Insaf Memahami Islam

oleh

Oleh Amri Fatmi

Menurut bahasa (lughawi); Islam bermakna menyerahkan diri, patuh dan taat. Dalam hal ini menyerakan diri dan taat kepada Allah dengan iman kepadaNya. Melakukan yang disuruh dan menjauhi larangan. Sebagaimana firman Allah dalam surah Luqman ayat 22.

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.

Dan juga dalam surah Yunus ayat 72 dari ucapan Ratu kerajaan Saba’.

قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

 Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.”

Demikian juga dengan kisah Nuh as.  dalam surah Yunus ayat 72.

وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya).

Dalam kisah Ibrahim dan Ismail alaihima salam  dalam surah Al Baqarah 128

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Kisah Yusuf as.

رَبِّ قَدْ آَتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta’bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.

Berkaitan dengan Musa as.  Surah Yunus 84

وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آَمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ

Berkata Musa: “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri.”

Berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas, secara makna bahasa (lughawi) semua para Nabi adalah muslimin karena mereka tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah swt.   Begitu juga dengan pengikut semua Nabi yang di utus oleh Allah sebelum Nabi Muhammad secara bahasa Arab bisa disebut muslimin. Karena mereka tunduk dan patuh zahir dan batin pada Allah yang mengutus Nabi pada mereka saat itu.

Makanya para hawariyyun mau mati-matian membela Nabi Isa a.s karena mereka telah pasrah dan tunduk patuh pada Allah dan percaya penuh pada ajaran Nabi Isa mereka ingin membuktikan keimanan mereka itu dengan mengatakan kami muslimun dan siap berkorban demi Nabi mereka. Dan bahkan ratu saba’ di depan Nabi sulaiman juga berkata demikian. Maka sekali lagi, kata aslam-muslimun dalam sederetan ayat-ayat Alquran tersebut adalah makna lughawi bahasa Arab untuk menyatakan orang-orang yang telah percaya pada Allah dan mengikuti ajaran Nabi mereka saat itu.

Namun saat ini setelah Nabi Muhammad di utus oleh Allah, makna kata aslama-yuslimu- islaman dan istilah islam telah mempunyai makna khusus atau yang lazim disebut dalam disiplin ilmu sebagai makna  istilah (makna khusus setelah makna bahasa) makna istilahi terhadap kata islam adalah  addien yang dibawakan oleh Nabi  Muhammad  saw. beserta dengan segala akidah dan segala taklif (perintahnya).

Orang yang tidak memahami atau tidak sudi paham akan perbedaan makna lughawi dan makna istilahi akan salah memahami banyak pemahaman penting dalam keilmuan islam. Lihat saja makna shalat. Makna asli bahasa Arab adalah doa. Dan makna lughawi ini masih dipakai dala mayat-ayat dan hadis Nabi. Namun, shalat disamping punya makna lughawi, ia sudah bermakna khusus istilahi yaitu sebuah ibadah yang memiliki seperangkat tata cara dimulai dengan niat sampai ditutup dengan salam. Siapa yang memahami hari ini shalat sebagai doa saja ia akan tersesat.

Begitu juga siapa yang memahami orang yang masih  mengikut Nabi Isa, nabi Musa atau Nabi Ibarhim zaman ini tanpa mau percaya dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad, tapi dianggap juga sebagai orang islam adalah sesat dan salah kaprah. Ia belum memahami dan mendalami kaidah keilmuan Islam. Dia akan mudah menuduh tidak masuk akalnya atau tidak logis untuk dirinya.(padahal kadang sangat logis bagi yang sudah belajar dengan benar)

Perhatikan saja, Ratu Saba’ bisa menyatakan dirinya (aslamtu) dengan ikut Nabi Sulaiman (karena Sulaiman Nabi diutus padanya), dan pengikut Nabi Musa disuruh menjadi muslimin di depannya (dengan patuh padanya), Hawariyun menyatakan dirinya muslimun di depan Nabi Isa (mengikuti Isa.a.s, karena Isa diutus pada mereka).

