Takengon kedepan, ada ditangan pemuda Gayo

oleh
Panorama kota Takengon dan danau Lut Tawar dari Pantan Terong. (Kha A Zaghlul)
Panorama dari Pantan Terong. (Kha A Zaghlul)
Panorama dari Pantan Terong. (Kha A Zaghlul)

NASIB setiap bangsa tentu selalu ditentukan oleh masyarakat setempat dalam penataannya. Demokrasi yang memberi hak bersuara, berbicara dan berpartisipasi sebagaimana aturan tanpa ancaman membuka ruang bagi setiap warga untuk berkarya, Khususnya pemuda sebagai tulang punggung bangsa, pemuda menjadi tokoh utama dalam perubahan. “Agen Of Change”begitulah sebutan untuk para pemuda sebagai agen perubahan.

Ichsan, salah satu Pemuda Aceh yang menetap di Jakarta mengatakan, Takengon adalah salah satu aset Provinsi Aceh yang sangat berharga. Takengon adalah Emas bagi Aceh layaknya Aceh di mata Jakarta. hal itu karena Takengon merupakan daerah yang masih sangat asri akan alamnya dan bernilai dari SDA yang tak kalah dari kabupaten lain serta memiliki SDM yang bagus. Para pelaku seni dan sejarahpun banyak yang lahir dari Tanah Gayo.

“Keberadaan warga setempat akan pendidikan, karakter dan budaya menentukan arah Takengon ke depan. Pendidikan yang rendah tentu tidak dapat mendukung pengetahuan yang cerdas dalam menata Takengon yang besar sehingga dibutuhkan warga setempat yang berpendidikan tinggi, mengerti budaya, alam dan tradisi dalam pengelolaan takengon lebih baik” Tegas Ichsan saat dihubungi.

Berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam pertama sekali di masa lalu, tidak lepas dari kesantunan Kerajaan  Linge dalam menjaga komunikasi yang baik antar etnik. Ini menjelaskan bahwa Takengon yang menjadi etnik minoritas dengan persentase kurang dari 10 % di Aceh memiliki SDM yang baik dan cerdas dalam menata sebuah kehidupan didalam berbangsa.

Dengan keberagama etnik di Aceh, Isue Sara cendrung menjadi alat oleh segelintir orang. Isu Sara dan lainnya, yang mencuap di Aceh kerap dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang haus kekuasaan, apalagi baru-baru ini. Ichsan menambahkan, pembagian hak APBD serta peran dalam tata kelola Takengon sebenarnya telah tepat sesuai dengan UU, namun jumlah yang sedikit dibandingkan dengan kabupaten lain sering dijadikan alasan untuk mengadu-domba dengan Pusat Aceh (Pemerintah Aceh).

Padahal setiap pembagian anggaran selalu disesuaikan dengan Jumlah penduduk, PAD dan lainnya. Jika tidak ada pembangunan di dalam kota, maka Bupati setempat bertanggung jawab dalam program pembangun daerah yang ditawarkannya ke Pusat.

Blue Print pembangunan Kota seharusnya menjadi paparan penting kepada masyarakat khususnya pemuda dalam menyelesaikan sentimental etnik yang sering di”umbar”oleh pihak tak bertanggungjawab. Dibutuhkan Warga setempat, Pemuda-pemudi Takengon yang berpendidikan tinggi guna mendorong pembangunan takengon yang lebih baik serta memiliki kemampuan diplomasi yang baik dalam menata takengon kedepan.

Hal ini juga disepakati oleh Ana Fitria sari Pinem, salah satu Putri Takengon saat di konfirmasi. terlepas dari proses pencalegannya disalah satu partai lokal, Ana menjelaskan bahwa posisinya sabagai caleg adalah buah dari suara partisipan mendukung pemilu dan mengajak pemuda takengon untuk membangun takengon yang lebih baik. Terpilih atau tidak, bukan prioritas, namun perubahan takengon adalah harga mati dan harus diperjuangkan.

“Takengon harus maju seperti Bandung yang menjadi salah satu kota dingin di pulau jawa. Takengon hari ini, masa lalu dan masa depan harus berbeda. Takengon harus maju dan bangkit sebagai pelaku perubahan di tanah gayo” Tegas Ana, Wanita Gayo yang pernah studi di Jakarta. (Ansar Salihin)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.