Pengusaha roasting kopi Gayo tolak permintaan buyer

oleh
Proses roasting coffee
Proses roasting coffee

Takengon-LintasGayo.co : Kopi Arabika Gayo makin jaya, permintaan buyer tidak hanya green bean atau biji kopi hijau yang biasa di ekspor, beberapa waktu terakhir sudah ada buyer yang meminta kopi roasting (kopi sangrai, gonseng-red).

“Beberapa kali buyer asing meminta kami menyediakan kopi roasting, namun tidak bisa dipenuhi. Kapasitas produksi kita di Takengon belum memungkinkan untuk meroasting berton-ton,” kata Armiadi, pemilik Asa Coffee Takengon, kamis 14 Agustus 2014.

Ditanya berapa ton kopi roasting yang diminta buyer, Armiyadi mengaku pernah diminta hingga 2 ton. “Pernah diminta 2 kontainer, mana mungkin kita penuhi sementara produksi mesin roasting yang kita miliki hanya untuk 3 kilogram sekali roasting, jika kerja sepanjang harinya hanya mampu memproduksi sekitar 200 kilogram”, ungkap Armiyadi.

Sebagai upaya menjawab peluang sekaligus tantangan ini, pengakuan Armiyadi sudah dicoba dibahas dengan sejumlah pengusaha roasting yang ada di Takengon. Setelah dihitung-hitung juga tidak memungkinkan.

Armiadi, pemilik Asa Coffe
Armiadi, pemilik Asa Coffe

Sedikitnya ada 12 pengusaha roasting di Takengon, jika semuanya full bekerja dalam seharinya akan menghasilkan sekitar 2,4 ton. “Bagaimana bisa memenuhi 2 kontainer?, butuh waktu 2 minggu, itupun terkendala kualitas kopi roasting yang tidak seragam,” ujar Armiyadi.

Dirincikan Armiyadi, 1 kontainer green bean setara dengan 19,5 ton dan untuk kopi roasting sama dengan 14,9 ton.

Lalu apakah mengekspor kopi roasting menguntungkan?, menjawab pertanyaan ini Armiyadi menyebutkan nilai 1 kilogram kopi hijau (green bean) akan naik antar Rp.40 ribu hingga Rp.50 ribu perkilogramnya.

“Untuk mengirim sampel kopi roasting saja kita tidak berani untuk saat ini walau banyak yang minta, kalau mereka (buyer) tertarik dan minta kontrak kita tidak penuhi,” kata Armiyadi.

Ditanya solusinya, dia menjawab ada dan tidak sulit. “Butuh uang sekitar Rp.600 juta membeli mesin roasting dengan kapasitas produksi yang jauh lebih besar. Namun pengusaha kita belum berani untuk investasi. Solusi adalah pihak pemrintah yang mengadakan melalui perusahaan milik daerah, kita akan menyewa peralatan tersebut saat ada permintaan,” ujar Armiyadi.

LTA 77
Lebih jauh diungkapkan, dirinya pernah mendengar peralatan roasting berkapasitas besar milik pemerintah pernah ada dan beroperasi di LTA 77 kabupaten Bener Meriah, namun entah dimana keberadaan alat tersebut saat ini.

“Jika tidak salah, kopi roasting bermerek Gayo Mountain Coffee yang pernah dikeluarkan LTA 77 diproduksi dengan peralatan tersebut,” ungkap Armiyadi.[] Khalisuddin

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.