nah, sekarang orang Indonesia dan seluruh penduduk bumi yang masih hidup, dan yang akan hidup menyatakan dirinya muslim, dengan Nabi  siapa? Bagi kita yang percaya pada Al-Quran, kita mengimani Nabi Muhammad adalah Nabi kita dan Nabi terakhir untuk seluruh umat manusia mulai dari pertengahan abad ke-6 M sampai hari kiamat. Dalam rentang masa ini siapa saja anak Adam bila ingin berserah diri pada Allah (menjadi muslim) mestilah dengan Nabi Muhammad, mengikuti seluruh ajaran beliau dari Al-Quran dan Hadis-hadis beliau yang shahih. Bukan berserah diri pada Tuhan dengan mengikuti Martin Luther, Jesus Cristus atau Moses. Bila ada gerombolan manusia meyakini seperti itu maka mereka bukan muslimun saat ini. Itu keyakinan kuno dan usang. Beginilah memahami islam sesuai konteks dan zamannya!

Jadi logislah pemakaian kata disitu dengan makna demikian tanpa harus buka-buku ulama tafsir kalau diklaim oleh orang kurang bijak sebagai tafsir kuno. Sangat logis dan benar bagi siapa yang insaf memahami firman Allah dalam surat Ali Imran, 85 :

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.”

Ayat tersebut diturunkan pada Nabi Muhammad, dan Islam dalam ayat tersebut adalah penyerahan diri pada Allah dengan mengikuti Nabi Muhammad (memahami sesuai konteks dan masa!)

Sangat lah benar dipahami bahwa agama Islam saat ini adalah Dien Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad Saw, dan orang muslimin adalah semua manusia yang percaya pada Allah dan berserah diri padaNya dengan mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw.

Sehingga kalimat syahadat sebagai pembuka keimanan seorang muslim hari ini, terdiri dari dua penggalan : bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad Utusan (Rasul) Allah. Bukan hanya cukup percaya pada Allah semata, dan mengikuti ajaran monotheism terserah dari mana dasarnya sebagaimana disangka oleh yang menyangka.

Ada yang Nampak tergesa menulis begini :”kata Islam dalam banyak ayat Al-Quran al-Karim bukan hanya berarti kerasulan Muhammad Saw. Tetapi juga kepatuhan pada Allah Subhanahu wata’ala dan agama ketauhidan kepada Allah yaitu monotheism. Dan penggalan pertama dari syahadatain yaitu “ Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah”.

Bagi orang yang ingin mengelabui islam dan menyamakan Islam saat ini sama dengan ajaran Kristen, Yahudi, maka mereka akan mencoba membuat-buat pemahaman menyimpang dengan mengingkari kerasulan Nabi Muhammad (secara halus/nyata) menganggap seorang muslim cukup percaya pada Tuhan tanpa harus bersaksi dan percaya pada Nabi Muhammad dan mengikutinya. Bersyahadat cukup dengan bersaksi tiada tuhan Selain Allah saja tanpa harus bersaksi dengan Nabi Muhmmad.

 Bila pemahaman seperti ini dipegang, maka semua agama yang percaya satu tuhan akan dianggap Islam, ini kesalahan Fatal. Islam saat ini yang dibawakan Nabi Muhammad membedakan Orang kafir, ada yang Ahli Kitab dan ada yang Musyrikin (paganis) dan ada yang atheis. Kenapa ada istilah  ahli kitab? Karena mereka ada yang percaya pada Tuhan yang Esa tapi kafir dengan Nabi Muhammad, maka mereka bukan orang Muslimin dianggap sejak pertengahann abad ke-7 M sampai hari kiamat nanti.

Firman Allah dalam surat Ali Imran , 31 :”Katakanlah (wahai Muhammad) : “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Artikel ini tidak ditulis dengan kemarahan, tetapi dengan tersenyum dan insaf karena kemarahan dan keangkuhan itu adalah sifat musuh manusia. Agar kemurnian Islam zaman ini sebagai petunjuk dari Allah bagi setiap pribadi manusia tidak keruh oleh debu-debu “pembaruan”.Wallahu A’lam.

*Da’i di Aceh

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.