Catatan : Siti Aminah*
Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Tiongkok
Agar hidup anda sukses dan tidak merana
Pelajarilah budaya, falsafah, dan filosofi Tiongkok
Agar menjadi bekal hidup dimana-mana
Berjalan-jalanlah ke kota Guanzhou di Tiongkok
Anda akan menemukan makanan lezat tiada tara
Nikmati kota Suzhou dan Hangzhou di Tiongkok
Anda akan menemukan pemandangan bak surga
Lewati sisa hidup anda di Liuzhou Tiongkok
Yang terkenal dengan kayu kualitas ternama
(Leman)
Nabi Muhammad SAW pernah berkata “ Uthlubul ilmuwaluwbisyin” makna dari ungkapan itupun menjadi perintah bagi ummat manusia agar tidak berhenti untuk menuntut ilmu. Namun mengapa Rasulullah mengkhususkan ke Negeri Tirai Bambu tersebut? Mengapa kita di tuntut agar belajar di Tiongkok? Mengapa tidak ke Amerika?Australia? Belanda dll? Bahasa di atas bukan lagi sekedar ungkapan, tetapi sebuah realita. Sejak Tiongkok tumbuh dan menjadi satu raksasa ekonomi dunia, bangsa-bangsa lain ingin mengetahui bagaimana Tiongkok melakukan modernisasi dan bagaimana orang Tiongkok bisa mencapai kesuksesan yang tinggi.
Jumlah penduduk Tiongkok mencapai milyaran jiwa. Namun, tak membuat negara ini mundur. Pasalnya, hampir setiap Provinsi di Tiongkok sudah maju dengan pesat. Kemajuan tersebut dipacu dari berbagai sektor. Baik pada bidang pembangunan, pendidikan, dan ekonomi, science dan teknologi. Semua sektor tersebut membuat Tiongkok bisa mengalahkan Jepang dan menjadi pesaing bagi negara maju lainnya.
Tak salah jika ada yang berniat untuk melanjutkan Study di Tiongkok. Selain kita bisa belajar bahasa mereka, kita juga belajar seluruh tatanan kehidupan di negeri tirai bambu tersebut, melihat tatanan kehidupan dan budaya Tiongkok. Mulai cara belajar, cara berpikir dan bagaimana mereka bertindak. Semua terlihat berbeda dengan Bangsa Indonesia. Namun, apa yang paling dasar untuk dipelajari dari prinsip orang Tiongkok?
Saya sempat tersenyum, pertama kali menginjak kaki di Tiongkok. Di sini, hampir rata-rata tidak bisa berbahasa Inggris. Bukan hanya supir taxi, yang seharusnya bisa jadi Guide bagi Turism, tetapi mahasiswa di kampus, pedangan mall, juga tidak mengerti bahasa Inggris. Ini adalah kesulitan pertama jika anda berkunjung ke negeri tersebut. Bersiap-siaplah untuk menggunakan bahasa non-verbal. Itu, lebih penting dari pada harus diam dan malu bertanya. Meskipun demikian, mereka tidak berhenti untuk membuat kita paham dengan bahasa mereka, walau hanya menggunakan bahasa isyarat. Ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar menghargai tamu atau Turis yang datang ke negara mereka.
Di sisi lain, kita harus belajar menghargai waktu. Waktu bagi orang Tiongkok ibarat pedang dan uang. Bagi mereka, sukses adalah jika seseorang dapat berlari dengan cepat. Berjalan santai adalah tanda sebuah kelalaian untuk mencapai kesuksesan. Orang Tiongkok berjalan seperti berlari, ternyata mereka sangat menghargai waktu. Jika jadwal masuk kelas ditetapkan pukul 08:00 am, maka kita harus tiba di tempat pukul 07:30 am. Artinya waktu hadir harus lebih cepat dengan waktu yang ditetapkan. Disiplin terhadap waktu adalah kunci kesuksesan orang Tiongkok. Pelajaran dari waktu mereka adalah memiliki kemauan yang tinggi, keuletan, kerja keras, dan tidak suka menyia-nyiakan waktu.
Belajarlah filsafah, filosofi di negeri Tiongkok. Buku karangan Leman The Best of Chinese Life Philosophies menberikan kita pengetahuan tentang filosofi Tiongkok klasik hingga modern. Salah satu yang diterapkan oleh Tiongkok adalah mereka adalah orang-orang yang berbakat, bertindak pada waktu dan tempat yang tepat, serta dapat memanfaatkan secara optimal semua sumber daya yang ada secara tepat. Hampir semua kebijakan dan kebaikan hidup terlahir dari sejarah Tiongkok klasik.
Saya hanya melihat, bahwa jika kita ingin menilai bangsa sendiri, maka belajarlah dan tinggal di negara lain (Luar Negeri). Maka engkau tahu bagaimana bangsa kita di mata dunia. Perbedaan dari gaya hidup, culture, etos kerja, tentu berbeda. Namun, hal yang paling menarik dan patut di tiru adalah sebelum Tiongkok menjadi negara maju bangsa mereka juga pernah menjadi negara miskin. Namun, mereka tidak enggan untuk memulai semua sektor pembangunan dari nol artinya Zero to Hero! Dari itulah, semangat untuk bangkit, pantang menyerah, dan kerja keras harus benar-benar kita pelajari dari kehidupan mereka.
Tidak cukup di sini, untuk mengetahui budaya Tiongkok harus benar-benar banyak berjalan dan mengerti bahasa mereka. Banyak keuntungan jika belajar di Negeri tirai Bambu tersebut, selain mendapatkan teman dari berbagai negara, juga bisa mendapatkan dua bahasa sekaligus. Bahasa Mandarin dan bahasa Inggris.Jika engkau sudah berada di negeri tersebut, maka banyak-banyaklah bertanya, belajar dari kehidupan mereka. Kelak pasti akan menuai hasilnya.
*Penulis adalah mahasiswi penerima Beasiswa Tiongkok Scholarship Council (CSC) study College of Information Management Departement Master Student Programme of Library Science in Central Tiongkok Normal University (CCNU) Wuhan.