Gajah Tak Beranjak dari Bener Meriah ini Kata Polhut BKSDA Aceh

oleh

BKSDA-ATTakengon-LintasGayo.co : Kondisi serombongan gajah liar yang selama beberapa hari terakhir berada di seputaran Kecamatan Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah serba sulit. Demikian diutarakan Polisi Hutan (Polhut) di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Seksi Konservasi Wilayah Pidie Resort Taman Butu Linge Isaq yang berkantor di Takengon, Saidi, S.Hut didampingi seorang staf, Jenen, Senin 26 Januari 2015.

“Saat ini sekawanan gajah itu dalam kondisi serba sulit, sedang punya anak beberapa ekor yang masih kecil sehingga tidak dapat menyeberang sungai karena airnya sedang tinggi di musim penghujan ini, jika dihalaupun justru membuat mereka marah,” terang Saidi di ruang kerjanya.

Dan penyebab amukan gajah yang telah menewaskan  beberapa orang di Pintu Rime Gayo dengan korban terkahir Husna (35), menurut Saidi kemungkinan besar mereka terganggu, dihalau dengan bunyi-bunyian dengan mercon atau meriam bambu, mereka merasa terlalu didesak untuk beranjak.

“Kendala dalam menghalau gajah yang berjumlah lebih dari 27 ekor itu, kata Saidi adalah sudah terbatasnya lokasi gajah-gajah tersebut yang jauh dari lahan perkebunan dan pertanian warga. Parahnya, komoditas pertanian dan perkebunan yang menjadi tumpuan warga adalah pakan gajah itu sendiri, kelapa sawit, tebu, pisang dan pinang,” terang Saidi.

Sulit berperang dengan gajah, ujar Saidi, lawan pertama adalah Undang-undang dan yang kedua gajah itu sendiri dengan sifatnya yang sensitif, tidak boleh disakiti walau sebenarnya gajah adalah hewan sosial. “Gajah mengerti kelakuan atau ekspresi manusia, mengerti jika kita marah dan tau jika dimaki-makinya,” terang Saidi.

Saidi, S.Hut
Saidi, S.Hut

Sebagai upaya menyelamatkan diri jika keperogok kawanan gajah, saran Polhut ini, usahakan memanjat kayu besar, jangan berisik dan bergerak-gerak, gajah sangat sensitif. “Lari sekuat-kuatnya saat sangat dekat dengan gajah yang sedang mengamuk buka solusi, walau bertubuh besar, gajah mampu berlari cepat mengalahkan kita,” kata Saidi.

Ditanya apakah sudah ada antisipasi jajaran BKSDA Aceh terhadap kawasan gajah tersebut, Saidi mengungkapkan antisipasi amukan gajah sudah beberapa kali dilakukan, setidaknya 4 kali sejak tahun 2012, gajah dihalau ke arah gunung Goh Aceh Utara yang memang lintasan gajah-gajah tersebut. “Saat menghalau dengan gajah jinak, kita juga tidak bisa mendekat, tidak lebih dekat dari 100 meter saja. Solusi lain boleh juga secara tradisional dengan melibatkan paranormal atau berdoa bersama menolak bala (Tulak Bele-red),” ujar Saidi. Saat menghalau gajah-gajah liar itu, gajah jinak yang dikerahan sebanyak 4 dan 5 ekor, timpal Saidi.

Lebih jauh dikatakan, pihaknya sudah mengusulkan CRU (Conservation Rescue Unit) yang merupakan pos mengantisipasi kawanan gajah liar keluar dari habitatnya.

“Kita memberikan masukan atau usulan kepada Pemkab Bener Meriah dan Aceh Tengah untuk membentuk CRU, biaya pembangunan dan operasionalnya merupakan tanggung jawab Pemkab, dan untuk meringankan pendanaannya maka sebaiknya dibentuk oleh dua kabupaten ini,”ujar Saidi mengakhiri keterangannya.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Seksi Konservasi Wilayah Pidie Resort Taman Butu Linge Isaq dikepalai Basri, dengan 2 orang staf dan 2 personil Polisi Hutan (Polhut), wilayah tugas balai ini spesifik untuk Taman Buru Linge Isaq. Saat kunjungan LintasGayo.co, Basri sedang berada diluar. (Khalis)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.