Memodifikasi bentuk gula aren Gayo

oleh

Oleh : Ismar Ramadhani*

Ilustrasi proses pembuatan gula aren (Foto: Google)
Ilustrasi proses pembuatan gula aren (Foto: Google)

GULA aren menjadi tema yang kami pilih dalam perbincangan kami siang ini Sabtu (31 Mei 2014) di salah satu warung kopi di Banda Aceh. Gula aren yang kini kerap dijadikan sebagai pemanis kopi Arabika Gayo dipercaya selain menambah kenikmatan pada sihitam kopi, juga lebih bermamfaat untuk kesehatan tubuh. Seperti menghindari dari penyakit gula, memberikan kesehatan untuk darah, dan mamfaat lainnya. Hal tersebut juga dibenarkan oleh para pakar kesehatan serta ahli kopi.

Di Provinsi Aceh sendiri, minum kopi menggunakan gula aren juga semakin berkembang, tentunya ini bersifat positif khususnya untuk kesehatan masyarakat Aceh. Akibatnya, permintaan gula aren oleh sejumlah pengusaha kopi khususnya di Ibu Kota Provinsi Aceh terus meningkat.

Salah satu gula aren yang paling diminati adalah gula aren asal Kampung Uring , Kecamatan Pining, Kabupaten Gayo Lues. Produksi gula uring, begitu biasa disebut dikenal asli (tanpa campuran) dan nikmat, selain itu ukurannya yang lebih besar dari gula aren biasanya sehingga sangat digemari.

Begitu diminati, seorang mahasiswa asal Gayo Lues yang biasa mendistribusikan gula aren ke warung kopi di Banda Aceh mengaku kesulitan. Sebab, permintaan yang tinggi belum bisa terpenuhi akibat pasokan atau produksi gula uring di Gayo Lues yang malah semakin berkurang.

Dalam kesempatan kali ini, saya lebih membahas tentang modifikasi bentuk gula yang akan disajikan. Karena menurut saya sendiri, ini penting untuk dikaji dalam usaha peningkatan ekonomi dan pelayanan warung kopi yang menjadi salah satu wisata kuliner di Banda Aceh.

Saya bersama teman-teman yang lain sepakat bahwa gula aren menjadi primadona baru mendampingi kopi Arabika atau kopi murni tanpa campuran. Namun kemudian, kami melihat terkadang gula Aren banyak yang terbuang sia-sia. Jika di amati gula aren pada umumnya di produksi dengan bentuk bulat berdiameter, karena disajikan dalam piring kecil maka pemilik cafe akan memotong dalam bentuk kotak kecil mirip seperti serpihan.

Yang menjadi masalah disini, terkadang serpihan-serpihan gula aren yang tersisa oleh peminum kopi sebelumnya membuat pemilik warung harus membuang gula tersebut secara sia-sia.

Karena itu seorang teman saya menyampaikan idenya yang menurut saya menarik untuk mendongkrak minat pengunjung serta ekonomi dari pemilik warung itu sendiri. Sederhana memang, yakni dengan mencetak gula aren dalam bentuk kotak-kotak kecil, cukup untuk menikmati secangkir kopi (Seukuran dadu kecil). Kemudian dibungkus dengan kertas guna menjaga gula agar tidak terpapar dengan udara luar. Ini jelas akan menambah keistimewaan dari gula aren sekaligus menambah nilai ekonomisnya juga.

Menurut saya, jika ide ini berhasil, bukan tidak mungkin produksi gula aren dapat ditingkatkan dengan berkembangnya trend menikmati secangkir kopi dengan gula aren. Alhasil, masyarakat didaerah juga kan terberdayakan dengan permintaan yang tinggi dan nilai jual gula aren yang meningkat. Namun hal yang terpenting adalah menempatkan gula aren menjadi penyanding kopi yang ‘bermartabat’ dan jauh dari terbuang sia-sia. Sebuah ide yang mulia, semoga akan ada pemilik modal atau petani yang terinspirasi untuk mewujudkan ide ini menjadi nyata.
*Penulis adalah Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.