Veronika Hasibuan*
Tari Saman yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai daftar representatif budaya tak benda warisan manusia sidang ke-6 komite Antar-Pemerintahan untuk perlindungan Warisan budaya tak Benda UNESCO di Bali, 24 November 2011. Pengakuan UNESCO tidak serta merta diketahui oleh masyarakat Indonesia. Ini bisa kita lihat nyata bahwa Tari Saman yang ditarikan masih banyak yang bukan dari tanah Gayo.
Sejarah tari Saman yang didirikan dan dikembangkan oleh Sye h Saman di Gayo luwes ini yang memiliki filosofi ke-islam-an yang kuat dari gerak, syair, jumlah penari, nyanyian dan yang paling penting adalah makna dan tujuan tari Saman tersebut.
Even yang akan di gelar oleh Pemerintah Kabupaten Gayo Luwes pada tangal 24 November 2014 menampilkan 5005 penari Saman adalah sebuah ide menarik. Tentunya para Koreografernya nantinya telah melatih penari sesuai dengan filosofi dari tari Saman itu sendiri. Pergelaran ini juga diadakan juga asal usul/budaya Gayo serta pameran benda-benda tentang peradapan suku Gayo. Ini merupakan suatu pergelaran spektakuler dalam seni budaya Gayo.
Sudah saatnya seni budaya Gayo untuk tampil dan menunjukan jati diri suku Gayo lebih lagi ke Indonesia dan dunia. Tari Saman massal ini merupakan moment yang tepat sebagai 5 tahun penetapan oleh UNESCO dan perubahan dalam paham seni budaya bagi masyarakat suku Gayo sendiri agar lebih memahami seni budaya sendiri yang otomatis pasti melestarikan budayanya.
Masyarakat Gayo khususnya anak mudanya kini lebih maju dan modern ada baiknya Pemerintah Kabupaten Gayo Luwes dan Gayo melibatkan anak muda Gayo untuk mengeksplorasi lagi acara yang akan di gelar. Misalnya saja mendokumentasi atau mendokumenterkan tari Saman yang di mulai dari sejarahnya dan video itu bisa menjadi bahan edukasi untuk siswa sekolah, bisa di jadikan untuk bahan turis bahkan bisa mengikuti festival-festival film di mancanegara sebagai pengenalan suku Gayo dengan cara lebih besar lagi cakupannya.
Pameran benda-benda tentang peradaban suku Gayo ini lebih sangat menarik. Suatu suku yang besar peradabannya bisa dilihat dari benda-benda peningalannya. Ini moment yang besar jika Pemerintah Gayo tentunya mau membuatkan museum Gayo sebagai bukti peradapan suku Gayo.
Tentunya Pemerintah lebih luas cakupannya dengan mefokuskan pengumpulan peninggalan-peningalan peradaban Gayo khususnya Aksara Gayo sendiri. Pergelaran Tari Saman massal dan pameran peningalan benda-benda peradaban Gayo di Pemerintahan Kabupaten Gayo Luwes ini sangat berharap menjadi event tahunan yang akan digelar tiap tahunnya dengan diangkat seni budaya Gayo lebih dalam lagi tentunya dengan harapan museum Gayo.
*Alumni IKJ, pemerhati seni budaya Gayo






