(Sebuah ingatan buat Jokowi)
Oleh : Salman Yoga S
Jutaan hektar tanah bergelombang seperti gerigi atap seng
Di dataran tinggi, gunung, bukit dan lembah-lembah
Bak tancapan paku bumi mengakar dan berpucuk ke langit
Hamparan dan harapan yang menumbuhkan setiap yang disemai
Pinus terbaik di dunia dan kesejatian Gayo kopi
Kenanglah wahai presiden bahwa tanah ini masih seperti yang pernah kau jejak
Merah, hitam dan coklat warna keluguan yang dikebiri
Alamiah kejujuran yang ditipu birokrasi dan teknologi
Rahmat Ilahi yang didustai modrenisasi
Kenanglah wahai presiden bahwa rakyat disini masih seperti yang pernah kau sapa
Sahaja hidup seperti doa yang diijabah
Hanya butuh kebijakan perhatian seperlunya
Tak suka tipu-tipu atau janji yang meraja
Cukup ingatanmu saja bahwa kita pernah mengarungi dan menjelajah bersama
Di tanah yang berglombang seperti atap seng dengan kemiringannya
Kenanglah wahai presiden meski kau tak ingat lagi
Atau lupa barangkali karena hari ini kita seperti hujan dan tanaman
Kau di atas kami di bawah
Tak tumbuh bila tak disiram
Takkan menghimpun CO2 jika tak dihijaukan
Tak jadi kau bila tak ada kami
Tak ada kami tak ada kau
Juga tentang hamparan tanah yang pernah kau injak dan jejak
Pinus dan belantara tanah Reje Linge, kekayaan jelata yang terjarah
Alam dan wisata taman Malem Dewa, rona jelita sahaja yang belum tersentuh
Ingatlah wahai presiden pinus yang kau tembangi dulu sudah tumbuh berganti
Kopi Gayo yang tak kau seruput tapi kau hirup aromanya
Masih seperti malaikat yang memberi keramat kepada kami
Meski industri dan tengkulak terus melipatkan rupiah bagi dirinya sendiri
Presiden…!
Jadilah hujan yang rata menyirami
Bagi belantara hutan dan tanaman seperti kami
Meski tubuh kerempengmu sama dengan hidup kerempeng kami
Takengon-Aceh Tengah, 2014
*Dipetik dari buku Antologi Puisi “Memo Untuk Presiden”, (Solo: 2014).







