Petani Kopi Tanoh Depet tak kenal siapa Penyuluh

oleh
Zaini (kanan) sedang memberi penjelasan tentang kopi Arabika kepada seorang wisawatan mancanegara April 2013 lalu. (Kha A Zaghlul)
Zaini (kanan) sedang memberi penjelasan tentang kopi Arabika kepada seorang wisawatan mancanegara April 2013 lalu. (Kha A Zaghlul)
Zaini (kanan) sedang memberi penjelasan tentang kopi Arabika kepada seorang wisawatan mancanegara April 2013 lalu. (Kha A Zaghlul)

Celala-LintasGayo.co : Petani di Kampung Tanoh Depet Kecamatan Celala hingga saat ini awam terhadap teknis budidaya kopi, dan hingga saat ini belum pernah didatangi oleh Penyuluh Pertanian setempat, demikian disampaikan Zaini yang menjadi pembicara Sekolah Lapang (SL) Teknis Budidaya Kopi Arabica Gayo yang diselenggarakan oleh Koperasi Sara Ate, di Kampung Tanoh Depet, Jum’at 5 September 2014 lalu.

Zaini yang selama ini sukses mengembangkan pola budidaya Kopi Arabica Gayo mengatakan, pernyataannya itu disampaikan oleh warga setempat yang bahkan tidak tau siapa Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang ditugaskan didaerah tersebut.

“Saya dengar masyarakat disini rindu keberadaan PPL dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Celala,” ungkapnya.

Dikatakan, setelah memberikan penyuluhan kepada petani, dirinya merasa miris karena setiap petani kopi didaerah tersebut awam tentang membudidayakan Kopi Arabica sehingga petani memilih meninggalkan tanaman kopi dan beralih ke tanaman lain.

“Sangat disayangkan, petani disini mengubah lahan kopi mereka menjadi lahan perkebunan lain seperti sere wangi dan lainnya, hal itu disebabkan minimnya pengetahuan tentang Kopi, sehingga hasil dari kopi tidak bisa menunjang perekonomian masyarakat setempat,” jelas Zaini.

Untuk itu, Zaini menegaskan bahwa masyarakat Tanoh Depet sangat merindukan penyuluh pertanian yang ikhlas membina para petani.

“Ini sangat memprihatinkan karena daerah ini masih sangat potensial untuk di tanami tanaman kopi, dan Pemerintah melalui penyuluh pertaniannya, harus lebih pro aktif membimbing para petani, jangan hanya datang duduk dan diam mirisnya lagi datang pun tak pernah, namun menikmati gaji yang diberikan,” kritik Zaini.

Dilanjutkan, setelah melakukan pengamatan dibeberapa daerah di seputaran Kecamatan Celala dan Kecamtan Silih Nara, kopi dikawasan tersebut sangat memprihatinkan. “

Sangat memprihatinkan keadaan kopi di dua Kecamatan tersebut, hampir 70 persen terserang hama penggerek buah (Pbko), sehingga harga jual gelondongan cukup rendah, hal ini merugikan petaninya, Pemerintah harus bertanggung jawab terhadap kondisi ini, segera beri pemahaman kepada petani, demikian Zaini.

Hingga berita ini diterbitkan, media ini belum mengkonfirmasi pihak terkait. (Feri | DM)

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.