Oleh : Junaidi Win Delung
Hidup adalah perjuangan. Tatkala dilanda kesedihan maka kita mengadu pada yang mencipta, dikala membutuhkan sesuatu maka saudara kitalah yang akan menjadi perantara dalam membantu. Begitulah bentuk kehidupan dalam alam Allah SWT ini.
Perjalanan yang indah akan nampak ketika kita berbuat dengan penuh ketaqwaan. Menanamkan keimanan yang besar dan mengharapkan Ridha daripada-Nya. Hidup tak terlepas dari tingkatan-tingkatan pemikiran, mulai yang sederhana, biasa dan sangat luar biasa. Mencari dan mempelajari adalah kuncinya. Seorang yang sudah mempunyai pikiran atau baligh, tentu akan terus belajar mencari kebenaran dan berfikir ke masa depan yang akan datang.
Kian belajar semakin kian bertambah ilmu yang didapatkan, semakin dalam yang diterapkan pada diri semakin mantap jiwa dalam menjalani hari-hari. Menjadi bagian dari rahasia ilmu Allah akan menjadi rahasia pada diri kita yang senantiasa menggali dari berbagai hal yang mendapatkan hasil kebajikan.
Memperjuangkan kehidupan sangat diperlukan, jika tidak maka akan terabaikan oleh waktu yang kian terus berjalan. Begitu juga dengan namanya dunia perantuan, ketika kita sedang dalam kesusahan dan membutuhkan sesuatu maka kita mencarinya hingga apa yang kita dapatkan tercapai. Besar kecilnya adalah hal terakhir yang akan kita bicarakan.
Seorang perantau tidak terlepas dari yang namanya mengganjal perut dengan apa adanya. Memikul beban hidup yang penuh liku kita jalani dengan penuh ketekunan. Disanalah kita akan mendapatkan pengalaman.
Semangat dan perjuangan akan sangat dibutuhkan, namun untuk menghidupkannya tentu harus ada motivasi yang sangat luar biasa. Dengan perinsip yang mantap, maka berpikir yang indah juga akan ikut serta mantap. Dalam mencapai kepedulian kita dalam menghidupkan tubuh kita saat ini tentu selimut-selimut akan sangat membantu kita dalam menghangatkannya.
Perantaun adalah tempat persinggahan sementra dengan tujuan dan maksud tertentu. Tak terlepas dari menuntut ilmu. Tidak ada seorang pun yang pergi ke tanah perantaun terkcuali dengan mendapatkan suatu ilmu. Walau niat dan hatinya merasakan tanpa menuntut ilmu. Namun secara tidak langsung orang tersebut mendapatkan suatu ilmu yang bermanfaat. Mengapa demikian? Orang yang demikian inilah akan merasakan segala suatu hal ketika dia hidup dan berada di perantauan atau negeri orang bahwa hidup demikian rumit dalam keseharian.
Contoh kecil, ketika terbiasa di kampung halaman dengan menggunakan kendaraan yang sangat modern, namun setelah pergi keperantauan otomatis terlebih dahulu menjelajahi jalan, mengetahui sedikit tentang arah kemana tembus dimana ini sudah pasti akan terjadi. Nah begitu sudah tau pasti dia akan membawa motor yang ia gunakan di kampung, dari sinilah kita coba mengambil suatu kesimpulan.
Sebelum ada kendaraan kita akan merasakan kesusahan dan kemudahan dalam menjelajahi dunia rantau. Kita akan tau bahwa hal yang sangat rumit didapatkan ketika sebelumnya indah saat di kampung halaman atau bersama kedua orang tua, namun di kampung orang kita mendapatkan sebuah moment tak bisa terlupakan.
Sangat luar biasa betul perjalanan seseorang dalam perantauan. Kehidupan akan menjadi pelajaran sekaligus sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi kepribadian. Membuat kita semakin bernilai, baik dari segi ilmu, wawasan dan lain sebagainya. Demikian juga dengan kerinduan terhadap lingkungan termasuk keluarga.
“Bermulakan dengan perantauan berakhiran dengan keimanan”. Dari kata-kata tersebut sebenarnya dapat kita ambil makna bahwa, seorang manusia yang berakal tentu akan merasakan pengalaman-pengalaman yang didapat ketika berada di dunia perantauan, yang mungkin pengalamn tersbut belum pernah kita dapatkan di kampung halaman. Dari sinilah kita juga bisa mendapatkan atau membandingkan antara kepribadian yang sebelum berangkat dari kampung dengan saat pulang dari perantauan. Dari pengalaman di atas kita bisa membandingkan kelebihbaikan kita sebelumnya. Disana kita juga bisa membedakan bagaimana yang namanya hidup dalam masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan.
Jika kita kaji dalam Ilmu Sosial Dasar, hal demikian dinamakan dengan Masyarakat Kota dan Masyarakat desa. Dimana ada beberapa perbendaan yang menonjol dan mempunyai kelebihan masing-masing. Seperti jika dikota, sikap mengenai keagamaan kurangya diajarkan dan jalankan, dengan budaya banyak atau semua budaya diterima dari budaya manapun. Lebih cepat berkembangnya jaman teknologi yang dan lain sebagainya. sedangkan di desa, lebih menonjol pada adat dan budaya yang tidak bisa diubah, keagamaan lebih bagus, dan kesopanan maupun dilihat dari tingkah laku yang baik dan lain-lain sebagainya.[SY]
Junaidi Win Delung adalah mahasiswa asal Kabupaten Bener Meriah Kecamatan Bukit. Saat ini tengah menempuh pendidikan tinggi pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Komunikasi dan Dakwah Universitas Negeri Islam (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh.






