
SEBINGKAI potret nyata kemiskinan masih dijumpai di Aceh Tengah tepatnya Kampung Suka Damai Kecamatan Pegasing. Irwandi (59) bersama istri Mulyati dan seorang anak perempuannya Isma, masih tinggal di dalam rumah berdinding plastik lusuh dan drum bekas yang hanya berukuran 1,5 x 3 meter yang dibangun di tanah tumpangan.
Irwandi, yang kesehariannya bermata pencaharian sebagai pekerja bangunan, kehidupannya hanya pas-pasan “kurik bagok, teduh ngeke teduh nyicok” begitulah istilah Gayo yang maksudnya “Ayam Bagok berhenti kerja berhenti makan”.

Hampir setiap hari Irwandi pergi pagi pulang sore. Sebagai seorang pekerja bangunan, ia, hanya mampu mengerjakan rumah milik orang akan tetapi rumahnya sendiri hanya berdindingkan plastik, bila datang hujan dan angin, tempat tidurnya basah dan harus pindah ke beranda rumah orang lain disekitar gubuknya.
Awalnya dia keberatan deritanya diberitakan, namun kemudian dia mengiyakan setelah dijelaskan fungsi media. “Bolehlah, terserah kalian hendak dibuatkan berita atau tidak terserah kalian sajalah,” kata Irwandi saat dihubungi LintasGayo.co, Kamis 24 April 2014.
Lalu dia bercerita jika mereka sudah tiga tahun menghuni “gubuk derita” tersebut. “Mau bagaimana lagi, sudah nasib,” kata Ayah dari 4 anak ini.
Bersandar ke anak juga tidak mungkin, 3 orang anaknya yang sudah menikah kondisi ekonominya juga seperti dia. Dan bahkan masih hidup dalam satu rumah yang disewa Rp.700 ribu pertahun yang lokasinya berhadap-hadapan dengan gubuk lusuh Irwandi.
Terpisah, Imam Kampung Suka Damai Kecamatan Pegasing Suandi yang ditanya tentang upaya mengurangi derita Irwandi mengungkap untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak bagi Irwandi, pihaknya telah mengajukan usulan ke pihak Baitul Mal Aceh Tengah melalui rekomendasi Baitul Mal Kecamatan Pegasing.
“Kita berharap rumah Irwandi cepat dibangun, tapak rumahnya sudah diusahakan itupun dari pembagian warisan dari harta orang tuanya,” jelas Imam Kampung Suka Damai ini.
Disinggung, apakah Irwandi dan keluarganya merupakan kelompok penerima Mustahiq dikampung tersebut, Suandi mengiyakan. Namun karena untuk membangun rumah membutuhkan biaya banyak, pendapatan keluarga ini tidak mampu membangun rumahnya, sehingga selama ini terpaksa tinggal di hunian tidak layak.
“Kami sangat berharap pihak Baitul Mal Aceh Tengah maupun Provinsi Aceh segera turun dan mengecek kebenaran informasi tentang keluarga Irwandi ke kampung Suka Damai dengan harapan dimasukkan dalam kategori prioritas dibangun rumah,” pinta Suandi.
Amatan LintasGayo.co, rumah yang dihuni Irwandi dan keluarganya sangat memprihatinkan. Berlantai tanah, berdinding plastik lusuh dan drum bekas tak berpintu. Bolong-bolong yang tentu sangat tak nyaman dihuni untuk daerah berhawa dingin. Satu sisi untuk tempat tidur dan sisi lainnya untuk dapur masak memasak.
Jelas sekali, jika tak ada harta benda berharga dalam “Gubuk Derita” tersebut yang perlu disimpan. Keluar masuk rumah cukup dengan membuka tutup platik yang dikaitkan dengan paku di bagian atapnya. Miris. (Kha A Zaghlul, Man)
