Korupsi dan Pendidikan

oleh

[Cerpen]

Ruhana Abd.Karim

ADA hadist yang mengatakan ‘Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai keliang lahat’
‘Korupsi itu apa sih pak..?’
Korupsi itu, mengambil hak yang bukan haknya. Hal itu terjadi karena yang korupsi merasa hak yang mereka dapatkan belum cukup.
‘Tapi pak..? biasanya orang-orang yang seperti apa yang korupsi?’
Biasanya orang-orang yang kehidupannya  serba kekurangan dari segi ekonomi, dan lain sebagainya.
‘Pak korupsi banyak ditemukan dimana?’
Dimana saja korupsi itu ada.
‘kalau di daerah ada yang korupsi ngak pak?’
Ada, kenapa ngak? Dimana-mana ada korupsi, bukan hanya di kota besar saja.

Pertanyaan Dimas, berulang-ulang pada ayahnya yang pagi itu, sedang menonton berita pagi di televisi. Setelah pertanyaan Dimas tidak lagi terdengar, bapak beranjak dan duduk di depan rumah, sambil memperhatikan makanan burung peliharaannya.

Dimas anak yang cukup malas, berbeda dengan kedua kakaknya, Ali dan Ita. Mereka berdua sangat rajin sekolah, bahkan kerap kali mendapatkan nilai tertinggi . Tiap pagi pak Sukri harus latihan vocal memanggil Dimas untuk sekolah. Sudah kebiasaan Dimas, buka mata langsung menghilang dan keluyuran ke rumah paman yang tidak jauh dari rumah. Dimas sangat senang kekandang kambing milik pamannya, sambil membantu paman memberi makanan hewan yang sedap disantap itu.

Sering Dimas minta dibelikan kambing. Tapi, pak Sukri tidak menuruti, takut Dimas akan berulah dan membuatnya semakin malas sekolah. Entah apa yang dipikirkan Dimas, sehingga sekolah bukanlah yang penting baginya.

Ibu juga sering menggercitkan gigi saat melihat tingkah Dimas. Kekesalan ibu, karena Dimas bukanlah anak kecil lagi, sudah duduk di bangku kelas 2 SMP. Yang berselang dua-dua tahun dengan saudaranya. Ditambah dengan teriakan pak Sukri tiap pagi, dan rasa emosi pak Sukri yang berada di ujung tanduk menghadapi tingkah Dimas.

Melihat bapak yang marah tidak karuan, Dimas bergegas pergi sekolah, tapa mandi dengan rawut muka cemberut. Baginya sekolah hanyalah tempat istirahat untuk pikirannya yang tidak jelas. Letih jiwanya diomelin bapak sama ibu. Dalam hati dimas menggerutu, ‘untuk apa sekolah ngabisin uang. Mending pelihara kambing lebih bermanfaat, bisa dijual dan dimakan. Kenapa bapak tidak menuruti permintaanku, aku ingin membantu bapak bekerja di kebun. Tapi bapak selalu menolak, dan memberi Dimas jajan lebih’.

Bukan itu yang aku mau pak, aku ingin keluar dari sekolah, aku capek sekolah, dan sekolah bukanlah duniaku.

“Dimas..!”, panggilan ibu lembut, dengarkan ibu. Sekolah bukanlah dunia, melainkan gudang ilmu, gudang yang menyimpan banyak ilmu apapun yang kamu mau, jika kamu ingin menjadi petani atau peternak kambing. Semua membutuhkan ilmu Dimas. Semakin banyak ilmu yang kamu miliki semakin mudah kamu menekuni itu semua. Dimas terdiam.

Pagi harinya Dimas bangun lebih awal. Bergegas kerumah paman, memberi makan kambing. Sedangkan bapak, yang sudah paham betul tingkah anaknya. Pak Sukri yang masih sibuk mengurusi burung peliharaannya, melirik jam yang melingkar di tangannya, pukul 06.30. pak Sukri bergegas menyiapkan aba-aba, sambil menarik nafas. Ketika pak Sukri bersiap membuka mulut meneriaki nama Dimas. Dimas berjalan santai mendekati pak Sukri sambil menenteng tas sekolahnya, dengan seragam sekolah yang sudah rapi dan wangi, sepertinya Dimas mandi pagi ini. Dimas mengambil posisi jongkok di sebelah bapak, sambil memperhatikan burung yang berkicaua merdu, sesekali Dimas menirunya.

Dimas, bapak sangat senang melihatmu pagi ini. Ternyata ucapan ibumu kemarin sangatlah mampu membuatmu mengerti akan pentingnya pendidikan. Kenapa juga tidak dari kemarin ibu menasehati Dimas, sambil menoleh kearah ibu yang datang mengantarkankan pisang goreng dan kopi kehadapan bapak di barengi pandangan Dimas kosong.

Ya ibu juga baru kepikiran pak, ngomong seperti itu, dari kemarin cuma marah-marah doang tanpa ada kata-kata yang tepat. Alhamdulillah Dimas mengerti ya pak, sambil mengelus rambut Dimas. Dimas yang menatapi burung yang riyang gembira.

Disekolah Dimas belajar tentang makna pendidikan, yang dipelajari dalam buku PPKN. Pendidikan sangatlah penting, penting dimana saja dan kapan saja. Jadi anak-anak jangan malas sekolah ,menuntut ilmu tidak ada kata rugi. Atas ilmu yang bermanfaat, bukan ilmu dukun atau nyantet, canda pak Wawan. Anak-anak yang berada dalam kelas menyebar senyum lirik bergantian.

