
Banda Aceh-LintasGayo.co: Sekjen Federasi Ranger Aceh (FRA) M Yakop Ishdami mengatakan hingga kini pihaknya masih kesulitan mengajak masyarakat di wilayah tengah untuk menjaga hutan, hal itu disebabkan karena keterbatasan pengetahuan mukim terhadap subtansi program Ranger Aceh.
“Pendekatan yang kita lakukan didaerah lain sangat berbeda dengan di wilayah tengah karena mukim di sana masih terbatas dalam pengetahuan penjagaan hutan,” kata M Yakop Ishdami dalam diskusi tertutup bersama mukim dan Wali amanah (penjaga lingkungan) untuk membahas penutupan program dan evaluasi kerja FRA di AAC Dayan Dawood, ruang Flamboyan lantai 3, Rabu 16 April 2014 kemarin.
Sejauh ini, kata Yakob, kendala setiap daerah khususnya mukim adalah mengubah kebiasaan melakukan ilegal loging menjadi melestarikan karena kurangnya peran pemerintah membimbing masyarakat dalam pelestarian hutan, termasuk hewan yang dilindungi.
“Di sisi lain banyaknya pelaporan terhadap perusakan dan perburuan hutan yang dilindungi hanya sebatas laporan karena pihak berwenag tidak langsung menindak,” lanjutnya
Dari berbagai laporan sudah banyak perburuan dan ilegal loging, termasuk keluarnya 5 ekor harimau sumatera yang dilindungi dari Aceh serta perburuan gading gajah.
Untuk anggota regonal 3 yaitu bener meriah dan Aceh Tengah hanya bener meriah yang baru memiliki anggota Ranger, begitu juga regional 4 Aceh Tenggara dan Gayo Lues,daerah Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) ini masih minim anggota dan kerjasama dengan pemerintah daerahnya.
Untuk program Federasi Ranger Aceh ini, Wali Nangroe juga meminta agar dibuatkan modul pendidikan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi sebagai bukti dukungan lembaga Wali dalam menjaga hutan Aceh. (Sengeda Kale).