Lepasnya Tanggungjawab Orang Tua

oleh
Anak korban Gempa Gayo di tenda pengungsian. (LGco | doc. Zen)

jAMHURIOleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[*]

MINGU (06/04) pagi salah seorang sahabat bermain waktu kecil menelpon saya dan menanyakan tentang lapangan kerja untuk anaknya, karena anaknya kini sudah sarjana dari salah satu Perguruan Tinggi. Sudah diusahakan kemana-mana tapi untuk mendapat pekerjaan honorer juga susah apalagi untuk mendapatkan pekerjaan tetap. Sahabat saya ini seorang petani sepengetahuan saya dia tidak tamat walaupun dari sekolah menengah pertama (SMP/MTs) beliau hanya tamatan MIN atau Sekolah Dasar karena itu juga ia tidak punya koneksi dengan orang-orang yang dapat memberi tau lapangan pekerjaan kepada anaknya tapi sebagai orang tua ia tetap merasa mencari pekerjaan untuk anaknya yang sarjana adalah kewajibannya.

Yang menjadi pikiran bagi saya begitu beratkah tugas orang tua terhadap anaknya, dimana ia harus masuk ke dunia yang sama sekali tidak ia ketahui dan ketika ditanya tentang anaknya alumni dari mana ia menjawab nama perguruan tinggi dimana anaknya kuliah dan ketika ditanya jurusan apa ia masih menjawab jurusannya dan ketika ditanya kemampuan dan keahlian anaknya dia terdiam karena pasti tidak tau. Lalu apakah orang tuanya salah ketika ia tidak tau secara detail tentang kemampuan anaknya tentu saja tidak karena kemampuan anak selama mengikuti pelajaran di sekolah dan Perguruan Tingga berada di luar pengetahuan orang tua.

Agama memberi batas sejauhmana tanggungjawab orang tua terhadap anak, agama menyebut dengan usia baligh yaitu batasan usia yang dilalui semua orang dalam hitungan angka sebagian ulama menyebutnya dalam batasan 15 tahun lebih kurang, Tidak cukup dengan itu lepasnya tanggungjawab orang tua terhadap anak adalah sampai anak itu mampu mengurus diri dan harta yang dia miliki. Itulah batasan yang dibuat oleh agama. Lalu apakah anak yang sudah sarjana yang notabene sudah berusia sekitar 25 tahun dan telah memiliki ijazah masih menjadi beban orang tua, tentu saja tidak. Namun kemandirian anak yang seharusnya bukan lagi menjadi tanggungjawab orang tua ini harus didiskusikan.

Di sisi lain kebanyakan orang tua menganggap bahwa tanggungjawab terhadap anak telah selesai walaupun belum baligh atau sudah baligh kendati tidak cerdas, hal ini biasa terjadi kepada anak yang sudah menikah, apa lagi anak yang menikah tersebut belum sampai masa yang dikehendaki oleh orang tua mereka. Inilah mungkin bisa kita katakan penghargaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, dimana ketika anak mereka telah tamat kuliah dan sarjana tetapi belum mendapatkan pekerja orang tua mereka terlibat dalam pencarian pekerjaan untuk anak mereka, sedang apabila anak mereka menikah maka orang tuan membiarkannya walaupun anak mereka belum mempunyai kehidupan yang layak.

Dari itu satu lagi pengetahuan bagi kita bahwa kemandirian anak dalam pemahaman orang tua juga ditunjukkan bukan hanya oleh usia tetapi juga oleh pernikahan, artinya mereka yang sudah melangsungkan pernikahan dianggap sudah lepas tanggungjawab orang tua kendati anak tersebut sebenarnya secara usia belum dewasa dan juga secara pikiran belum tentu cerdas.

Pola pikir seperti disebutkan di atas seharusnya menimbulkan sisi positif karena dorongan kearah pendidikan dan memiliki sangat tinggi dan sebaliknya larangan untuk melangsungkan pernikahan sebelum sampainya masa kematangan secara fisik dan pemikiran sangat tidak diredhai oleh adat dan budaya masyarakat.  Tetapi hal ini terkadang menjadi terbalik dimana orang tua menganggap bahwa pernikahan bagi anak adalah lepasnya beban dan tanggungjawab orang tua walaupun sebenarnya anak belum mencapai usia dewasa dan belum matang dalam berpikir.

Akhirnya kebiasaan yang seharusnya tidak terjadi dalam masyarakat membuat kabur apa yang sebenarnya telah jelas di atur di dalam Islam, seperti batasan lepasnya tanggungjawab sebagamana disebutkan di atas.



[*] Dosen pada Fak. Syari’ah dan Ekonomi Islam UIN Ar-Raniry Bandan Aceh.

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.