GADIS atau beru Gayo penulis novel “Merah Punce” Widya Utari Lingga menyelesaikan naskah novelnya hanya dalam waktu sebulan. Ia menggarapnya selama bulan Ramadan lalu.
“Saya tulis selama satu bulan, dan untungnya saya mengenal tokohnya walau ada riset juga saya lakukan,” kata Widya di Banda Aceh, Jumat 12 Desember 2014.
Mahasiswa semester tiga Universitas Negeri Medan ini mengatakan, ia terinspirasi untuk menulis novel setelah mengikuti pelatihan menulis di Sausa Takengon. Saat itu peserta ditantang untuk membuat naskah novel untuk diterbitkan.
“Temanya kami cari sendiri. Akhirnya saya menemukan tema Merah Punce, kisah nyata seorang paskibraka nasional yang hidup dari keluarga miskin di Lampahan, Timang Gajah, Bener Meriah,” jelas Widya.
Diakui Gadis lulusan SMA Negeri 3 Timang Gajah ini, kemudahannya menyelesaikan novel karena ikut dibantu sosok yang menjadi tokoh dalam novel yaitu Merah Punce. Ia memberikan banyak cerita dan masukan.
Widya Utari Lingga lahir di Takengon 22 Agustus 1995 silam. Dia adalah bungsu dari tiga bersaudara yang kini tinggal di Timang Gajah, Bener Meriah. Merah Punce adalah karya novel pertama yang dia tulis. Sebelumnya Widya aktif menulis cerpen dan puisi.
Salah satu cerpennya berjudul “Bendera untuk Ibu” pernah menjadi pemenang lomba, begitu pula puisi berjudul “Sampaikan” yangmenjadi juara pada lomba baca puisi. [tarina]