
Selasa 16 September 2014, sedikit banyaknya keingintahuan tentang beberapa pengerjaan mega proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan 1 dan 2 terjawab setelah diajak mengunjungi beberapa lokasi proyek yang dimulai sejak Maret 2011 lalu itu.
Manager Proyek PLTA Peusangan Oktavianus Duha bersama sejumlah stafnya menerangkan banyak hal tentang proyek tersebut saat kunjungan lapangan ke terowongan di Kampung Sanehen dan Kampung Remesen Kecamatan Silih Nara Aceh Tengah yang dilanjutkan dengan presentasi di kantor PLTA Peusangan di kampung Wih Porak.
Di Sanehen pihak PLTA hanya menjelaskan kegunaan pembangunan terowongan tersebut sebagai aliran air dimana disana terletak pembangkit listrik yang pertama (Power Station 1) dengan memanfaatkan air yang dibendung dilahan seluar 45 hektar.
Setelah menjelaskan tujuan dibangunnya PS 1 di Sanehen, saya dan sejumlah awak media lainnya, diajak kembali untuk mengunjungi pengerjaan pembuatan terowongan di Kampung Remesen, dan masuk kedalam terowongan yang sudah dikerjakan sedalam 1 kilometer tersebut, awalnya beberapa anggota rombongan mengaku merasa was-was masuk kedalam.
Okta bersama beberapa rekannya mencairkan suasana karena sebagian wartawan masih terlihat was-was masuk kedalam. Menaiki beberapa mobil para wartawan pun ikut memasuki terowongan.
Didalam terowongan terlihat lampu kuning menyala terang, disisi kiri terdapat sebuah box besar dimanakan Blower yang berfungsi mensuply oksigen masuk kedalam terowongan, disisi kiri itu juga terdapat beberapa pipa yang mengalirkan air dari dalam dibuang keluar. Terowongan yang sudah ditembok dengan beton tersebut memang terdapat air yang jatuh dari celah-celah tanah. Yah begitulah, kedalam yang kami masuki sudah mencapai 100 meter dari permukaan tanah wajar kalau ada sumber air disana.
Setelah tiba diujung pengerjaan terowongan, Okta memberitahu kami bahwa akan ada ledakan dinamit, namun ledakannya jauh berada dari kami, ledakan akan terjadi dicabang-cabang terowongan yang tengah dikerjakan.
Melihat pekerja yang sedang melakukan aktivitas seperti biasa, kami pun mulai bertanya kepada beberapa karyawan proyek PLTA tersebut. Dijelaskan, diterowongan ini akan dibuat bangunan setinggi 6 lantai yang akan dijadikan sebagai pusat aktivitas dari PLTA Peusangan dalam menyuplai daya listrik sehingga bisa dialirkan kerumah-rumah warga. Didalam terowongan sedikit terasa pengap dan bau, dari situ setiap orang yang masuk kedalamnya harus menggunakan masker, dikanan kiri dan atas terlihat titik-titik air mengalir dan jatuh, kemudian air itu disedot atau dibuang keluar menggunakan mesin.
“Jika air-air ini tidak disedot dalam sehari saja maka terowongan ini akan tergenang atau bahkan bisa dipenuhi air,” kata salah seorang pengawas lapangan.
Untuk kebutuhan oksigen para pekerja, blower yang dibuat sudah sesuai standar operasional, sehingga para pekerja tak lagi khawatir jika sewaktu-waktu suply oksigen dari luar kurang atau bahkan tidak ada yang dapat menyebabkan para pekerja tak bisa bernafas.
“Jadi tenang saja, blower ini sudah dirancang dengan teknologi tinggi, safetynya juga sudah kita siapkan, jika sewaktu-waktu mesin blower mati diluar,” lanjut pengawas lapangan ini.
Pengawas ini juga menjelaskan, bahwa pengerukan terowongan dan memberikan beton disekelilingnya juga berdasarkan perhingan geologi terlebih dahulu. “Setelah dikeruk tanahnya, ada pihak yang melakukan pengecekan terhadap konstur tanah dan bebatuan disekitarnya, apa saja yang diperlukan disana agar bangunan tidak roboh dan sudah dinyatakan safety (aman),” lanjutnya.
