
Blangkejeren-LintasGayo.co : Petani cabe rawit (caplak) di Kabupaten Gayo Lues mulai enggan memanen cabenya. Penyebabnya, biaya yang dikeluarkan tidak sesuai lagi dengan nilai uang diperoleh. Dan untuk antisipasi kerusakan batang cabe agar tidak rusak, ada petani yang memberikan kepada anak-anak sekolahan memanen dan menjualnya sendiri cabe hasil panen.
M Ali salah satu petani kepada LintasGayo.co Kamis (19/6) mengatakan, harga cabe rawit saat ini hanya Rp 2 ribu perkilogram, dan dalam sehari hanya bisa di panen sekitar 10 hingga 15 kg, jika dihitung per hari, penghasilan yang diperoleh hanya sekitar Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu.
“Buat apa kita panen jika hasilnya sangat tidak sesuai, lebih baik bekerja bangunan dulu saat musim panen cabe rawit ini, karena lebih lumayan hasilnya, dan per hari bisa dapat bersih Rp 50 ribu,” kata M. Ali dengan nada sedikit kesal.
Agar menjaga tanaman cabe rawit tetap terjaga, M Ali menyerahkan pemanenan cabenya kepada anak-anak sekolah yang sudah tidak belajar lagi di sekolah, sehingga buah cabe tetap bagus dan tidak sampai masak di batang.
“Kalau tidak di panen, maka buahnya tidak mau banyak lagi, makanya harus di suruh anak-anak sekolah yang memanen untuk jajannya, lumayan bisa di dapat anak-anak sekolah Rp 10 ribu per harinya,” jelasnya.
Agus salah satu pelajar yang ditemui di kebun cabe rawit di Blangkejeren mengatakan dirinya sangat senang diberikan kesempatan untuk memanen cabe rawit, apa lagi semua hasilnya juga diberikan kepada siapa yang memanen.
“Paling Rp 10 ribu hasilnya, tapi lumayan juga bisa buat jajanan, dari pada bermain tidak dapat apa-apa, kan mending memanen cabe rawit ini,” katanya yang di iyakan teman-temanya yang sedang menanen cabe rawit. (Anuar Syahadat | Kha)
Teks Poto: Agus dan rekan-rekanya yang masih bersetatus pelajar memanen cabe rawit usai pulang sekolah, turunya harga cabe rawit terpaksa diberikan pemilik lahan kepada siswa agar cabenya tidak rusak.