Mencari Batu “Anul” Disungai Porang

oleh

Batu_AnulCahaya terang bersinar dibalik celah rerumputan gajah dipingir sungai, kerikil tajam dan bendungan yang dalam tak menyurutkan semangat pemuda itu, sesekali hisapan rokok mengepulkan asap mumbumbung.

Pantulan cahaya dari senter yang ditentengnya memilah-milah bebatuan sungai yang beribu jumlahnya. Kesenangannya mulai terasa kala menemukan sejenis batu yang dicarinya untuk dijadikan sebuah cincin.

Jangkrik pun ikut tertawa melihat tingkah seorang lelaki beranama Jasiwa Maytense, yang saban hari mencari batu di tepian sungai Porang, tak ada lelah, juga tak ada kata menyerah dalam kamusnya.

“Saya bukan ingin menjual batu khas asli Gayo Lues ini, tetapi hanya ingin mengoleksi,” katanya sambil mengolah batu yang ditemukanya dari sunggai Porang.

Mencari batu kata pemuda yang akrap di sapa Siwa itu bukanlah mencari keuntungan, melainkan menyalurkan hobi belaka.

“Kalau ada yang minta beli, ya sudah kita kasihkan saja, tergantung kesepakatan harga jerih payahnya saja,” katanya yang tidak mau berhenti mengolah batu meskipun beberapa rekannya terlihat menyurup Kopi asli Gayo.

Jasiwa bercerita, batu yang sering ditemukanya di sungai Porang adalah jenis batu dikenal dengan sebutan “Anul”, batu yang mengeluarkan cahaya saat di senter itu sangat keras, dan mudah di olah untuk menjadikan sebagai batu cincin, tak heran rekan-rekanya selalu meminta agar koleksi tersebut dipindah tangankan dengan imbalan Rupiah.

“Ada bermacam batu yang saya koleksi, baik jenis batu Giok, maupun batu Merah Delima, tetapi saya lebih tertarik mengoleksi batu Anul ini, disamping batunya susah-susah gampang dicari, ketika di tawar dengan harga Rp. 300 Ribu juga langsung saya lepas,” katanya.

Batu Anul memiliki daya pikat yang berbeda, jenis batu yang satu ini sangat jarang dipasarkan oleh pencinta batu mulia, tetapi banyak pencinta batu tertarik memakainya, koleksi demi koleksi batupun terus dikumpulkan.

“Kalau saya tidak tetap memakai cincin, hari ini yang berwarna merah, besok sudah warna kuning, besoknya lagi hijau dan putih,” kata Jasiwa yang sesekali terlihat mengeluarkan kata-kata candaan.

Saat dipakainya cincin batu Anul, Jasiwa mengaku sering teman-temannya meminta untuk dibeli atau dibuatkan. Usut punya usut, hasil pembuatan batu Jasiwa juga sudah pernah diberikan kepada Bupati Gayo Lues Ibnu Hasim, beberapa jenis batu cincin ditunjukanya kepada Bupati untuk diperlihatkan keaslian batu sunggai Porang itu.

“Rupanya Bupati Gayo Lues juga lebih memilih produk lokal,” katanya sambil melontarkan senyuman.

Mencari batu di sungai Porang kata Jasiwa hanya cocok dilakukan saat malam hari, semua jenis batu yang memancarkan cahaya akan terlihat, baik saat berada di dalam sungai, maupun digeronjong yang bersusun rapi batunya.

“Tapi jangan salah, yang saya buat itu asli dari sungai Porang, dan yang saya berikan kepada Bupati Gayo Lues juga asli dari sungai Porang ini, kita harus cinta produk lokal, jangan hanya bisa mengatakan punya orang bagus, batu di Gayo juga bagus-bagus,” demikian Jasiwa Maytense.

(Anuar Syahadat)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.