Pante Menye “Dikeruk”

oleh
Timbunan material di Pante Menye hasil pengerukan. (LGco-Muna)
Timbunan material di Pante Menye hasil pengerukan. (LGco-Muna)

MIRIS melihat kondisi Pante Menye Kecamatan Bintang Aceh Tengah hari ini, Minggu 16/5/14), rusak pandangan karena sampah bertebaran, dan kini rusak karena pengerukan material pasir.

Sejak dibukanya Pante Menye oleh Pemerintah daerah bekerjasama dengan TNI beberapa tahun silam telah membuka masyarakat Aceh Tengah dan luar daerah mengunjungi kawasan wisata Bintang. Tidak bisa dipungkiri azas manfaatnyapun kian merenda hari-hari warga setempat karena bisa berjualan penganan dan telah merubah denyut peningkatan ekonomi masyarakat setempat, kendati diakui bahwa pemerintah daerah belum serius menata objek wisata Pante Menye ini secara optimal.

Di lain sisi Danau Lut Tawar merupakan sebuah anugerah Illahi bagi masyarakat Aceh Tengah, selain sebagai sumber air demi keberlangsungan hidup juga menjadi tempat menimba rezeki bagi masyarakat sekitar untuk melangsungkan kehidupan bahkan tidak sedikit dari anak-anak yang dulu sebagai penangkap ikan Depik kini telah menjadi tokoh baik daerah, provinsi bahkan tokoh Nasional.

Ulah segelintir orang hanya akibat untuk kepentingan sejengkal perut atau hal lain, kini ekosistem Danau Lut Tawar jelas mulai rusak, begitu juga tempat-tempat objek wisata yang selama ini telah memberikan napas kehidupan bagi sebahagian warga.

Potret Pante Menye sekarang setelah di keruk
Potret Pante Menye sekarang setelah di keruk
Berawal dari adanya program pemerintah untuk membangun ruas jalan tembus Mendale-Bintang-Bintang Serule hingga ke Simpang KKA Gelampang Owaq yang dikerjakan oleh rekanan PT. Waskita sebuah perusahaan ternama di Jakarta.

Waskita sebuah perusahaan rekanan dari program ruas jalan yang dibiayai oleh bantuan JICA untuk Indonesia, ketika membutuhkan material pasir bercampur tanah untuk membangun turap beton pembatas badan jalan di sepanjang ruas Mendale- Bintang-Serule Simpang KKA Gelampang Owaq.

Entah karena material yang ada dihamparan Pante Menye Bintang berkelas atau ditawarkan oleh seseorang atau lebih sehingga tanpa pikir panjang pengerukan pun terjadi disepanjang Pante yang saat ini menjadi lokasi rawan tenggelam apabila ada pelancong membiarkan anak-anak mereka bermain dipinggir danau tersebut.

“Akibat pengerukan pinggir Pante bertambah dalam dan ini membahayakan Pante Menye sebagai objek wisata bagi masyarakat,” kata Mukti Hasan, S,Hut salah seorang aktivis dan pemerhati lingkungan di Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Menurutnya, disinyalir telah terjadi kongkalikong antara para pihak pemberi kebijakan di daerah tersebut maka pengerukan itu terjadi dan siapapun yang menjadi otak atau dalang pengerukan Pante Menye tersebut harus dimintai pertanggungjawabannya.

“Selain merusak lingkungan, tidak memiliki amdal atau sejenisnya, praktek tersebut ilegal dan mencuri harta dan kekayaan serta potensi daerah Aceh Tengah,” kata Mukti Hasan.

Informasi yang dihimpun LintasGayo.co, tahun lalu ditempat tersebut digelar pesta rakyat yang sangat meriah dalam rangkaian Festival Danau Lut Tawar 2013 yakni pacuan kuda tradisional menyusuri pantai serta lomba dayung perahu tradisional. Selain kawasan ini juga diinformasikan sudah memiliki perencanaan dijadikan kawasan wisata oleh Pemkab setempat, namun hingga kini belum terealiasi.

Kawasan Pante Menye juga merupakan tempat yang paling ramai dikunjungi wisatawan domistik maupun luar daerah terutama saat pergantian tahun dan hari raya Idul Fitri tiap tahunnya. (GM)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.