Tidak terasa, ramadhan 1435 Hijriyah telah berlalu. Berakhirnya ramadhan, perasaan umat islam berada diantara dua dalam melepaskannya, pertama perasaan sedih, karena mereka masih merindukan ramadhan, bulan yang penuh berkah dan kemuliaan akan pergi meninggalkan mereka.
Bagi yang betul-betul menyelami mutiara yang ada pada bulan ramadhan mereka menunaikan hak Ramadhan dengan menjalankan puasa dan amaliah-amaliah lainnya dibulan ramadhan. Para sahabat Rasulullah ra. mengharap agar semua bulan itu ramadhan, Rasulullah SAW bersabda: “Kalau sekiranya umatku mengetahui segala (kebaikan) didalam bulan suci Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar semua tahun itu menjadi Ramadhan”, dikarenakan semua kebaikan itu berkumpul di bulan suci Ramadhan, ketaatan bisa diterima, semua doa dikabulkan, semua doasanya diampuni dan surga senantiasa merindukan mereka” (HR. Ahmad). Jadi wajar jika para Sahabat menangis apabila hendak berpisah dengan bulan Ramadhan, mereka takut tidak mendapatkan ampunan, jika pada bulan Ramadhan saja mereka tidak mendapatkan ampunan apalagi pada bulan-bulan yang lain.
Kalau melihat keutamaan bulan suci Ramadhan, maka sungguh merugi orang-orang yang telah menyia-nyiakan hadirnya bulan suci ini. Sungguh sangat rugi orang-orang yang tidak sempat mendapatkan ampunan, orang-orang yang tidak sempat bertaubat dan tidak bertambah amalnya, apalagi yang tidak berpuasa dan tidak melakukan qiyam ramadhan. Namun pada saat yang sama kita juga harus bergembira dengan datangnya hari raya Idul Fitri, bertakbir kemenangan karena telah melaksanakan perintah Allah dan telah sukses menempuh pendidikan di Universitas tarbiyyah rabbaniyah Ramadhan, untuk itu pantas mereka bergembira seperti sabda rasulullah SAW bersabda tentang kebahagiaan di hari raya: “Sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya, dan sungguh inilah hari kegembiraan bagi kita “ (HR Bukhari). Namun bagi mereka yang tidak benar-benar menikmati ramadhan bahkan mereka ada yang terbebani dengan datangnya ramadhan maka dua perasaan ini tidak melekat dalam diri mereka, mereka hampa, berjumpa dan tidak jumpa dengan ramadhan sama saja sehingga mereka dikatagorikan kepada orang yang rugi.
Melihat pendidikan yang ada pada universitas ramadhan mereka beribadah di bulan Ramadhan, menjaga shalat bahkan jama ah di masjid, memperbanyak membaca al-Qur’an, bershadaqah, menjaga dari hal hal yang dapat membatalkan puasa dan mengurangi pahala puasa. Namun ketika Ramadhan telah berakhir, mereka sering kembali malas untuk melakukan ketaatan, berani kembali meninggalkan shalat, tidak lagi tilawah al-Qur an, pendidikan yang telah didapati dalam ramadhan terkesan hanya sebatas formalitas dibulan ramadhan saja. Kebaikan seolah-olah hanya di bulan Ramadhan saja, sehingga mereka menghancurkan pendidikan kebaikan yang telah mereka peroleh. Sebenarnya salah satu tujuan pendidikan di bulan ramadhan yaitu untuk dipraktekkan 11 bulan berikutnya sehingga melahirkan setahun penuh dengan ketaatan, ini juga merupakan salah satu indikasi suksesnya ramadhan. Ramadhan melahirkan kesabaran, melahirkan solidaritas dan juga mendidik hawa nafsu, amalan-amalan sunnah begitu rajin dan pelajaran lainnya yang telah sukses dilaksanakan pada bulan ramadhan.
Setelah sukses menyelami pendidikan di madrasah ramadhan dan meraih title M. Tq ( Master of Taqwa), agar ketaatan yang diajarkan dalam ramadhan bisa terjaga dan berlanjut di luar ramadhan. Istiqamah setelah ramadhan sangat diperlukan untuk melahirkan ketataan sepanjang tahun, sehingga efek ramadhan akan menyinari kehidupan kita. Layaknya sebuah universitas yang akan mencabut title dari alumni universitas tersebut apabila melanggar kode etik kampus. Begitu juga dengan ramadhan, jangan biarkan efek ramadhan hilang begitu saja atau melanggar kode etik sehingga title M. Tq yang telah didapatkan akan dicabut kembali. Untuk itu, agar selalu ketaatan lahir dalam setiap individu senantiasa menghidupkan “ramadhan” setelah ramadhan. Semoga kita meraih ampunan sebelum keluar dari ramadhan dan semoga kita dipertemukan kembali dengan ramadhan berikutnya. Amin.
*Penghulu pada KUA Nisam Aceh Utara dan pengurus Dayah Insan Qur ani