Cekatan sekali, Syaf menyiapkan sejumlah tali pengikat seukuran jari telunjuk ditengah kerumunan salah satu keluarga besar di Kebet Takengon yang ingin menyaksikan prosesi pemotongan hewan Qurban, Minggu 5 Oktober 2014.
Syaf kemudian tampak berupaya menjerat kaki sapi Aceh yang sudah ditambatkan pada sebatang pohon durian. Sesekali dia memberi perintah kepada 3 orang rekannya. Tak berapa lama, sapi yang akan disembelih sudah rebah di tanah, kaki depan saling menyatu dalam ikatan begitu juga sepasang kaki belakang sapi tersebut.
Upaya mengurangi gerakan berontak sapi, Syaf menyorongkan sebatang kayu disela kaki-kaki sapi tersebut. “Sudah siap, silahkan dimulai,” kata Syaf kepada salah seorang pria yang dipercayakan keluarga tersebut untuk melakukan penyembelihan.
Takbir Allahu Akbar mengiringi penyembelihan, dan sesaat kemudian sejumlah pria mulai menguliti sapi qurban tersebut, tentu setelah diberi komando oleh Syaf.
Tugas Syaf hampir selesai, dia terlihat mulai menyulut rokok dan seseorang menyodorkan segelas kopi. Saya menyapanya dan dia menceritakan profesinya sebagai peternak yang “beda” karena bukan saja memelihara ternak miliknya sendiri namun juga ternak milik orang lain yang disembelih saat hari raya Qurban, Idul Adha.
“Tahun ini saya memelihara 6 ekor sapi dan 2 kerbau yang disembelih untuk Qurban, tahun lalu ada 13 ekor,” ungkap Syaf, warga Blang Gele ini.
Profesi sebagai pemelihara ternak khusus sebagai Qurban ini dilakoni Syaf sejak 6 tahun silam, biasanya dipelihara selama 15 hari sampai 1 bulan sebelum disembelih.
Lalu darimana Syaf memperoleh upah kerja?, rumusnya sederhana, “ara hek ara hak” ada lelah ada hak ganti lelah.
Karena kemampuannya menilik ternak sapi dan kerbau, Syaf biasanya diminta memilihkan ternak yang akan dibeli para calon yang akan berqurban. “Saya biasanya mendapat tips dari kedua belah pihak, dari pembeli dan penjual. Selain itu juga diberi upah saat usai melaksanakan tugas menyembelih dan memproses pembagian daging hewan Qurban,” ujar Syaf.
Ditanya sapi Bali, sapi Aceh atau kerbau yang disukai Syaf untuk dipelihara sebagai hewan Qurban, dia menjawab memilih sapi Aceh. Alasannya, daging lebih padat dan performa sapi Aceh tidak menipu, antara lemak dan daging.
“Gemuknya sapi Bali terkadang bikin kita tertipu oleh lemak,” ujar Syaf.
Sebenarnya dia lebih menyukai kerbau, namun karena tempatnya berdomisili di Blang Gele tidak tersedia kubangan, terpaksa dia memilih sapi Aceh.
Namun untuk ternak peliharaan miliknya sendiri, Syaf memilih sapi Bali karena proses reproduksi yang sangat baik. “Sebentar-sebentar beranak, dan perawatan sapi Bali tidak terlalu rumit,” ujar sosok yang juga sebagai petani kopi Arabika ini.
Tentang teknis pembagian daging Qurban, dipaparkan Syaf seluruh daging hewan Qurban dibagi sesuai jumlah orang yang berqurban. Misalnya 7 orang maka daging yang ada dibagikan 7 terlebih dahulu, begitu juga bagian-bagian lain yang bisa dan biasa dikonsumsi.
Seterusnya, bagian masing-masing per paket sesuai permintaan masing-masing yang berqurban. “Kebanyakan meminta dijatah setengah kilogram daging perpaketnya.,” tukas Syaf
Lebaran Idul Adha selalu ditunggu-tunggu oleh ummat muslim. Yang ingin berqurban dan yang berharap menerima pembagian daging Qurban. Bagi Syaf yang bernama asli Syafruddin, Idul Adha terasa semakin spesial karena saatnya mendapatkan pekerjaan bermodal “kepercayaan orang” untuk menghidupi istri dan beberapa orang anaknya. Semoga di keberkahan…. (Khalis)