
SEIRING cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini membuat para petani di Kabupaten Gayo Lues kewalahan bercocok tanam, seperti usai melakukan penanaman sering terjadi kemarau panjang, akibatnya petani gagal panen dan petani menderita kerugian.
Menyikapi kondisi ini, Dinas Pertanian Kabupaten Gayo Lues mulai berupaya melakukan perbaikan system dari tahun ke tahun, seperti pembangunan dan pemakaian peralatan modern untuk menghindari petani gagal panen yang tentu tujuannya mensejahterakan masyarakat.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Peternakan dan Perikanan Gayo Lues, Nopal SP kepada LintasGayo.co, kamis 17 April 2014 di ruang kerjanya mengatakan, dengan adanya alat pemantau iklim daerah diharapkan komoditi pertanian yang akan dikembangkan di daerah Berjuluk Negri Seribu Bukit tidak lagi sekedar coba-coba.
“Alatnya sudah kita bangun, namun datanya belum bisa kita keluarkan karena masih dalam penelitian, dia harus satu tahun dulu baru bisa mengeluarkan data perkiraan cuaca di Kabupaten Gayo Lues, mudah-mudahan di akhir tahun 2014 ini datanya sudah ada dan bisa kita berikan kepada petani, sehingga bulan yang cocok menanam sudah bisa diketahui,” katanya.
Saat ini petugas pemantau Iklim di Kabupaten Gayo Lues sedang melakukan pengamatan suhu udara, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin, penyinaran matahari, dan mengukur suhu rumput, jika semua data tersebut sudah ada, maka tanaman yang cocok untuk Kabupaten Gayo Lues juga sudah bisa dipastikan tanaman apa saja yang cocok dikembangkan.
“Hubungan antara unsur cuaca dengan pengembangan pertanian sangat erat, hal ini disebabkan oleh setiap komoditi pertanian memiliki kesesuaian iklim yang berbeda, ada tanaman yang menghendaki suhu rendah, ada juga yang menghendaki suhu tinggi, ada tanaman yang menghendaki curah hujan tinggi, dan ada juga yang rendah,” jelas Nopal.
Lebih jauh diterangkan, kegunaan alat tersebut secara umum adalah untuk mengetahui curah hujan per tahun, suhu rata-rata per tahun, lama penyinaran matahari pertahun, kecepatan angin per tahun, dan kelembabab rata-rata udara per tahun.
Selama ini, kebanyakan petani di Kabupaten Gayo Lues hanya mengikuti arus tanpa mengetahui jenis tanaman apa yang cocok dan kapan memulai penanaman, kebiasaan ini banyak menimbulkan petani mengalami kerugian karena bercocok tanam dengan sistim percobaan. (Anuar Syahadat)