Guru Disukai Ilmunya atau Akhlaknya

oleh

Oleh : Ahmad Dardiri

tmp_17686-PicsArt_14169835272511609688579Hari Selasa tanggal 25 Nopember para guru di seluruh nusantara tentu bersuka cita, karena para pahlawan tanpa tanda jasa sedang memperingati Hari Guru Nasional (HGN). Peringatan itu oleh Pemerintah Republik Indonesia ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 yang dikuatkan oleh Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Tanggal tersebut juga merupakan hari lahirnya Persatuan Guru Indonesia (PGRI).

Peringatan HGN kali ini merupakan yang ke-20 sejak ditetapkan oleh presiden tahun 1994, dan HUT PGRI-nya merupakan yang ke-69 sejak kongres guru tanggal 24-25 Nopember 1945, atau seratus hari setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Jadi guru dalam sejarah Indonesia selalu mengikuti dan mengisi perjalanan bangsa terutama dalam mengantarkan cita-cita untuk mencerdaskan bangsa.

Menjadi guru adalah merupakan kehormatan. Menjadi guru berarti memilih jalan terhormat. Demikian kata Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan. Kata-kata ini mengingatkan penulis akan hadist Nabi Muhammad saw yang menyuruh kita menjadi guru atau orang yang berilmu/alim. Sebagaimana sabdanya: “Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka” (HR. Baihaqi). Barangkali ini maksud dari menjadi guru adalah kehormatan, karena Nabi yang menyuruh menjadi orang yang berilmu (guru).

Menjadi guru terhormat adalah menjadi guru yang berbeda dengan yang lain dalam hal yang positif. Bukan guru yang suka meninggalkan tugas, melakukan tindakan yang amoral, malas mengembangkan diri. Bila hal itu ada pada diri guru ini perlu melakukan perbaikan yakni meninggalkan perilaku yang menjatuhkan kehormatan sebagai guru.

Guru sebagaimana mana kita ketahui adalah merupakan pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi peserta didik pada jenjang pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah.

Sebagai tenaga profesional, guru berperan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional itu sendiri adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan sebagai wujud masa depan bangsa bangsa sangat tergantung pada besarnya perhatian dan upaya bangsa dalam mendidik generasi muda yang dilakukan oleh guru. Jika anak bangsa mendapatkan pembelajaran yang baik, mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan bakat dan kecakapannya, mendalami pengetahuan, serta mengembangkan disiplin, watak, kepribadian dan keluhuran budinya, maka bisa dikatakan bangsa tersebut akan memiliki masa depan cerah.

Untuk mewujudkan itu semua guru perlu melakukan aktualisasi diri dengan meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengembangan diri sesuai dengan kehidupan yang terus mengalami perubahan yang sangat cepat. Dunia yang semakin maju dengan adanya internet ini akan menggeser peran guru terutama dalam mentransformasikan pengetahuan kepada peserta didik. Kenyataan sekarang para siswa telah banyak mengetahui berbagai hal melalui media internet. Dengan demikian, sekali lagi penulis sampaikan bahwa guru sebagai sosok yang sangat menentukan dalam mewujudkan keberhasilan mutu sistem dan hasil pendidikan harus terus menyesuaikan. Guru dapat menggunakan media internet untuk terus menjalin hubungan dengan para siswa melalui media sosial seperti facebook, twitter, blackberry messenger atau lainnya, dengan demikian eksistensi guru tidak hilang digilas zaman.

Eksistensi guru secara umum adalah sama seperti manusia umumnya, ia makhluk yang mempunyai tugas untuk mengelola kehidupan (khalifah fil ardi) selama ia masih diberi kesempatan hidup oleh Yang Maha Pemberi Kehidupan. Eksistensi disini bukanlah suatu yang sudah selesai, tapi suatu proses terus menerus melalui tiga tahap, yaitu : dari tahap eksistensi estetis kemudian ke tahap etis, dan selanjutnya melakukan lompatan ke tahap eksistensi.

Sebagai orang yang alim, tentu guru akan menjadi sebuah motivasi bagi manusia lainnnya termasuk oleh para siswanya. Karena pada diri guru ada empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi ini pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Kedua kompetensi profesional, kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis. Ketiga kompetensi sosial, kompetensi ini bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik serta guru-guru lainnya dan keempat yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi ini terkait dengan guru sebagai teladan.

Untuk memiliki keempat kompetensi guru semestinya mampu untuk meraihnya. Tetapi pada kompetensi yang keempat, barang kali itu merupakan tugas yang berat setidaknya itu menurut penulis. Apalagi saat penulis membaca sebuah kisah Al-Imam Az-Zuhri yang merupakan tabi’in. Darinya diketahui bahwa ternyata penuntut ilmu (siswa) tidak semata mata senang terhadap ilmu sang guru. Ada yang lebih urgent dari itu semua. Az-Zuhri mengatakan: “Kami bersama-sama belajar menuntut ilmu dari seseorang dan kami lebih senang mempelajari akhlaknya dari mempelajari ilmunya.”

*Kepala MTsN Jagong

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.