SIAPA yang tidak mengenal Terong Padul atau biasa disebut tomat cherry. Di Dataran tinggi Gayo tanaman ini dapat dengan mudah ditemui disekitar kebun kopi atau di pekarangan rumah. Tomat kecil dengan rasa asam yang lebih kuat dari tomat pada umumnya biasa digunakan oleh Masyarakat Gayo sebagai pelengkap sayur masam jing, atau menjadikannya sambal mentah (cecah).
Selain karena rasanya Terong Padul di minati karena tidak mengandung pestisida atau pupuk kimia. Ini beralasan karena ia tumbuh dengan liar dan tidak di budidayakan secara serius (komersil). Pertumbuhannya yang cepat dipengaruhi oleh ketinggian tanah, beruntung masyarakat Gayo dapat memanen atau menanam tanaman ini disepanjang tahun. Tidak mengherankan bila stok Terong Padul bergantung pada ketelatenan seseorang untuk memperbanyaknnya dengan cara mengambil buah yang sudah merah tua, dan menyemprotkan (i percet) ke tanah subur yang dipilih.
Lalu, bagaimana caranya menjaga buah Terong Padul agar tetap segar tanpa harus menyimpannya di kulkas pasca panen. Di negara yang memiliki empat musim, sebagian orang memetik buah tomat cherry dengan menggunakan tangkainya (keseluruhan tangkai). Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesegaran buah sampai pada musim berikutnya. Ini sangat mengejutkan, sebab di Gayo memanen biasa hanya dengan menggunakan tangkai buah persatuan buah saja, tidak dengan keseluruhan tangkai, biasanya buah Terong Padul hanya bertahan dalam hitungan hari sebelum membusuk.
Tips diatas kemungkinan besar benar, bila mengamati bagaimana pohon tomat kecil yang mati karena usia atau alasan lainnya. Anda akan menemukan buah pada tangkai, yang masih menyatu pada pohon tetap segar dan dapat memerah dalam kurun waktu yang cukup lama, meski batang atau tangkai telah mengering bahkan hampir membusuk. Jika anda pernah melihat hal yang sama di kebun dan penasaran untuk mendapatkan manfaat buah Terong Padul yang segar, tidak ada salahnya untuk mencoba. | Ismar Ramadhani