Pulang sekolah Dimas menonton TV, sambil menikmati makan siang yang ditemani ibu. Dalam berita tersebut menyebutkan banyaknya pejabat-pejabat yang korupsi. Bahkan Indonesia tergolong kelas atas dalam urusan korupsi. Dimas terus memperhatikan orang-orang yang di tangkap KPK, dan kebanyakan orang-orang yang bekerja untuk masyarakat banyak.

Ibu, korupsi itu apa sih?, pertanyaan yang pernah ditanyakan Dimas pada bapaknya.

‘korupsi itu ya, seperti yang kamu lihat itu, ibu yang sedang makan, enggan berkomentar.’

Keesokan harinya di sekolah, Dimas melihat pak Wawan yang sedang duduk di bawah pohon di halaman sekolah, melihati siswa asik bermain bola. Dimas berjalan mendekati pak Wawan.

‘Assalamualaikum pak.’

 Walaikumsalam. ‘eh Dimas, duduk sebelah bapak.

 Iya pak, pak Dimas ingin menanyakan sesuatu pada bapak.

Dimas mau tanya apa? Seperti serius banget.’

 Iya pak, Dimas pengen tahu tentang korupsi

Pak Wawan, sedikit kaget dan bingung’. Ada apa dengan korupsi Dimas?

Begini pak, dimas penasaran,  menurut bapak korupsi itu apa pak?

Beneran ni Dimas pengen tahu? Sambil tersenyum melirik Dimas.

Dimas korupsi itu, adalah orang-orang yang tidak memiliki landasan yang kuat dalam menjalankan tugasnya, serta orang-orang serakah yang tergiur akan perkembangan zaman, boleh dikatakan yang korupsi itu orang-orang miskin yang ingin kaya dengan cara yang haram. Kebanyakan orang-orang yang korupsi adalah orang-orang yang pintar dan punya jabatan, mendorong mereka mengambil hak orang lain.

Contohnya  Dimas, kampung kita ini tidak jauh dari pusat, pusat dimana semua berada disini. Tapi sayang, kita yang dekat saja jalanan seperti ini, apalagi yang jauh disana. Kalau saja orang-orang yang kita percayai tidak  korupsi, pasti negara kita akan jauh lebih maju, jalanan bagus, bangunan pendidikan serga layak. Nyatanya orang-orang korupsi ingin enak sendiri  tidak mau berbagi kebahagiaan dengan kita.  Dimas yang masih mendengarkan penjelasan pak Wawan dengan wajah yang serius. Saat pak Wawan melempar bola yang tidak sengaja di tendang siswa ke depan pak Wawan, dimas angkat bicara. jadi orang-orang yang korupsi orang-orang yang pintar ya pak?, enak dong jadi seperti mereka pak, bisa ambil uang yang banyak. Dimas, tidak semudah yang dibayangkan, semua punya resiko, bahkan korupsi tidak baik ditiru, tapi diberantas. Pak kalau yang korupsi orang-orang pintar, ngapain kita sekolah pak? Yang ada orang-orang Indonesia pintar korupsi semua. Pak Wawan hanya diam mendengar celotehan Dimas yang tidak jelas.

Pulang sekolah, Dimas kembali menonton TV, bahkan yang dia lihat masih sama seperti yang kemarin, walaupun masih ditemani ibu makan siang, kali ini Dimas tidak ingin bertanya pada ibu, karena Dimas sudah mendapatkan jawabannya. Yang membuat Dimas kecewa adalah yang korupsi adalah kepercayaan masyarakat.

Saat  makan malam, Dimas yang asik membolak-balik telur dadar buatan  ibu tadi sore. Dimas memilih telur yang tidak ada bawangnya. Karena Dimas tidak suka bawang.

Pak, Dimas gak mau sekolah lagi. Bapak dan ibu serta kedua saudaranya diam tanpa sahutan atau deheman untuk memulai pembicaraan.

Bu, Dimas gak mau sekolah lagi. Ali menarik nafas, kamu kenapa sih Dimas? Sekolah seolah-olah hukuman buat kamu , sekolah itu bagus,supaya kamu pintar.

Pak, aku ngak mau sekolah lagi, dengan nada yang gemetar, Dimas hampir menangis. Mulai besok bapak jangan teriaki dimas sekolah lagi pak. Dimas ngak mau jadi orang pandai. Nanti Dimas bisa jadi orang hebat, orang hebat dan pandai banyak cobaan pak, cobaan dalam mempertahankan agar tidak korupsi. Bapak kan tahu sendiri yang korupsi  orang pandai, pandai mencuri hak kita pak. Yang pandai dan berilmu saja terlihat bodoh melihat uang. Apa lagi kita, sudah wajar. Menurut Dimas mendingan bodoh pak. Biar gak melihat perkembangan zaman agart idak mengambil hak orang lain.

Percuma banyak orang pinter di Indonesia pak, tapi gak bisa menerawang siapa saja yang  korupsi, percuma juga banyak orang pandai tapi tidak bisa membasmi  korupsi bahkan berlomba-lomba korupsi dalam jumlah yang besar dan  kerja sama dalam hal tersebut. Bapak, ibu, Ali dan ita terdiam sambil menghabiskan makanan yang ada di piring. Bapak, terdiam dan berpikir, siapa yang salah?[SY]

RuhanaRuhana bersal dari Pintu Rime, Kec.Ketol. Alumnus MTsN 1 Takengon, MAN 2 Takengon dan UNIMED , saat ini tinggal di Pondok Cabe, Ciputat. Tang-Sel bekerja sebagai Terapis di sebuah klinik di Pondok Cabe, Jakarta Selatan

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.