
Redelong-LintasGayo.co : Alat pendeteksi keberadaan gajah, GPS Collar dipastikan dalam waktu dekat akan dipasang pada salah satu individu gajah yang berada dalam kelompok yang selama berkeliaran diseputar Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah.
Langkah penting untuk meminimalisir jatuhnya korban manusia ini disepakati dalam pertemuan yang digelar di Redelong, Kamis 29 Januari 2015 antara Bupati setempat Ruslan Abdul Gani, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Genman S. Hasibuan dan staf Pusat kajian Satwa Liar (PKSL), FKH Unsyiah, Wahdi Azmi.
Usai pertemuan tersebut, Wahdi Azmi, dari Pusat kajian Satwa Liar, FKH Unsyiah kepada LintasGayo.co, mengatakan bahwa lembaganya bersama BKSDA telah mencapai kesepakatan dengan Bupati Bener Meriah untuk melakukan upaya komprehensif dalam usaha penanggulangan konflik antara gajah dan manusia di kabupaten tersebut.
Sebagai langkah awal, terang Wahdi semua pihak yang terlibat dalam pertemuan itu bersepakat untuk memasang GPS Collar kepada salah satu individu gajah yang berada dalam kelompok yang terlibat dalam serangan di Pintu Rime Gayo akhir-akhir ini.

Pria yang pernah lama bekerja di Flora and Fauna International (FFI) yang pernah meneliti gajah sampai ke Afrika ini juga menjelaskan mengapa pemasangan GPS Collar ini mendesak. Itu dikarenakan gajah yang dipasangi GPS Collar sebelumnya, meskipun berasal dari kelompok yang sama tapi karena gajah yang dipasangi GPS Collar adalah gajah jantan.
“Dalam keseharian gajah tersebut sering terpisah dari kelompok besarnya yang terdiri dari gajah betina dan anak gajah. Mereka hanya berkumpul di musim kawin,” ungkap Wahdi.
Dalam pertemuan ini Wahdi juga mengapresiasi tinggi sikap kooperatif Bupati Ruslan dalam menyikapi masalah ini.
“Terkait masalah gajah, saya belum pernah bertemu Bupati yang se-kooperatif bupati Bener Meriah”, pungkas Sarjana Kedokteran Hewan dari FKH Unsyiah angkatan 1992 ini.
Sebagaimana diberitakan LintasGayo.co sebelumnya, Bener Meriah dengan topografinya yang relatif datar adalah habitat favorit gajah. Fakta ini membuat kabupaten yang mengambil namanya dari legenda Gajah Putih ini menjadi wilayah yang rawan konflik konflik antara gajah liar dan manusia. (WWN | Kh)