
AMAN Ega, warga Paya Tumpi Kabupaten Aceh Tengah, mengatakan ada dua jenis batu alam yang biasa dipergunakan sebagai hiasan. Pertama batu yang berada di dalam tanah dan batu yang berada di sungai.
Menurut Aman Ega, untuk batu di dalam tanah itu merupakan pilihan pertama karena memiliki kualitas yang paling bagus. Sementara batu yang berada di sungai merupakan kualitas kedua.
“Namun, kita di Aceh Tengah tidak akan memilih batu pilihan pertama yaitu batu yang ada dalam tanah, karena itu dapat merusak alam dan dapat menyebabkan bencana. Dengan menggali tanah untuk mencari batu giok maka secara otomatis kita sudah merusak alam,” katanya.
Ia mengatakan batu giok yang berada dalam tanah tersebut biasanya berada di kawasan pegunungan. Untuk wilayah poros tengah, Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah serta Gayo Lues, batu giok banyak ditemukan di area Gunung Burni Telong.
“Kami tidak ingin mengambil giok di kawasan Burni Telong, karena fungsi giok ini untuk meredam panas bumi dengan kesejukan yang dimilikinya. Kami khawatir kalau giok dalam tanah ini diambil bisa menyebabkan bencana bagi kami,” ujarnya.
Menurut Aman Ega, sekitar tahun 2000-2002 ada sekitar empat orang turis luar negeri yang datang ke Aceh Tengah untuk mengambil giok di sana. Belakangan diketahui kalau giok tersebut dijadikan sebagai bahan pendingin nuklir.
“Orang luar saja menggunakannya untuk nuklir dan kita tidak perlu mengambilnya lagi. Cukup kita ambil batu-batu yang ada di sungai, giok pun juga ada di sungai,” ujar Amanega.[] atjehpost.co