Sekitar 15 menit kami pun berada didalam terowongan itu, awal-awalnya was-was juga lama-kelamaan rasa itu mulai hilang meski kebanyakan dari kami sering melihat kearah atas dan kanan kiri terowongan, jangan-jangan ada tanah yang turun yang dapat menimbun kami semua disana.
Perjalanan keluar pun dimulai, kemudian awak wartawan diajak kembali ke kantor PLTA Peusangan yang terletak di Kampung Bur Ni Bius, setiba disana dan melepas perlengkapan kami semua masuk kedalam sebuah ruangan. Pihak PLTA mau mempresentasikan kepada kami terkait pengerjaan proyek tersebut.
Dalam presentasinya, Okta mengatakan jika selesai proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan 1 dan 2 akan hasilkan energi terbangkit sebesar 323 GWh/ tahun atau setara dengan 700 ribu rumah dengan daya 1300 watt per rumahnya.
Ini tentu daya yang besar jika data listrik ini dialirkan kerumah-rumah kita sekarang, tentunya daya tersebut bisa mengatasi krisis listrik yang terjadi di daerah Dataran Tinggi Gayo saat ini, khususnya Kabupaten Aceh Tengah sebagai induk dari pembangunan proyek tersebut.
Dikatakan besar energi tersebut didapat dari dua Power Station (PS), dimana pada pada PS 1 akan menghasilkan daya terbangkit sebesar 45 MG sedangkan PS 2 akan menghasilkan daya 43 MG.
“Dari kedua PS tersebut akan terbangkit daya sebesar 323 GWh/ tahunnya,” ungkap Octa sapaan akrabnya.
Dilanjutkan, setiap PS mempunyai debit air yang berbeda dan ketinggian jatuh air yang berbeda pula, dimana daya terbangkitnya akan menggunakan 2 mesin, 2 turbin dan 2 generator.
“Pada PS 1 dibutuhkan debit air sebesar 25 meter kubik perdetik dengan ketinggian air jatuh setinggi 205,3 meter sedangkan di PS 2 debit air yang dibutuhkan 26 meter kubik perdetik dengan ketinggian jatuh air setinggi 187,7 meter,” jelasnya.
Pekerjaan proyek PLTA Peusangan terbagi kedalam 4 LOT, LOT 1 adalah pengerjaan sipil yang dikerjakan oleh Nyundai dan PT. PP, pekerjaan ini dimulai sejak 2 Mei 2011, LOT 2 adalah pekerjaan metal work yang dikerjakan oleh Wijaya Karya (Wika) dan Amarta Karya mulai dikerjakan sejak 8 Maret 2012, LOT 111 elektro mechanical untuk turbit dan generator yang dikerjekan oleh kontraktor dari Austria Andritz Hydro GmbH, untuk LOT IV pekerjaan transmisi 120 KV dari Takengon-Bireuen yang dikerjakan oleh PT. BBS dan PT. KBI, dan sampai sekarang pekerjaan yang dapat dilihat adalah pekerjaan LOT 1 saja untuk LOT lain belum mulai pengerjaan.
Hingga bulan kedua September 2014 pengerjaan proyek PLTA Peusangan baru berjalan hingga 49,63 persen. Proyek PLTA Peusangan sendiri harus selesai dikerjakan pada tahun 2017 nanti.
Octa mengatakan hingga saat ini pihaknya masih memiliki kendala pembangunan Regulating Weir I yang terletak di outlet Danau Lut Tawar persisnya dibawah jembatan Bale dimana hingga saat ini belum bisa dikerjakan hanya beberapa pekerjaan kecil yang baru selesai dikerjakan.
Semoga saja pengerjaan mega proyek PLTA Peusangan bisa selesai cepat waktu, dan tidak mengganggu kelestarian lingkungan Danau Lut Tawar serta Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan. (Darmawan Masri)