
Sekarang ini hampir di seluruh punjuru dunia didemamkan seni batu mulia. Tak terkecuali di bumi Gayo yang memunculkan sumber penghasilan baru bagi beberapa kalangan masyarakat. Batu mulia di Gayo berkualitas nomor dua terbaik dunia.
Namun, seiring dengan hangatnya batu giok di Gayo ternyata tidak disertai dengan pemahaman yang baik dari petani-petani pencari batu dipelosok negeri ini. Hal tersebutlah yang sangat disayangkan oleh seorang pecinta batu mulia di Gayo, Ahmadi Samar Kilang yang menganggap petani batu di Gayo saat ini tengah ketipu akibat permainan pasar.
Menurutnya, para petani tidak cukup pemahamannya terkait batu-batu berkualitas super sehingga dalam proses penjualannya petani sering ketipu. “Ini yang sangat kita sayangkan, ada agen batu baik lokal maupun dari luar daerah yang mempermainkan harga pasaran batu di Gayo,” kata mantan ketua Komisi Independen Pemilihan (KIP) Bener Meriah ini.
Menurut amatannya, para agen-agen tersebut sengaja membeli batu-batu kualitas nomor dua dengan harga yang cukup mahal dari harga batu kualitas super nomor satunya. “Ini trik agen dalam membeli batu dilapangan, harga batu yang kualitasnya rendah sengaja dinaikkan, sedangkan yang super seolah-olah tak laku dipasaran agar harganya turun. Namun mereka hanya membeli batu kualitas rendah yang kata mereka harganya mahal dengan kuantitas yang cukup sedikit, satu atau dua kilo saja, sedangkan untuk batu yang kualitasnya super mereka berani membeli dari pedagang berapapun ada barangnya, baik itu 100 kg atau lebih, hal ini kan sangat disayangkan, kondisinya juga mencekik petani dilapangan,” ujar mantan ketua KIP Bener Meriah ini.
Untuk mengantisiapasi hal tersebut, Ahmadi menyarankan agar di Gayo dibuatkan lembaga sertifikasi yang nantinya lembaga ini akan mengeluarkan sebuah sertifikat terkait dari kualitas batu tersebut. Selain lembaga ini penting, juga nantinya dalam pembuatan sertifikat nama Gayo akan dibubuhkan di akhir penamaan batu.
“Masalah lembaganya, Pemerintah kita bisa bekerjasama dengan lembaga yang sudah memiliki izin serta berkompeten dalam urusan mengukur kualitas batu, sehingga bongkahan-bongkahan batu yang keluar dari Gayo nantinya akan sudah memiliki standar kualitasnya,” terang Ahmadi yang mengaku telah mensertifikatkan beberapa jenis bongkahan batu yang dimilikinya di Medan-Sumatera Utara.
Dia menambahkan, hal tersebut perlu didukung oleh pemerintah di Gayo karena jika terlambat maka batu-batu berkualitas dari bumi Gayo akan diambil oleh kolektor-kolektor batu dari luar daerah, dan nasibnya akan sama seperti kopi Gayo beberapa tahun belakangan ini.
“Ingat enggak beberapa tahun belakangan ini, kopi berasal dari Gayo namun Sidikalang punya nama, tapi syukur saat ini kopi Gayo telah lebih terkenal. Namun bagaimana dengan batu-batu dari Gayo apakah nasibnya akan sama seperti kopi kita itu?,” tanya Ahmadi.
Maka sertifiasi tentang batu-batu dari Gayo harus segera di buat, karena hari ini terjadi banyak bongkahan-bongkahan batu Gayo dibawa pengusaha luar daerah, tapi dikatakan batu itu tidak berasal dari Gayo akan tetapi batu tersebut mereka klaim batu yang berasal dari kampungnya sendiri.
Dilanjutkan, dengan mensertifikat batu-batu dari Gayo otomatis nama Gayo akan tersebut di akhir penamaan batu yang telah diuji kualitasnya oleh lembaga penguji. “Jadi dengan mencantumkan nama Gayo, otomatis nama batu kita tidak bisa lagi ditipu orang, seperti dalam sertifikat bongkahan batu yang saya buat mencantumkan nama Aceh-Gayo, saat kita mencantumkan nama Gayo di sertifikat nama Gayo juga akan terangkat, supaya minat mancanegara itu datang ke Gayo, otomatis nilai ekonomi masyarakat itu akan tumbuh kembang dengan sendirinya,” ungkapnya.
Selain lembaga sertifikasi, Ahmadi menambahkan pemerintah juga perlu membuat regulasi tentang penambangan batu di Gayo, jangan sampai keadaan ini merusak lingkungan dengan pola penambangan-penambangan yang tidak benar, dan dia menyarankan regulasi yang dikeluarkan nantinya akan lebih memihak kepada petani-petani batu bukan kepada pengusaha-pengusaha batu yang notabennya memiliki modal besar.
“Kalau pengusaha kan bisa saja mencari batu menggunakan alat berat di sungai-sungai, hal ini tentu tidak ramah lingkungan, jadi kalau dicari dengan pola tradisional dampak kerusakan lingkungannya akan semakin kecil, regulasi yang dibuat pemerintah harus memihak kepada petani batu yang mencari dengan pola tradisional,” terangnya.
Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan dukungan dengan cara membuat pusat batu di kawasan Gayo dan juga memberikan dukungan peralatan dalam proses pengolahannya. Disamping itu, sebelum terlambat Ahmadi juga menyarankan untuk menyekolahkan beberapa putra daerah guna memperlajari batu-batu berharga ini. Karena, masalah batu mulia ini ada sekolah khusus yang menanganinya.
“Mengantisipasi hal tersebut, segeralah pemerintah di Gayo untuk menyekolahkan putra-putri nya. Karena batu ini ada sekolah khususnya, ada sekolah pendeteksi kualitas dari batu, dengan begitu ada harga standar lokal yang menjadikan petani disini terbantu ekonominya. Ini belum terlambat, saat ini booming batu hampir di seluruh dunia,” demikian Ahmadi.
(Darmawan Masri)





