Siswa harus tau Kurikulum 2013

oleh
Siswa ikut angkut hasil panen padi di Gayo Lues. (LGco_Khalis)

Oleh: Darmawansyah, S.Pd.I*

Dunia pendidikan adalah dunia yang ‘unik’ untuk terus diamati bagi semua kalangan baik pakar maupun amatiran. Dewasa ini pendidikan menjadi fokus kajian berbagai kalangan baik yang ahli maupun yang bukan, yang tidak mengerti dan bahkan masih dalam proses pendidikan juga ikut melontarkan komentar tentang pendidikan.  Itulah pendidikan di Indonesia! Perubahan terus berjalan terutama dalam bidang kurikulum yang harus dijalani oleh peserta didik pada setiap jenjangnya.

Semenjak reformasi bergulir pemikiran pendidikan juga terus berubah, perubahan kurikulum terus dilakukan demi mewujudkan Indonesia yang bermartabat. Yang sangat menarik untuk diamati adalah perubahan kurikulum yang belum berjalan satu dekade telah dipaksakan kembali untuk menjalankan kurikulum baru dengan metode baru, sedangkan kurikulum sebelumnya belum diketahui hasil yang diperoleh. Ada kurikulum dengan nama Kurikulum 2004, Kurikulum KBK, Kurikulum KTSP dan sekarang timbul lagi kurikulum 2013.

Fenomena kurikulum ini menjadikan guru bingung dan bahkan sebahagian guru bertahan dengan metode pembelajaran yang ada, apalagi kurikulum yang ditekankan saat ini adalah kurikulum 2013, dimana semua fasilitas pembelajaran harus terpenuhi terutama buku pegangan bagi peserta didik. Bagi guru yang kreatif dalam proses belajar mengajar mereka akan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan ajarnya, namun bagi guru yang bertahan pada kondisi yang ada alias “malas dan Gaptek” maka akan bertahan dengan metode mengajar yang telah ada dari tahun ketahun yakni metode Bank Education.

Metode pembelajaran bank education inilah yang telah mengakar bagi sebagian guru dan peserta didik yang kini kita kenal dengan “peserta didik sebagai objek pendidikan”. Dalam pendidikan kontruktional, pendidikan tidak menjadikan peserta didik sebagai objek didik namun harus menjadi subjek didik. Kurikulum 2013 menjadikan lembaga pendidikan sebagai wadah untuk menjadikan peserta didik sebagai subjek didik sehingga guru hanya mengarahkan serta membimbing kemana tujuan pendidikan yang dituju. Oleh karena itu Kurikulum 2013 ini juga menggerakkan peserta didik untuk angkat bicara tentang proses pelaksanaannya.

Keaktifan peserta didik untuk menggali pengetahuan merupakan tuntutan dari kurikulum 2013 mengakibatkan peserta didik ‘berontak’ untuk mengutarakan pendapatnya, “kenapa pola pendidikan sekarang ini sangat menyusahkan sekali, tidak seperti dulu!”. Menurut penulis ungkapan ini merupakan kalimat yang wajar diutarakan oleh peserta didik, semua ini memiliki sebab. Diantara sebab timbulnya komentar tersebut adalah pola pendidikan yang telah berjalan selama ini adalah pola pendidikan bank education, dimana guru memberikan materi sedangkan peserta didik hanya menerima saja, pola ini ibarat guru sebagai teko yang berisi air sedangkan peserta didik adalah gelasnya. Tidak banyak yang dilakukan peserta didik, peserta didik hanya menulis, mendengarkan serta menjawab soal yang diberikan guru, jika mampu peserta didik menjawab soal maka peserta didik tersebut dinyatakan berhasil.

Keterlibatan peserta didik dalam proses pendidikan menjadikan mereka ‘gerah’ dengan model pendidikan kurikulum 2013, apalagi peserta didik yang berada di wilayah pedesaan di mana orientasi pendidikan tidak diketahui. Dimana pola hidup peserta didik hanya kesenangan, naik kelas walau tidak mampu, mereka hanya berfikir nilai bagus di raport adalah tujuan akhir dari proses pembelajaran, sedangkan pemahaman pengetahuan tidak perlu dan diabaikan.

Orientasi pendidikan demikianlah menjadikan peserta didik dewasa ini hanya sebagai manusia yang memiliki ijazah namun tidak berkualitas, tidak mampu bersaing dengan bangsa sendiri (antar sekolah, antar kabupaten, antar provinsi) apalagi dengan bangsa lain.

Fenomena demikianlah menjadikan penting orientasi kurikulum 2013 dibaritahukan kepada para peserta didik agar mereka menyadari bahwa pendidikan itu tidak seperti air yang dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain, apalagi perkembangan dunia dewasa ini menuntut pada kualitas manusia dan keahlian yang dimiliki untuk hidup di masa mendatang serta mampu bersaing demi mempertahankan eksistensi diri.

Memberikan informasi kepada peserta didik akan lebih memudahkan proses pembelajaran sehingga tujuan intruksional dapat tercapai seperti apa yang diharapkan. Tidak hanya dengan memberikan informasi kepada peserta didik saja namun harus dibarengi dengan kualitas guru, kreatifitas guru juga dibutuhkan demi mewujudkan cita-cita luhur bangsa yang tertuang dalam tujuan Undang-Undang Sisdiknas no 20 tahun 2003 yakni untuk mengembagkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Wallahu ‘a’lam bisshawab.

*Penulis adalah Guru Pada MTsN Jagong Kabupaten Aceh Tengah

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.