HARI ini adalah hari yang penting bagi bangsa Indonesia, hari untuk memperingati kelahiran tokoh pelopor pendidikan dan pendiri lembaga Taman Siswa, yaitu Ki Hajar Dewantara. Beliau adalah salah satu pahlawan yang diberi gelar sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia. Bapak pendidikan nasional ini lahir ketika pemerintahan Belanda masih menguasai Indonesia.
Meski lahir dari keluarga yang mapan dan berkecukupan ketika itu, beliau dikenal sebagai tokoh yang berani dalam menentang kebijakan pemerintahan Hindia-Belanda, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya saja yang bisa mengenyam bangku pendidikan, sedangkan penduduk pribumi yang notabennya adalah orang Indonesia, dilarang sekolah dan hanya boleh berkerja untuk pemerintahan Belanda saja.
Karena terlalu keras mengkritik peraturan yang ditetapkan, beliau kemudian diasingkan ke Negara para penjajah itu sendiri, yaitu Belanda. Namun ternyata pengasingan beliau ini adalah langkah awal untuk menggebrak dunia pendidikan di Indonesia. Sekembalinya dari Belanda, beliau memutuskan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang saat itu belum ada satupun di Indonesia, mungkin pembaca sudah tidak asing lagi dengan nama lembaga pendidikan tersebut, ya, Taman Siswa adalah sekolah rakyat yang pertama kali ada di negeri ini.
Namun faktanya, banyak diantara kita yang bahkan lupa dengan hari lahir pendidikan, jangankan untuk memperingatinya dengan upacara bendera, menuliskan “selamat hari pendidikan nasional” di jejaring social ataupun dimedia-media lainnya saja terasa berat, apalagi ikut memperjuangakannya? Yang paling menyedihkan dari kondisi kita saat ini adalah ketika kita ikut berkecimpung memperingati hari pendidikan dengan berbagai cara, namun malah sebenarnya kita tidak tahu apa makna dari hari yang sedang kita peringati tersebut, kita ikut memperingati bukan berdasarkan ketulusan dan keinginan dari hati, kita hanya meneruskan tradisi para pejuang negeri agar tidak punah. Sungguh miris.
Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi dapat kita temukan hampir diseluruh lembaga pendidikan yang tersebar di Indonesia, dimana saat ini pendidikan kita sungguh sangat mengenaskan. Carut marut yang dialami dunia pendidikan mulai dari kekacauan pelaksanaan ujian nasional, perubahan kurikulum, sentralisasi pendidikan dan penyimpangan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang tidak dilaksanakan sebagaimana seharusnya. Bantuan untuk menyuburkan pendidikan di negeri ini malah lebih banyak diselewengkan oleh pihak-pihak petinggi pendidikan itu sendiri. Sedangkan diluar sana banyak anak bangsa yang prestasinya luar biasa, harus berhenti mengenyam nikmatnya pendidikan karena terbentur oleh biaya. Sungguh benar-benar memprihatinkan kondisi putra-putri negeri ini.
Pendidikan merupakan harapan dan nafas dari identitas suatu bangsa, jika sistem pendidikan kacau dan kita tetap acuh meskipun mata kita terbuka, bagaimana kita dapat mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas, bagaimana kita dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten, handal dan mampu mengelola Sumber Daya Alam (SDM) yang berlimpah, dan bagaimana kita bersaing dengan negara lain untuk mempertahankan harkat dan martabat bangsa ini kalau kita terus menerus bersikap seolah tidak ada apa-apa yang terjadi pada bangsa ini.
Pendidikan adalah instrument penting sebagai tiang penopang untuk tetap tegaknya sebuah bangsa, dengan pendidikanlah kita dapat menata masa depan yang lebih cemerlang, dengan pendidikanlah karakter sebuah bangsa dapat terjaga karena pendidikan yang mengawal kita ketataran ilmu pengetahuan yang lebih tinggi. Pendidikan adalah penerang dalam kehidupan, pendidikan diibaratkan penerang dan petunjuk dalam kegelapan. Pertanyaannya apakah kita bersedia pendidikan ini terus dizalimi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab? Apakah kita bersedia putra-putri bangsa ini terus menerus gugur satu persatu dan menjadi buruh serta kuli untuk mengolah kekayaan bangsa sendiri?
Jika bersedia membiarkan nasib pendidikan akan tetap hitam legam seperti saat ini, maka cukuplah anda membaca opini ini sampai dibaris ini saja. Namu jika anda peduli dengan nasib bangsa ini, mari perlahan kita cerna dan cari tahu bagaimana dan seperti apa pentingnya kualitas suatu pendidikan dan bagaimana cara memperbaiki pendidikan dinegeri ini. Pejuang kita terdahulu tidak pernah berfikir bagaimana sulitnya menjalankan apa yang seharusnya dilakukan, mereka tetap memperjuangkan karena mereka peduli. Tidak selayaknya kita yang sudah menerima bulat-bulat semua hasil perjuangan tersebut malah membiarkan kezaliman pemimpin bangsa ini tumbuh semakin subur.
Mari kita hayati kembali makna hari pendidikan dan perhatikanlah pendidikan secara tulus dari hati, tanpa paksaan ataupun hanya meneruskan tradisi. Mari ikut mengawasi jalannya pendidikan demi kehidupan penerus dan generasi kita nantinya.
Selamat hari pendidikan nasional untuk bangsa Indonesia.
Mustafa Kamal, Fasilitator Training dan Kampanye Pelayanan Publik Kabupaten Pidie Jaya, dan Siswa Sekolah Demokrasi Aceh Utara Angkatan IV