahun belakangan, karena harga Kemiri yang terkadang tidak stabil, mulai dikembangkan tanaman Kakao (Cokelat), belum bisa didapat informasi siapa yang memulai menanam tanaman ini. Namun dari tahun ke tahun tanaman ini terus berkembang dan menjadi salah satu tanaman mata pencaharian bagi penduduk.

Saat ini, harga perkilo Kemiri hanya dihargai Rp. 18.000 – Rp.20.000, sedangkan harga Kakao perkilonya bisa dihargai Rp. 20.000-Rp.25.000 dan jika harga sedang melonjak, Kakao bisa dihargai sampai Rp.30.000 perkilonya. Di samping itu jangka panen untuk tanaman Kakao lebih cepat ketimbang Tanaman Kemiri sehingga banyak penduduk yang beralih menanam Kakao.
Kendati begitu masih ada beberapa penduduk yang lain yang masih mempertahankan untuk menanam Kemiri sebagai sumber mata pencahariannya.
Bukan hanya tanaman Kemiri yang mulai ditinggalkan masyarakat Gumpang, tanaman lain seperti durian yang pernah menjadi buah primadona di daerah ini juga sudah jarang ditemukan. Dulu saat panen durian, banyak yang datang dari Kabupaten Gayo Lues maupun dari Aceh Tenggara hanya sekedar mencoba nikmatnya Durian Gumpang. Namun hal itu mungkin akan menjadi sebuah cerita saja. Karena keberadaan pohon durian di tempat ini sudah mulai jarang ditemukan. Hanya beberapa penduduk yang masih mempunyai kebun durian.
Ada beberapa sebab durian jarang ditemukan seperti tidak adanya penanaman ulang untuk tanaman durian yang sudah tua, selain itu banyaknya fungsi lahan kebun difungsikan sebagai tempat pemukiman penduduk sehingga pohon durian harus ditebang.
Selain tanaman jangka panjang, tanaman jangka pendek juga banyak dijumpai di daerah ini seperti budidaya cabe merah, cabe rawit, jagung, jahe dan tanaman lainnya.(Kh)
*Wartawati LintasGayo.co di Gayo Lues