Safrin Jailani, Penyuluh Muda Kreatif dan Inovatif

oleh

Catatan : Fathan Muhammad Taufiq*

Safrin Jailani (tengah) dengan Hasanuddin Darjo.
Safrin Jailani (tengah) dengan Hasanuddin Darjo.

Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Linge merupakan salah satu dari 14 BP3K yang ada di lingkungan Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Tengah, letaknya di kampung Peregen, kurang lebih 5 kilometer dari Isaq, ibukota kecamatan Linge arah ke Jagong Jeget. Balai Penyuluhan tingkat kecamatan  ini memiliki bangunan yang cukup besar serta lahan yang cukup luas dan potensial untuk dijadikan lahan percontohan.

Awalnya bangunan BP3K Linge yang dibangun pada tahun 2010 ini seperti sebuah bangunan terlantar yang dikelilingi pohon-pohon pinus dan semak belukar, karena letaknya yang memang jauh dari pemukiman warga, pada saat itu para penyuluh juga enggan bertempat tinggal di komplek yang juga menyediakan beberapa rumah dinas itu. Pada waktu itu warga pun enggan menyambangi tempat itu karena hanya akan disuguhi hamparan ilalang dan rumput-rumput liar.

Perubahan drastis mulai terlihat ketika pada tahun 2012 yang lalu, seorang penyuluh muda Safrin Jailani, SP ditunjuk untuk memimpin Balai Penyuluhan ini. Anak muda yang lahir di Kebayakan 9 Pebruari 1979 itu langsung membuat gebrakan “revolusioner” di tempat tugas barunya, bersama rekan-rekan penyuluhnya, Safrin pun mulai mempermak semak belukar itu menjadi lahan produktif, traktor dikerahkan, kotoran ternak yangbanyak berserakan di sekitar balai dikumpulkan untuk dijadikan pupuk dan bibit-bibit tanaman seperti cabe, tomat, kentang pun disiapkan.

Tak jarang Safrin harus meninggalkan keluarganya di Kebayakan demi usahanya merubah image balai yang selama ini terlanjur di cap negatif oleh masyarakat khususnya di kecamatan Linge, dia sadar untuk menjawab itu semua bukanlah dengan kata-kata tapi dengan karya. Rumor yang mengatakan bahwa lahan disitu gersang, tandus dan tidak produktif tidak diabaikannya, karena dia prinsip bahwa tidak ada tanah yang tidak subur kalo kita mampu mengolah dan merawatnya dengan baik.

Saprin2Sebuah keuntungan bagi Safrin, semua penyuluh yang dikoordinirnya mendukung sepenuhnya upaya yang dilakukan oleh peimpinan mereka, karena mereka juga berprinsip selain bisa menjadi lahan percontohan yang baik, usaha mereka itu juga akan mendatangkan kesejahteraan bagi mereka, sikap trasparan yang ditunjukkan Safrin kepada “anak buah”nya membuat setiap usahanya mendapat respon positif dari semua rekan kerjanya.

Upaya Safrin dan kawan-kawan tidak sia-sia, meski harus merogoh kantong pribadinya sebagai modal dan bermandi keringat mengolah tanah, menanam dan merawat tanaman  tapi dia telah mampu menyulap semak belukar itu menjadi hamparan tanaman cabe, tomat dan kentang yang terlihat hijau dan subur.

Obsesinya merubah image negatif yang terlanjur beredar sebelumnya mulai menampakkan hasil, banyak petani di sekitar Isaq mulai berdatangan ke balai penyuluhan itu untuk belajar bagaimana berusaha tani dengan baik. Tentu dengan senang hati Safrin akan melayani tamu-tamunya dengan berbagai pembelajaran tentang pertanian, rata-rata pengunjung merasa puas dengan penjelasan yang dia belikan, karena selain mendapatkan pelajaran secara teori, para petani juga dapat melihat langsung lahan percontohan yang terawat dengan baik.

Disamping terus memoles lingkungan balai penyuluhan dengan membuat lahan percontohan yang sangat baik, Safrin juga tidak lupa dengan tugas pokoknya sebagai penyuluh pertanian, semua desa dan kelompok tani yang ada di kecamatan Linge dikunjunginya secara berkala, gayanya yang bersahaja dan humoris membuat Safrin cepat beradaptasi dengan masyarakat Linge.

saprin3Keberhasilan Safrin merubah image BP3K Linge akhirnya tercium juga oleh instansi terkait baik di tingkat kabupaten dan propinsi, beberapa kali Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh mengkhususkan diri untuk mengunjungi wilayah kerja penyuluh muda kreatif ini, beberapa komunitas petani dan penyuluh dari kabupaten lain di Aceh juga pernah mengunjungi BP3K sebagai obyek study banding, sayangnya keberhasilan ini nyaris tidak pernah terekspose oleh media,tapi itu bukanlah halangan bagi Safrin dan kawan-kawan untuk terus menunjukkan karya-karya yang bermanfaat.

Apresiasi positif akhirnya datang dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh, melihat pretasi Safrin yang dianggap luar biasa ini, akhirnya pemegang otoritas penyuluh di provinsi Aceh itu mengganjar Safrin dengan predikat “Penyuluh Teladan Aceh Tahun 2014” yang kemudian membawanya sebagai salah satu peserta Pekan Nasional (Penas) XIV Petani Nelayan di Malang, Jawa Timur, sebuah prestasi yang sangat membanggakan bagi warga Gayo.

Di tingkat provinsi nama Safrin Jailani juga bukan nama yang asing lagi, tidak kurang dari seorang Hasanuddin Dardjo, mantan Kepala Badan Ketahanan dan Penyuluhan Aceh, juga sangat mengagumi dan sangat akrab dengan tokoh yang satu ini, beliau memang sangat presiasif kepada para penyuluh yang dianggapnya kreatif dan berprestasi, beberapa kali pak Dardjo menyempatkan diri untuk mampir bahkan menginap di BP3K Linge, katanya bertemu dengan Safrin sangat menyenangkan dan mengesankan. Meski sudah tidak lagi menjabat sebagai Kepala Badan lagi, namun mantan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tenggara ini masih intens berkomunikasi dengan Safrinn

Seperti tidak mengenal lelah, anak Kebayakan ini terus berkiprah membenahi sitem pertanian di wilayah bekas kerajaan Linge itu, dan secara perlahan pola pikir konvensional masyarakat di sana mulai berubah berkat keja keras dan motivasi yang diberikan oleh Safrin dan kawan-kawan. Kemampuannya memanage lembaga penyuluhan di tingkat kecamatan itu layak diacungi jempol dan diberikan apresiasi yang layak, meski dia sendiri tidak peduli apakah karyanya akan dihargai atau tidak, tapi dia akan terus berkarya dan berkarya. Bekerja dengan ikhlas itu prinsip putra dari seorang “upes api” Jaya.S  dan menantu dari pemilik resto miso “Samalero” yang terkenal itu.

Semoga apa yang sudah dilakukan oleh alumni Fakultas Pertanian Gajah Putih ini bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak muda lainnya, karena masa depan Negeri Antara ini akan ditentukan oleh sosok-sosok anak muda kreatif dan inovatif seperti Safrin Jailani ini.

 *Pemerhati bidang pertanian dan perkebunan di Aceh Tengah dan Bener Meriah

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.